AJAKAN untuk tidak membuat dan menyebarkan kabar
bohong atau hoaks kembali digaungkan Komisi Komunikasi Sosial Konferensi
Waligereja Indonesia (KWI) kepada umat Katolik. Kali ini di wilayah Kei
Kecil, Keuskupan Amboina, dalam kesempatan pelatihan Publik Speaking
dan Menulis Produktif, Jumat (1/9/2017). Kepada peserta pelatihan yang
terdiri dari utusan paroki dan stasi di wilayah itu, Sekretaris
Eksekutif Komisi Komsos KWI, RD Kamilus Pantus menguraikan bagaimana
orang-orang Katolik harus bersikap terhadap berita bohong dan palsu.
Sebelum menjadi pergunjingan banyak kalangan hari-hari ini, Kamilus
menjelaskan, Gereja Katolik sudah menyadari bahaya yang terjadi akibat
maraknya penyebaran kabar bohong bagi kehidupan pribadi, kelompok, dan
masyarakat luas. Kesadaran itu muncul terutama ketika Paus menentukan
tema Hari Komunikasi Sedunia ke – 51 2017, pada Oktober 2016.
“Menganalisa gejala di wilayah Eropa, para pembantu Paus melihat
hoaks akan menjadi virus yang akan menyebar ke seluruh dunia. Virus itu
siap menyerang seluruh umat di seluruh dunia, terutama orang-orang
muda,” urai Kamilus.
Melalui tema ‘Jangan Takut Aku Besertamu, Komunikasikan Harapan dan Iman’,
lanjut Kamilus, Paus meneguhkan umat untuk tidak takut karena Tuhan
beserta kita. Tema itu diangkat dari Kitab Nabi Yesaya 43:5 dan
diumumkan pada 24 Januari 2017.
“Jangan takut dengan media sosial. Kalau orang lain menggunakan media
itu untuk menyebarkan virus kabar bohong atau hoaks. Kamu sebagai orang
Katolik harus menggunakan media yang sama untuk menyampaikan harapan
dan iman. Dengan itulah kita melawan hoaks,” tegas Kamilus mengulang
pesan Paus dengan kalimat-kalimat sederhana.
Mengomunikasikan harapan dan iman melalui media sosial, lanjut
Kamilus, dapat dilakukan dengan cara-cara sederhana. Pertama, tentu
dengan tidak menayangkan kabar-kabar negatif serta tidak benar.
Pemerintah saat ini terus berupaya memonitor aktivitas pengguna media
sosial dan menghukum orang-orang yang membuat serta menyebarkan konten
negatif dan berita bohong.
Sebaliknya, sebagai orang beriman, kita bisa membagikan konten
positif melalui media sosial seperti Facebook, Whatsapp, dan lainnya.
“Kamu bisa membagikan renungan pendek. Bisa juga membagikan kutipan
menarik dari bacaan Kitab Suci di Facebook,” katanya kepada para peserta
pelatihan Public Speaking.
Hal lain yang dapat dilakukan untuk melawan hoaks, lanjut Kamilus,
yaitu dengan melakukan klarifikasi resmi dengan merujuk pada kanal-kanal
berita terkemuka, bergabung dalam komunitas-komunitas yang secara aktif
melawan berita hoaks, dan melaporkan materi-materi hoaks ke pihak
berwajib.
Di akhir pembahasannya, Kamilus menekankan pentingnya tugas mengajar
yang diemban oleh setiap orang Katolik. Melawan hoaks juga dapat
dilakukan dengan mengajarkan sesama tentang perilaku bermedia yang baik.
Orang tua, contohnya, mengajar anak-anak bagaimana menggunakan media
secara sehat. Demikian juga guru kepada para siswa.
“Ajarkan kepada anak-anak bahwa yang ditayangkan di televisi itu
tidak semuanya baik. Itu dibuat
dengan banyak maksud dan
kepentingan,”ujarnya mengakhiri pembicaraan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment