Saturday, June 3, 2017
Lansia Sedayu
"Nyuwun pangapunten, rama, mriki dereng ramah difabel" (Maaf, rama, bangunan lingkungan gereja sini belum ramah untuk kaum difabel) kata Rama Paroki Sedayu kepada Rm. Bambang pada hari Kamis 11 Mei 2017 sekitar jam 08.30 di halaman gereja dan Pastoran Sedayu. Ketika Rm. Bambang menjawab "Apese pun mulang mengutamakan KLMTD" (Paling tidak sudah mengajar untuk mengutama kaum Kecil, Lemah, Miskin, Tersingkir, dan Difabel) rama dan bapak-bapak yang ada tertawa. Pada hari ini Rm. Bambang diundang untuk menjadi pembicara dalam Sarasehan Lansia yang diikuti oleh lebih dari 100 orang usia lanjut. Acara ini menjadi bagian dari program Ulang Tahun Paroki Sedayu ke 90. Pada saat datang Rm. Bambang memang bertanya "Wonten sing tanpa undak-undakan mboten?" (Apakah ada jalan yang tanpa lewat trap?). Tetapi salah seorang bapak anggota panitia berkata "Sadaya mawi undak-undakan, rama. Nanging mangke wonten ingkang ngangkat rama, kok" (Semua memakai trap dengan banyak tangga. Tetapi nanti ada yang membantu untuk mengangkat rama). Dengan demikian ketika menuju gedung pertemuan ada 4 orang bapak yang mengangkat Rm. Bambang dengan kursi rodanya.
Setelah pembukaan dengan doa, ada sambutan dari Ketua Panitia dan Pastor Paroki. Usai acara sambutan acara langsung diserahkan kepada Rm. Bambang. Sebenarnya tema yang dibuat oleh Panitia adalah "Keterlibatan Kaum Lansia dalam Pengembangan Paroki". Dalam hal ini di dalam introduksinya Rm. Bambang mengingatkan bahwa tugas pokok murid Kristus adalah menjadi pewarta Injil, yaitu kabar sukacita surgawi sebagaimana dibawa oleh Tuhan Yesus Kristus. Dari sini Rm. Bambang mengatakan "Supaya bisa martaake kabungahaning Gusti, awake dhewe kudu isa duwe ati gampang gambira ing kahanan apa wae" (Agar mampu mewartakan sukacita dalam Tuhan, kita harus memiliki hati yang mudah ceria dalam keadaan apapun). Dengan demikian di dalam pembicaraan Rm. Bambang menghadirkan topik GAMBIRA NADYAN WIS BANGET TUWA (Gembira Walau Sudah Lansia). Untuk masuk dalam topik disampaikanlah pertanyaan "Jan-jane apa ta sing paling abot sesambungan karo urip lanjut usia?" (Sebetulnya apa yang paling berat dalam hidup sebagai lansia?) Para peserta diminta untuk berbicara dengan yang duduk berdekatan. Sesudah itu Rm. Bambang memberi kesempatan kepada para peserta yang ingin menyampaikan pegalamannya. Dari ungkapan-ungkapan yang muncul ada beberapa butir pokok: Tidak punya suami, kurang menerima keadaan, kondisi fisik yang lemah dan bermasalah, citra buruk ketika pertama kali menjadi janda karena masih muda, penyakitan, keuangan mepet padahal masih banyak beban, uang terbatas. Dari sini Rm. Bambang menyimpulkan ada pokok-pokok: KESENDIRIAN, JIWA SERAKAH, FUNGSI FISIK MEROSOT, PENYAKITAN, MASIH BERBEBAN, EKONOMI TERBATAS.
Di dalam masukan semua itu dinyatakan sebagai kenyataan hidup. Rm. Bambang kemudian mengutip kata-kata Tuhan Yesus "Pikullah kuk yang Kupasang dan belajarlah pada-Ku, karena Aku lemah lembut dan rendah hati dan jiwamu akan mendapat ketenangan. Sebab kuk yang Kupasang itu enak dan beban-Kupun ringan." (Mat 11:29-30). Dalam Yesus orang justru akan merasa damai dan nyaman karena mampu berhadapan dengan segala susah derita. Dengan demikian kaum lansia akan mampu menyumbang kegembiraan dalam hidup menggereja. Hal ini akan sungguh jadi ambilbagian berbobot karena sadar dengan kelansiaan memang sudah tak mampu memegang posisi dan mau ditentukan oleh mereka yang pegang posisi. Hal ini dikuatkan dengan kata-kata Yesus dalam Yoh 21:18 "Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya ketika engkau masih muda engkau mengikat pinggangmu sendiri dan engkau berjalan ke mana saja kaukehendaki, tetapi jika engkau sudah menjadi tua, engkau akan mengulurkan tanganmu dan orang lain akan mengikat engkau dan membawa engkau ke tempat yang tidak kaukehendaki."
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment