Jujur saja, apabila
pengalaman konflik terjadi, hati saya memang merasa pedih sekali. Akan tetapi
saya tidak pernah dapat melepaskan diri, karena konflik terjadi ketika saya
mempertahankan pandangan dasar hidup. Untunglah, ketika peristiwa berkaitan
dengan karya Museum Misi Muntilan dan saya usul pada Uskup agar membangun
gedung baru di luar kompleks Pastoran Muntilan, saya melihat bahwa konflik juga
dibutuhkan. Provinsial SY berkata “Jangan hancurkan kerjasama Keuskupan dengan
Yesuit!” Dalam hal ini Uskup bertanya “Apakah Anda sudah tidak kuat konflik?”
Kata-kata dua pemimpin ini sungguh meneguhkan saya akan sikap saya dalam
mengemban tugas untuk mempertahankan prinsip-prinsip pertusan. Dalam menghayati
konflik saya hanya mempertahankan dua macam tampilan: 1) Menyimpan dalam hati
dan merenungkan kalau itu hanya mengenai diri saya; 2) Terbuka berbicara bahkan
menentang kalau itu mengenai banyak orang. Bagi saya kata-kata Yesus dalam
Lukas 12:49-53, walaupun ditujukan untuk konflik kehidupan dalam keluarga, menjadikan
landasan penghayatan saya akan konflik dalam menjalankan tugas perutusan
imamat. Konflik adalah perjumpaan kemacamragaman pola sikap dan pola pikir.
Asal dihayati dalam rangka untuk semakin mengikuti Kristus dalam situasi
kongkret, konflik menjadi landasan hidup beriman yang sungguh katolik, yaitu
terbuka pada perjumpaan aneka pikiran dan sikap hidup. Kekatolikan bukanlah
keseragaman tetapi kemacamragaman. Kepada anak-anak dan remaja saya mencoba
ikut mewariskan nilai konflik dalam mengikuti Yesus dengan nyanyian di bawah
ini.
Biar Beda Asal Yesus (bdk 12:51)
1 = D 4/4
__ ____ ____ ____ ____ ____ _
//: 5 | 1
3 5 . . 5 | 6
5 3 . . 1 | 1
2 3 3 2 | 2 1 . 0 ://
Bi - be-bi - be a
- ye-a - ye.
Bi - ar be- da
a- sal Yesus. (2X)
Selesai
__ ____ ____ ____ ____ ____ __
//: 1
| 1 2 3 3 . 3 |
4 3 2 . . 2 | 3
4 5 6 5 | 4 3 . 0 ://
1. Tu-han
Ye-sus sa- ngat
i- ngin se- mangat ki- ta
me- nya-la
2. Bi - ar su- sah dan sengsa-ra
II _
____
__
2 |
3 4 5 i 7 | 6
5 . 0 //
2. na-mun ti-dak pu-tus
a - sa.
Kembali
sampai Selesai
D. Bambang Sutrisno, Pr.
0 comments:
Post a Comment