Thursday, November 30, 2017
Dalam Paguyuban Ada Persaudaraan
Sore itu, Jumat 24 November 2017, suasana Domus Pacis terasa cukup ribut. Sekitar jam 16.00 Bu Titik Untung, salah satu relawati dari Ambarrukmo, datang. "Kae takgawakke borjo. Ben didhahar dhisik wong engko mesthi nganti bengi. Nek udane ora deres banget engko aku nusul dhewe" (Saya bawakan bubur kacang hijau. Semua biar mengisi perut lebih dahulu karena nanti pasti sampai malam. Kalau hujan tidak sangat deras aku akan menyusul sendiri) kata Bu Titik kepada Rm. Bambang. Pada saat itu dia, yang sedang menunggu suaminya cuci darah di RS Panti Rapih, menyempatkan diri sebentar ke Domus Pacis. Para rama dan karyawan sudah berkemas bersiap-siap. Hari itu memang hujan turun seharian dari subuh hingga malam hari. Ketika Bu Titik sudah meninggalkan Domus, saat jam melewati angka 16.30 Bu Madi, Bu Mardanu, dan Bu Mumun bersama Pak Frans suaminya tampak masuk Domus. Beberapa saat kemudian Mas Handoko dengan Mbak Sri, istrinya, dan satu anak juga datang.
Pada jam 17.15 para relawan Domus yang nama-namanya telah disebut tadi mulai menyiapkan diri di teras kanopi depan. Mas Handoko sudah memanasi mobil grandmax. Rm. Bambang juga bersiap-siap dengan ayla. Rm. Yadi yang sore itu menjalani terapi rutin di RS Panti Rapih sudah datang dengan mobil taxi. Bu Mumun dan Bu Mardanu bergantian menelpon para relawati dari Ambarrukmo yang belum datang, karena sedianya semua sudah berkumpul pada jam 17.00. Tetapi ternyata lalu lintas baik di jalan besar maupun kecil pada sore itu amat padat dan banyak kemacetan. Meskipun demikian beberapa menit sesudah jam 17.30 rombongan mobil Ambarrukmo sudah siap. Mobil yang dikendarai oleh Bu Dini membawa Bu Tatik Santo, Bu Yanti, Bu Sri, dan Bu Heru. Dalam mobil ayla yang disopiri Rm. Bambang terisi Rm. Yadi, Bu Mumun, Bu Mardanu, dan Bu Sri Handoko serta Ivan anaknya. Kursi roda Rm. Bambang juga masuk di mobil ayla. Sementara itu Mas Handoko yang mengendari grandmax membawa Rm. Ria, Rm. Tri Hartono, Rm. Harto, Bu Madi, Mas Handoko, Pak Frans, Mas Abas dan 2 kursi roda. Pak Tukiran harus berangkat sendiri naik motor. Sementara itu Mas Win, pramurukti khusus untuk Rm. Ria, diminta tidak ikut untuk menjaga Rm. Tri Wahyono.
Pada malam itu rombongan relawan-relawati tersebut, yang biasa melayani acara-acara yang terjadi di Domus Pacis, bersama-sama menuju Dusun Nyamplung yang masuk Lingkungan Banteran, Paroki Mlati. Mereka akan ikut Misa 1000 hari wafat Pak Lastra, om dari Bu Rini salah satu relawati yang amat aktif di Domus Pacis. Ternyata Bu Titik Untung menyusul walau harus bermotor dengan mengenakan mantol melewati hujan. Misa malam itu dipimpin oleh Rm. Tri Margana, Rama Paroki Mlati. Rm. Ria dan Rm. Tri Hartono duduk dekat altar di kanan Rm. Tri Margana. Rm. Harto dan Rm. Bambang berada di kursi roda didepan organ. Sedang Rm. Yadi berada di teras dengan kursi roda di dampingi Pak Tukiran dan Mas Abas. Sedang rombongan relawan Domus yang tadi disebut nama-namanya duduk bersama banyak umat lain. Ternyata kehadiran rama-rama tua dari Domus Pacis ikut menyemarakkan suasana sehingga mewarnai khotbah Rm. Tri Margana. Bu Rini dan Bu Tutik, istri almarhum Pak Lastra, juga tampak amat ceria.
Berjaga-jaga Menyambut Tuhan
Jumat, 01 Desember 2017
Jumat Pekan Biasa XXXIV
Refleksi harianku dalam doa berdasarkan Luk 21:29-33
Pada
waktu itu Yesus mengemukakan perumpamaan ini kepada murid-murid-Nya,
"Perhatikanlah pohon ara atau pohon apa saja. Apabila kalian melihat
pohon-pohon itu sudah bertunas, kalian tahu dengan sendirinya, bahwa
musim panas sudah dekat. Demikian pula, jika kalian melihat hal-hal itu
terjadi, ketahuilah, bahwa Kerajaan Allah sudah dekat.... Langit dan
bumi akan berlalu, tetapi sabda-Ku takkan berlalu."
Tuhan
Yesus Kristus terkasih, dalam Injil hari ini, lagi, Engkau bersabda
padaku untuk berjaga-jaga. Engkau melanjutkan alarm tentang
kesiapsiagaan akan masa depan. Kuncinya peka menangkap tanda-tanda
zaman.
Engkau
mengingatkan daku bahwa Kerajaan Allah sudah dekat. Sesungguhnya
KerajaanMu sudah hadir saat nilai-nilai Injil dihayati. Itu akan
mencapai kepenuhannya sampai akhir zaman ketika semua dikumpulkan
bersamaMu. Dunia tempat aku hidup akan berlalu, namun sabdaMu selalu sah
selamanya. SabdaMu tak akan pernah berlalu sebab mereka menghadirkan
visi kehidupan. Buatlah daku berjaga-jaga menyambutMu, entah kapan Dikau
akan datang menjemputku kini dan selamanya. Amin.
Pastoran "Johar" Wurlirang, 30/11/2017
»̶·̵̭̌·̵̭̌✽̤̈̊•Ɓέяќǎђ•Đǎlєm•✽̤̥̈̊ ·̵̭̌·̵̭̌«̶
Aloys budi purnomo Pr
Sent from my heart of abudhenkpr
"abdi Dalem palawija"
Majalah INSPIRASI, Lentera yang Membebaskan
Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang
Aloys budi purnomo Pr
Sent from my heart of abudhenkpr
"abdi Dalem palawija"
Majalah INSPIRASI, Lentera yang Membebaskan
Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang
Try the new Yahoo Mail
Lamunan Peringatan Wajib
Beato Dionisius
dan Beato Redemptus
Jumat, 1 Desember 2017
Lukas 21:29-33
21:29.
Lalu Yesus mengatakan perumpamaan ini kepada mereka: "Perhatikanlah pohon
ara atau pohon apa saja.
21:30
Apabila kamu melihat pohon-pohon itu sudah bertunas, kamu tahu dengan
sendirinya bahwa musim panas sudah dekat.
21:31
Demikian juga, jika kamu melihat hal-hal itu terjadi, ketahuilah, bahwa
Kerajaan Allah sudah dekat.
21:32
Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya angkatan ini tidak akan berlalu, sebelum
semuanya terjadi.
21:33 Langit dan bumi akan berlalu,
tetapi perkataan-Ku tidak akan berlalu."
Butir-butir Permenungan
- Tampaknya, dunia selalu maju dan berkembang. Yang ada cepat menjadi layu dan yang baru bermunculan.
- Tampaknya, kemajuan pesat ilmu pengetahuan dan tekhnologi membuat orang tertantang harus terus menerus belajar dan berlatih. Orang tak dapat berpegang teguh pada teori-teori dan cara-cara yang dimiliki.
- Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sepesat apapun pembaruan terhadap apapun yang ada di dunia sehingga yang ada cepat menjadi punah dan yang baru cepat menjadi basi dan orang tertantang untuk selalu belajar dan belajar, tetapi orang sadar bahwa ada yang tetap harus dipegang teguh yang tak akan pernah punah dan tak tergoyahkan, yaitu amanat relung nurani yang menjamin hadirnya damai sejahtera sejati. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang tak akan dibingungkan oleh keharusan pembelajaran terus menerus menghadapi realita dunia yang selalu baru dan diperbarui.
Ah, yang pokok ikut arus saja agar kebagian penghasilan.
Wednesday, November 29, 2017
Pesan Natal Bersama Persekutuan Gereja-gereja di Indonesia (PGI) Dan Konferensi Waligereja Indonesia (KWI) Tahun 2017
diambil dari https://pgi.or.id November 23, 2017
markus
Berita PGI, Utama
PGI dan KWI secara bergantian menyusun pesan Natal tersebut, namun temanya ditentukan secara bersama.
Pesan Natal tahun ini, PGI dan KWI mengambil tema ““Hendaklah Damai Sejahtera Kristus Memerintah Dalam Hatimu!” (Kol. 3:15a)
Berikut teks selengkapnya:
“Hendaklah Damai Sejahtera Kristus Memerintah Dalam Hatimu!”
(Kol. 3:15a)
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,Natal adalah perayaan kelahiran Sang Juru Selamat dan Raja Damai. Perayaan ini mengajak kita untuk menyimak kembali pesan utamanya. Karena kasih-Nya yang begitu besar kepada manusia, Allah telah mengutus Putra-Nya ke dunia (bdk. Yoh 3:16). Putra-Nya itu mengosongkan diri sehabis-habisnya dan menjadi manusia seperti kita (bdk. Flp 2:7). Ia datang untuk memberi kita hidup yang berkelimpahan (bdk. Yoh 10:10). Ia, yang adalah Raja Damai dan Imanuel, Allah-beserta-kita, datang untuk membawa damai sejahtera kepada dunia, seperti yang diwartakan para malaikat kepada para gembala,“Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi, dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya” (Luk 2:14).
Bagi kita umat Kristiani, kelahiran Sang Raja Damai merupakan suatu momentum untuk membaharui hidup pribadi maupun hidup bersama. Sebagai umat beriman, yang dilahirkan kembali, kita harus membuka diri agar damai sejahtera Kristus benar-benar memerintah dalam hati kita (bdk. Kol 3:15a). Kita mendambakan damai sejahtera, baik dalam hidup pribadi maupun dalam hidup bersama. Kita merindukan suatu bumi yang penuh damai dan umat manusia yang makin bersaudara. Hanya dengan demikian, kita akan mengalami sukacita sejati.
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus,
Sudah sepatutnya kita semua berusaha menemukan makna dan relevansi perayaan Natal bagi kita umat Kristiani dan bagi bangsa Indonesia. Perayaan Natal seharusnya menjadi momentum indah bagi kita untuk menyadari kembali tugas perutusan serta komitmen kita, sebagai elemen bangsa dan negara tercinta ini. Kondisi dan situasi bangsa Indonesia saat ini merupakan tantangan sekaligus panggilan bagi kita untuk merenungkan dan menarik secara lebih seksama makna dari seruan Santo Paulus, “Hendaklah damai sejahtera Kristus memerintah dalam hatimu, karena untuk itulah kamu telah dipanggil menjadi satu tubuh. Dan bersyukurlah” (Kol 3:15a).
Kata-kata Paulus ini seharusnya mendorong kita untuk terus-menerus mengupayakan terwujudnya damai sejahtera, karena hanya dengan demikian kita memahami makna sejati Natal.
Sebagai anak-anak Allah, sumber damai kita, kita harus mewujudkan komitmen kristiani kita, yakni menjadi pembawa damai (bdk. Mat 5:9).
Saat ini kita sedang cemas. Persatuan kita sebagai bangsa Indonesia sedang terancam perpecahan. Keresahan dan kecemasan itu semakin terasa beberapa tahun belakangan ini. Ada pihak-pihak yang, entah secara samar-samar atau pun secara terang-terangan, tergoda untuk menempuh jalan dan cara yang berbeda dengan konsensus dasar kebangsaan kita, yaitu Pancasila. Hal itu terlihat dalam banyak aksi dan peristiwa: dalam persaingan politik yang tidak sehat dan yang menghalalkan segala cara, dalam fanatisme yang sempit, bahkan yang tidak sungkan membawa-bawa serta agama dan kepercayaan, dan dalam banyak hal lainnya. Dengan demikian, hasrat bangsa kita untuk menciptakan damai sejahtera menjadi sulit terwujud.
Cita-cita luhur bangsa Indonesia, sebagaimana diungkapkan dalam Pembukaan UUD 1945, untuk menciptakan persatuan, keadilan sosial dan damai sejahtera, bukan saja di antara kita, tetapi juga di dunia, masih perlu kita perjuangkan terus bersama-sama. Sistem dan mekanisme demokrasi masih perlu kita tata dan benahi terus agar mampu mewujudkan secara efektif cita-cita bersama kita. Tentu saja hal ini tidaklah mudah.
Sebagai elemen bangsa, yang adalah kawanan kecil, kita, umat Kristiani tidak mampu menyelesaikan semua persoalan yang kita hadapi hanya dengan mengandalkan kekuatan sendiri. Inilah saatnya bagi kita untuk membiarkan damai Kristus memerintah dalam hati. Damai Kristus, yang memerintah dalam hati kita, merupakan kekuatan yang mempersatukan dan merobohkan tembok pemisah, “Karena Dialah damai sejahtera kita, yang telah mempersatukan kedua pihak dan yang telah merubuhkan tembok pemisah, yaitu perseteruan” (Ef 2:14). Hanya dengan damai Kristus yang menguasai hati kita, kita akan dimampukan untuk membuka diri, merangkul dan menyambut sesama anak bangsa dan bersama mereka merajut kesatuan dan melangkah bersama menuju masa depan yang semakin cerah.
Inspirasi dan kekuatan spiritual yang mendorong kita untuk mewujudkan kesatuan dan untuk sungguh-sungguh melibatkan diri dalam pembangunan bangsa dan negara Indonesia yang tercinta, kita timba dari kabar sukacita Yesaya: “Sebab seorang anak telah lahir untuk kita, seorang putra telah diberikan kepada kita; lambang pemerintahan ada di atas bahunya, dan namanya disebutkan orang: Penasihat Ajaib, Allah yang Perkasa, Bapa yang Kekal, Raja Damai. Besar kekuasaannya, dan damai sejahtera tidak akan berkesudahan di atas takhta Daud dan di dalam kerajaannya, karena ia mendasarkan dan mengokohkannya dengan keadilan dan kebenaran dari sekarang sampai selama-lamanya”(Yes 9:5-6).
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus
Kita selalu mendambakan damai sejati, yang dilandaskan pada keadilan dan kebenaran. Isi kabar sukacita Natal adalah kelahiran Sang Messias, yang akan mengokohkan Kerajaan-Nya, yaitu kerajaan keadilan dan kebenaran, di mana kita semua adalah warganya. Sebagai warga Kerajaan itu kita ditantang untuk memperjuangkan kesatuan, persaudaraan, kebenaran dan keadilan serta damai sejahtera. Memperjuangkan keadilan, memperkecil jurang kaya dan miskin, memberantas korupsi, merobohkan tembok pemisah atas nama suku, agama dan ras adalah mandat Injili yang mesti kita perjuangkan di bumi Indonesia ini.
Ketika kita sendiri berusaha memberikan kesaksian dalam usaha mewujudkan keadilan, kebenaran, damai sejahtera dan persaudaraan, tentu kita patut mawas diri. Mungkin kita masih menutup diri dalam kenyamanan hidup menggereja, sehingga lalai mewujudkan diri sebagai garam dan terang dunia. Mungkin kita sendiri masih enggan mengulurkan tangan kasih dan persaudaraan kepada sesama anak bangsa, terutama kepada mereka yang kecil dan terpinggirkan. Bukankah damai sejahtera hanya dapat terwujud ketika kita berhasil mengalahkan kepentingan diri demi kebaikan bersama? Bukankah Raja Damai yang lahir ke dunia menyadarkan kita bagaimana Dia telah mengosongkan diri-Nya dan mengambil rupa seorang hamba, dan menjadi sama dengan manusia (Fil 2:7)?
Saudara-saudari terkasih dalam Kristus
Sebagai warga Kristiani, kita sendiri ditantang untuk tak henti-hentinya mewujudkan damai sejahtera, kerukunan dan persaudaraan di antara kita. Karena itu, kita patut bersyukur atas hasil kerja keras dari Komisi Gereja Lutheran dan Katolik untuk menggalang persatuan. Selama 500 tahun, kita merajut kerukunan dan kehangatan persaudaraan di antara kita dengan jatuh bangun. Dari Juru Selamat, yang adalah Jalan, Kebenaran dan hidup” (Yoh 14:6), kita belajar untuk merendahkan diri dan membuka diri satu sama lain. Dalam semangat itulah, kita belajar mengulurkan kebaikan dan kasih kepada sesama. Kita belajar saling mengampuni dan memaafkan. Jika ada kasih dan damai dalam hati kita masing-masing, kita akan bersukacita dan dapat bersama-sama mewujudkan komunitas ekumenis. Dengan bersatu sebagai umat Kristiani, kesaksian kita tentang kerukunan dan persaudaraan kepada masyarakat majemuk di negeri ini lebih berarti dan meyakinkan.
Selain rukun dengan sesama, damai yang dibawa Sang Juru Selamat juga mengajak kita untuk berdamai dengan segenap ciptaan. Saat ini ciptaan sedang menjerit karena segala kerusakan yang telah kita timpakan padanya. Tanpa tanggungjawab kita menggunakan dan menyalah-gunakan kekayaan yang ditanamkan Allah di dalamnya. Mewujudkan damai sejahtera dengan alam ciptaan berarti bertanggungjawab memulihkan keutuhannya. Selain itu, kita wajib mewujudkan keadilan dalam hidup bersama, karena alam merupakan sumber hidup yang disediakan Tuhan bagi semua manusia, dan bahwa segala sesuatu bersatu dan tertuju kepada Kristus sebagai kepala (Kol 1:15-22). Dengan demikian, masih ada banyak yang perlu kita kerjakan untuk menciptakan kerukunan dan persaudaraan, sementara dilain pihak kita patut selalu bersyukur karena karya besar Tuhan yang kita alami bersama.
