Sabtu, 29 Maret 2014
Hari Biasa Pekan III Prapaskah
warna liturgi Ungu
Bacaan:
Hos. 6:1-6; Mzm. 51:3-4,18-19,20-21ab; Luk. 18:9-14
Luk. 18:9-14:
9 Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini: 10 "Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. 11 Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; 12 aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. 13 Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. 14 Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."
Renungan:
Dalam aneka macam kumpulan sering muncul percakapan tentang seseorang. Tidak jarang bahan percakapan ini adalah kekurangan dari orang yang menjadi objek pembicaraan. Omongan tentang keburukan itu serasa menjadi bumbu yang menyedapkan percakapan. Gosip, digosok makin sip, pun seakan tidak berkenan beranjak dari bibir-bibir pembicara. Bahkan seringkali gosip itu masuk dalam ranah yang seharusnya disucikan, dalam doa.
Dalam Injil dikisahkan orang Farisi yang menyebar gosip kepada Tuhan tentang orang-orang yang dianggap berdosa dan si pemungut cukai. "Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini" (Luk 18:11). Ia pun menunjukkan diri sebagai yang lebih baik dibanding semua orang. Namun ternyata si pemungut cukailah yang dibenarkan Tuhan, karena ia berdoa, "Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini" (ay.13).
Marilah kita berhati-hati dalam menilai buruk orang lain. Andaikan memang ada orang seperti itu kita tidak segera menghakiminya apalagi membawanya ke dalam doa penghakiman kita. Siapa tahu dia pun berdoa seperti pemungut cukai itu dan malah mendoakan kita agar mengalami damai sejahtera. Yang terlihat di mata kita belum tentu mewakili pesona batin seseorang.
Kontemplasi:
Duduklah dengan tenang. Ingatlah kebiasaanmu dalam mempercakapkan orang lain. Seberapa besar perbandingan percakapan kebaikan dan keburukan orang tersebut. Ingatlah usaha-usahamu menjauhkan diri dari bergosip.
Refleksi:
Tulislah pengalamanmu menghentikan percakapan buruk tentang sesamamu.
Doa:
Ya Yesus aku orang berdosa. Ampunilah aku yang kadang gampang terlena mempercakapkan keburukan sesamaku. Amin.
Perutusan:
Hari ini aku tidak akan meng-gosip-kan orang.
Hari Biasa Pekan III Prapaskah
warna liturgi Ungu
Bacaan:
Hos. 6:1-6; Mzm. 51:3-4,18-19,20-21ab; Luk. 18:9-14
Luk. 18:9-14:
9 Dan kepada beberapa orang yang menganggap dirinya benar dan memandang rendah semua orang lain, Yesus mengatakan perumpamaan ini: 10 "Ada dua orang pergi ke Bait Allah untuk berdoa; yang seorang adalah Farisi dan yang lain pemungut cukai. 11 Orang Farisi itu berdiri dan berdoa dalam hatinya begini: Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini; 12 aku berpuasa dua kali seminggu, aku memberikan sepersepuluh dari segala penghasilanku. 13 Tetapi pemungut cukai itu berdiri jauh-jauh, bahkan ia tidak berani menengadah ke langit, melainkan ia memukul diri dan berkata: Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini. 14 Aku berkata kepadamu: Orang ini pulang ke rumahnya sebagai orang yang dibenarkan Allah dan orang lain itu tidak. Sebab barangsiapa meninggikan diri, ia akan direndahkan dan barangsiapa merendahkan diri, ia akan ditinggikan."
Renungan:
Dalam aneka macam kumpulan sering muncul percakapan tentang seseorang. Tidak jarang bahan percakapan ini adalah kekurangan dari orang yang menjadi objek pembicaraan. Omongan tentang keburukan itu serasa menjadi bumbu yang menyedapkan percakapan. Gosip, digosok makin sip, pun seakan tidak berkenan beranjak dari bibir-bibir pembicara. Bahkan seringkali gosip itu masuk dalam ranah yang seharusnya disucikan, dalam doa.
Dalam Injil dikisahkan orang Farisi yang menyebar gosip kepada Tuhan tentang orang-orang yang dianggap berdosa dan si pemungut cukai. "Ya Allah, aku mengucap syukur kepada-Mu, karena aku tidak sama seperti semua orang lain, bukan perampok, bukan orang lalim, bukan pezinah dan bukan juga seperti pemungut cukai ini" (Luk 18:11). Ia pun menunjukkan diri sebagai yang lebih baik dibanding semua orang. Namun ternyata si pemungut cukailah yang dibenarkan Tuhan, karena ia berdoa, "Ya Allah, kasihanilah aku orang berdosa ini" (ay.13).
Marilah kita berhati-hati dalam menilai buruk orang lain. Andaikan memang ada orang seperti itu kita tidak segera menghakiminya apalagi membawanya ke dalam doa penghakiman kita. Siapa tahu dia pun berdoa seperti pemungut cukai itu dan malah mendoakan kita agar mengalami damai sejahtera. Yang terlihat di mata kita belum tentu mewakili pesona batin seseorang.
Kontemplasi:
Duduklah dengan tenang. Ingatlah kebiasaanmu dalam mempercakapkan orang lain. Seberapa besar perbandingan percakapan kebaikan dan keburukan orang tersebut. Ingatlah usaha-usahamu menjauhkan diri dari bergosip.
Refleksi:
Tulislah pengalamanmu menghentikan percakapan buruk tentang sesamamu.
Doa:
Ya Yesus aku orang berdosa. Ampunilah aku yang kadang gampang terlena mempercakapkan keburukan sesamaku. Amin.
Perutusan:
Hari ini aku tidak akan meng-gosip-kan orang.
0 comments:
Post a Comment