Senin, 19 Maret
2018
Lukas 2:41-51a
2:42
Ketika Yesus telah berumur dua belas tahun pergilah mereka ke Yerusalem seperti
yang lazim pada hari raya itu.
2:43
Sehabis hari-hari perayaan itu, ketika mereka berjalan pulang, tinggallah Yesus
di Yerusalem tanpa diketahui orang tua-Nya.
2:44
Karena mereka menyangka bahwa Ia ada di antara orang-orang seperjalanan mereka,
berjalanlah mereka sehari perjalanan jauhnya, lalu mencari Dia di antara kaum
keluarga dan kenalan mereka.
2:45
Karena mereka tidak menemukan Dia, kembalilah mereka ke Yerusalem sambil terus
mencari Dia.
2:46
Sesudah tiga hari mereka menemukan Dia dalam Bait Allah; Ia sedang duduk di
tengah-tengah alim ulama, sambil mendengarkan mereka dan mengajukan
pertanyaan-pertanyaan kepada mereka.
2:47
Dan semua orang yang mendengar Dia sangat heran akan kecerdasan-Nya dan segala
jawab yang diberikan-Nya.
2:48
Dan ketika orang tua-Nya melihat Dia, tercenganglah mereka, lalu kata ibu-Nya
kepada-Nya: "Nak, mengapakah Engkau berbuat demikian terhadap kami?
Bapa-Mu dan aku dengan cemas mencari Engkau."
2:49
Jawab-Nya kepada mereka: "Mengapa kamu mencari Aku? Tidakkah kamu tahu,
bahwa Aku harus berada di dalam rumah Bapa-Ku?"
2:50
Tetapi mereka tidak mengerti apa yang dikatakan-Nya kepada mereka.
2:51a. Lalu Ia pulang bersama-sama mereka ke Nazaret;
dan Ia tetap hidup dalam asuhan mereka.
Butir-butir Permenungan
- Tampaknya, ada masyarakat yang menggambarkan bahwa di dalam hidup berkeluarga seorang ayah adalah kepalanya. Dia adalah penentu hidup dan kebijakan keluarga.
- Tampaknya, karena sebagai kepala keluarga ayah yang baik dan bertanggungjawab akan menjadi pengendali keluarga. Apabila ada masalah-masalah di dalam keluarga ayah akan berdiri di depan.
- Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul akrab dengan kedalaman batin, sekalipun selalu bekerja keras untuk menghidupi keluarga dan berada di dalam masyarakat patriarki yang menempatkan bapak menjadi penentu kehidupan, di dalam kehidupan keluarga seseorang akan sungguh menghayati kesejatian peran ayah kalau memiliki jiwa yang mampu memahami daya orang-orang serumah dan menerima peran potensial masing-masing sehingga dapat mengembangkan orang-orang serumah rela saling menjadi anggota. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati sekalipun dipandang sebagai kepala keluarga seorang ayah akan mampu ikut mengembangkan orang-orang serumah termasuk dirinya menghayati kebersamaan dalam aura saling belajar kehidupan satu sama lain.
Ah, ayah yang baik adalah yang berwibawa sehingga
orang-orang serumah selalu taat kepadanya.
0 comments:
Post a Comment