Semoga perayaan Natal mendorong dan menyemangati kita semua untuk belajar dan mengembangkan kemampuan menerima perbedaan dan menyukurinya sebagai kekayaan kehidupan bersama kita di negeri ini. Marilah kita menghidupi dan mengembangkan damai sejahtera yang merupakan anugerah dari Allah, dengan jalan merangkul sesama, merawat ciptaan serta memajukan kerukunan dan persaudaraan di antara kita. Hanya dengan demikian, kita dapat memberi kesaksian bahwa damai sejahtera Kristus memerintah dalam hati kita. Selamat Natal, Tuhan memberkati.
SELAMAT NATAL 2017 DAN TAHUN BARU 2018
Jakarta, 22 November 2017
Atas nama
PERSEKUTUAN GEREJA-GEREJA KONFERENSI WALIGEREJA
DI INDONESIA (PGI) INDONESIA (KWI)
Pdt. Dr. Henriette T.H-Lebang Mgr. Ignatius Suharyo
Ketua Umum Ketua
Pdt. Gomar Gultom Mgr. Antonius S. Bunjamin, OSC
Sekretaris Umum Sekretaris Jenderal
Menjawab Segera PanggilanNya
Kamis, 30 November 2017
Pesta S. Andreas, Rasul
Refleksi harianku dalam doa berdasarkan Mat 4:18-22
Pada suatu hari, ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat dua orang bersaudara, yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya. Mereka sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka itu penjala ikan. Yesus berkata kepada mereka, "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan penjala manusia." Mereka pun segera meninggalkan jalanya, lalu mengikuti Yesus.
Tuhan
Yesus Kristus terkasih, Engkau memanggilku juga dan Engkau menghendaki
jawaban seketika, jawaban cinta. Hanya jika aku mengasihiMu lebih dari
diriku sendiri maka aku dapat mengikutiMu seketika. Semakin aku
mengasihiMu, semakin aku dapat mengikutiMu lebih baik.
Ijinkan
daku mengikutiMu lebih baik dengan segera. Engkau telah memanggilku
setiap hari. Bantulah aku menjawab panggilan ini dengan cinta, cinta
yang mengalahkan semua cinta lain, hasrat dan keinginanku kini dan
selamanya. Amin.
Pastoran "Johar" Wurli, 29/11/2017
»̶·̵̭̌·̵̭̌✽̤̈̊•Ɓέяќǎђ•Đǎlєm•✽̤̥̈̊·̵̭̌·̵̭̌«̶
Aloys budi purnomo Pr
Sent from my heart of abudhenkpr
"abdi Dalem palawija"
Majalah INSPIRASI, Lentera yang Membebaskan
Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang
Aloys budi purnomo Pr
Sent from my heart of abudhenkpr
"abdi Dalem palawija"
Majalah INSPIRASI, Lentera yang Membebaskan
Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang
Rangkuman Hari Studi Para Uskup 2017: Gereja Mesti Tetap Menjadi “Lumen Gentium”
Copas dari WAG EKSIM BARU ASELI kiriman FransPriyo-NunikPurwani
Dengan mempertimbangkan situasi kehidupan berbangsa dan bernegara saat ini dan mengingat panggilan Gereja sebagai pewarta pengharapan, Hari Studi Para Uskup dalam Sidang Tahunan KWI 2017 selama tiga hari di Aula KWI, Jakarta Pusat membedah tema “Gereja yang Signifikan dan Relevan: Panggilan Gereja Menyucikan Dunia.”Setelah mendengarkan pemaparan para narasumber dan melalui diskusi panjang di antara para Gembala serta debat-debat alot di antara mereka, akhirnya membuahkan hasil berupa sebuah rangkuman dari pengamat proses Hari Studi Para Uskup 2017. Pengamat proses tersebut adalah Rm. Dr. Peter C. Aman OFM, dosen Moral Kristiani STF Driyarkara.
Menurut pengamatan Direktur Komisi JPIC-OFM Indonesia ini di tengah carut-marut kondisi bangsa dan negara saat ini, Gereja Katolik tidak kehilangan asa dan gagasan untuk merajut kesatuan dan mengupayakan keadilan serta merawat keutuhan keluarga bangsa Indonesia. Gereja mesti tetap menjadi “lumen gentium” dan mesti menegaskan peranannya di tengah dunia modern dengan mengintegrasikan “kegembiraan dan harapan, duka dan kecemasan masyarakat Indonesia zaman ini.” Atas dasar keprihatinan serta hasrat kuat demi bangsa dan Gereja itulah, tahun ini Gereja menegaskan gerak-langkahnya dalam tema: “Menjadi Gereja yang Relevan dan Signifikan: Panggilan Gereja Menyucikan Dunia.”
Lalu, pertanyaannya adalah bagaimana Gereja merumuskan perannya di tengah masyarakat Indonesia saat ini?
Lanjutnya, hal tersebut bisa dilakukan melalui langkah-langkah berikut ini:
Kondisi yang digambarkan para narasumber selama hari studi ini berpotensi menghancurkan bangunan kebangsaan, maka Gereja ditantang untuk menjadi kekuatan masyarakat warga dalam memperjuangkan kebersamaan dan merawat Pancasila, demi mewujudkan keluarga bangsa Indonesia atas dasar Pancasila.
1. Gereja perlu berjerih payah dan bekerja keras dengan semua yang berkehendak baik, serta mengoptimalkan potensinya sendiri untuk berkiprah dan terlibat di banyak bidang dan lembaga-lembaga publik. Gereja dalam sejarahnya dikenal karena memberi kontribusi besar bagi bangsa dan negara Indonesia di bidang pendidikan, kesehatan dan sosial-karitatif.
2. Mengupayakan pemurnian dan optimalisasi tugas Gereja menyucikan dunia melalui perjuangan perwujudan nilai-nilai Pancasila, dengan demikian Gereja akan tetap relevan dan signifikan bagi dunia, khususnya Indonesia.. Menyucikan dunia berarti menjadikannya selaras kehendak Bapa, maka di sini seruan Evangelii Gaudium mendekati kenyataan, menjadi “Gereja yang memar, terluka dan kotor karena telah keluar di jalan-jalan, bukan Gereja yang menutup diri dalam kenyamanannya sendiri” (bdk. EG 49). Lorong kemartiran mungkin mesti dilalui.
3. Para Gembala perlu semakin menyadari bahwa padang rumput Indonesia semakin gersang. Maka, para Gembala ditantang untuk tetap setia, menyerupai Sang Gembala Agung. Para gembala berbau domba adalah tuntutan nyata, merajut kesatuan dan hadir dalam kehidupan umat; bahkan memberi terang pengarah atau menjadi suara hati dunia, seperti kata Paus Paulus VI. Gereja diminta bersuara untuk keadilan dan perampasan hak-hak masyarakat, merevitalisasi organisasi-organisasi Katolik agar lebih terlibat dalam persoalan bangsa, serta meretas jalan bagi evangelisasi yang memperhitungkan soal-soal sosial, budaya serta keadilan sosial-ekologis.
4. Gereja ditantang untuk keluar menebarkan kasih sayang tulus bagi masyarakat Indonesia, di tengah realitas masyarakat yang semakin eksklusif berdasar agama atau kepercayaan. Berdialog dengan tulus, berbagi kebaikan tanpa ingin menguasai adalah pintu lebar bagi dialog iman dan perwujudan kebersamaan persaudaraan. Untuk itu Gereja Katolik ditantang untuk mengintegrasikan spirit dialog dalam kebijakan pastoral dan formasi tenaga pastoral ke depan. Nilai-nilai Pancasila, yang memang sejalan dengan nilai-nilai Kristiani, dapat diangkat dalam pastoral dan refleksi teologis Gereja (teologi Pancasila).
5. Memajukan peran Gereja (kerja sama awam-hierarki) dalam pendidikan nilai-nilai Pancasila serta mendorong awam untuk terjun ke bidang politik, ekonomi dan pemerintahan. Mengasah kepekaan dan mendorong aksi: mewujudkan tugas dan tanggung jawab sosial awam Katolik agar menjadi pelaku keadilan dan pemulih keutuhan ciptaan. Menggalakkan usaha pembangunan ekonomi dengan memperhatikan hak-hak masyarakat (adat), keadilan dan perlindungan lingkungan hidup. Jurang kaya miskin mesti menjadi komitmen awam Katolik untuk mencegah semakin lebarnya kesenjangan itu dan pencabutan hak-hak masyarakat serta kecemburuan sosial. Kerasulan kepada awam-awam kaya perlu dilakukan. Kedamaian hanya dapat terwujud jika ada keadilan. Mewujudkan keadilan adalah saripati dari tugas mewartakan Injil. Pendampingan dan panduan pemimpin Gereja untuk awam agar berani terlibat di pelbagai lini kehidupan terasa makin perlu.
6. Para gembala Gereja diharapkan menjadi promotor utama untuk mendekatkan Gereja dengan masyarakat, agar Gereja tidak terkesan eksklusif, tetapi hadir dalam gerakan afirmatif melalui aksi sosial, pemberdayaan masyarakat serta membangun kebersamaan hidup demi mengikis kecemburuan, antipati dan penolakan. Kerja sama dengan pemerintah, pemimpin-pemimpin masyarakat/adat dan agama menjadi pilihan penting untuk pemimpin Gereja. Memajukan peran masyarakat awam, terutama tokoh-tokoh adat, yang sebenarnya masih signifikan, kendati sering diperalat korporasi.
Sumber : Dokpen KWI (PS)
Lamunan Pesta
Santo Andreas,
Rasul
Kamis, 30
November 2017
Mateus 4:18-22
4:18.
Dan ketika Yesus sedang berjalan menyusur danau Galilea, Ia melihat dua orang
bersaudara, yaitu Simon yang disebut Petrus, dan Andreas, saudaranya. Mereka
sedang menebarkan jala di danau, sebab mereka penjala ikan.
4:19
Yesus berkata kepada mereka: "Mari, ikutlah Aku, dan kamu akan Kujadikan
penjala manusia."
4:20
Lalu merekapun segera meninggalkan jalanya dan mengikuti Dia.
4:21
Dan setelah Yesus pergi dari sana, dilihat-Nya pula dua orang bersaudara, yaitu
Yakobus anak Zebedeus dan Yohanes saudaranya, bersama ayah mereka, Zebedeus,
sedang membereskan jala di dalam perahu. Yesus memanggil mereka
4:22 dan mereka segera meninggalkan
perahu serta ayahnya, lalu mengikuti Dia.
Butir-butir Permenungan
- Tampaknya, ada gambaran bahwa orang akan berada di depan wajah Tuhan karena tekun dalam beragama. Dengan rajin ikut aktivitas keagamaan orang berada dalam lingkungan ilahi.
- Tampaknya, ada gambaran bahwa Tuhan akan memberi perhatian khusus pada yang rajin berdoa dan beribadat. Dengan berdoa dan beribadat orang berjumpa secara pribadi dengan yang ilahi.
- Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul dekat dengan kedalaman batin, sekalipun doa dan ibadat serta berbagai kegiatan keagamaan memudahkan orang teringat yang ilahi, orang sungguh terpandang di hadapan Tuhan terutama karena komitmennya dalam menjalani tugas hidup harian dan segala yang dikerjakan selalu memiliki bobot perjuangan kemanusiaan. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang dengan pekerjaan apapun selalu dilakukan dalam rangka kebutuhan kebaikan umum.
Ah, yang pokok dalam bekerja ya cari uang.
Tuesday, November 28, 2017
Harga Kemuridan
Rabu, 29 November 2017
Rabu Pekan Biasa XXXIV
Refleksi harianku dalam doa berdasarkan Luk 21:12-19
Pada waktu itu Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Akan datang harinya kalian akan ditangkap dan dianiaya. ... Hal itu akan menjadi kesempatan bagimu untuk bersaksi. Sebab itu tetap teguhlah di dalam hatimu, jangan kalian memikirkan lebih dahulu pembelaanmu. Aku sendirilah yang akan memberi kalian kata-kata hikmat, sehingga kalian tidak dapat ditentang atau dibantah lawan-lawanmu. Kalau kalian tetap bertahan, kalian akan memperoleh hidupmu."
Tuhan
Yesus Kristus terkasih, dalam Injil hari ini, Engkau mengingatkan daku
bahwa aku akan menghadapi perlawanan dari dunia dalam mengikuti Engkau.
Itulah harga yang harus kubayar dalam mengikuti Dikau. Itulah
kemuridanku. Namun Engkau meneguhkanku dengan bersabda, "Aku sendiri
yang akan memberiMu kebijaksanaan untuk berbicara...." Engkau meminta
agar aku tidak mempersiapkan pembelaanku.
Engkau
menghendaki aku menggunakan talentaku demi Kerajaan Allah. Engkau
mengundangku untuk mengandalkan bahwa kemenangan sepenuhnya kebaikan
atas kejahatan berada di tanganMu. Saat aku tinggal dekat padaMu dalam
doa dan karya, Engkaulah yang mengelola hidupku sedikit demi sedikit.
Engkaulah Penebusku. Engkau menganugerahkan dayaMu untuk menghadapi
kesulitan dalam menghayati imanku dari hari ke hari. Bantulah aku setia
padaMu tanpa berhitung konsekuensinya kini dan selamanya. Amin.
Campus Ministry_SCU, 29/12/2017
»̶·̵̭̌·̵̭̌✽̤̈̊•Ɓέяќǎђ•Đǎlєm•✽̤̥̈̊ ·̵̭̌·̵̭̌«̶
Aloys budi purnomo Pr
Sent from my heart of abudhenkpr
"abdi Dalem palawija"
Majalah INSPIRASI, Lentera yang Membebaskan;
Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang;
Campus Ministry Unika Soegijapranata Semarang.
Aloys budi purnomo Pr
Sent from my heart of abudhenkpr
"abdi Dalem palawija"
Majalah INSPIRASI, Lentera yang Membebaskan;
Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang;
Campus Ministry Unika Soegijapranata Semarang.
Lamunan Pekan Biasa XXXIV
Rabu, 29
November 2017
Lukas 21:12-19
21:12
Tetapi sebelum semuanya itu kamu akan ditangkap dan dianiaya; kamu akan
diserahkan ke rumah-rumah ibadat dan penjara-penjara, dan kamu akan dihadapkan
kepada raja-raja dan penguasa-penguasa oleh karena nama-Ku.
21:13
Hal itu akan menjadi kesempatan bagimu untuk bersaksi.
21:14
Sebab itu tetapkanlah di dalam hatimu, supaya kamu jangan memikirkan lebih
dahulu pembelaanmu.
21:15
Sebab Aku sendiri akan memberikan kepadamu kata-kata hikmat, sehingga kamu
tidak dapat ditentang atau dibantah lawan-lawanmu.
21:16
Dan kamu akan diserahkan juga oleh orang tuamu, saudara-saudaramu, kaum
keluargamu dan sahabat-sahabatmu dan beberapa orang di antara kamu akan dibunuh
21:17
dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku.
21:18
Tetapi tidak sehelaipun dari rambut kepalamu akan hilang.
21:19
Kalau kamu tetap bertahan, kamu akan memperoleh hidupmu."
Butir-butir Permenungan
- Tampaknya, sekalipun bersalah akan berjuang untuk membebaskan diri dari jeratan-jeratan hukum di depan pengadilan. Dia akan mencari celah-celah hukum untuk mencari pembenaran.
- Tampaknya, sekalipun benar orang bisa lari bersembunyi kalau berhadapan dengan kekuatan-kekuatan yang membecinya. Dia dapat mengubah sikap dengan dalih-dalih tertentu di depan hakim kalau harus berhadapan dengan pengadilan.
- Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun di depan pengadilan terjadi persaingan untuk memenangkan perkara, hal itu tidak menjadi keprihatinan utama bagi seorang pejuang kebaikan umum karena memiliki keyakinan bahwa kehidupan sejati datang karena kekuatan bertahan dalam kebenaran sekalipun berhadapan dengan berbagai ancaman dan aniaya. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang mendapatkan daya hidup sejati yang tetap ceria bercaya di tengah gelapnya ancaman dan marabahaya.
Ah, di pengadilan yang paling pokok orang mencari
menang.
Monday, November 27, 2017
Tak Mau Kupat
Kalau sudah masuk golongan lanjut usia, apalagi terjangkit penyakit-penyakit tua, orang dapat mengalami ketidakmampuan mengorganisasi organ-organ tubuh. Dua hal yang mudah mengganggu orang lain dalam kebersamaan adalah ketidakmampuan menahan kencing dan berak. Tak sedikit seorang lansia yang merasa mau buang air kecil dan ketika dia mulai melangkah menuju toilet, air seni sudah nyelonong keluar tidak menunggu aba-aba. Demikian juga kelompok tinja bisa mendadak nyelonong dari dubur ketika orang baru berniat dalam hati untuk berak. Kondisi seperti ini juga terjadi untuk beberapa rama di Komunitas Rama Domus Pacis. Maka, kalau kencing dan berak saja mudah keluar, kentut pun pasti tidak menjadi hal yang disoalkan. Ternyata rama-rama Domus Pacis memiliki jurus untuk tidak terganggu terhadap yang di antara mereka memiliki masalah-masalah kelansiaan tersebut. Jurus itu amat mudah dan sederhana tetapi membutuhkan sikap hati menguatkan telinga tak terganggu oleh suara "tak sopan". Para rama Domus, yang kalau omong-omong secara praktis hanya pada saat makan, biasa berkelakar tentang kondisi-kondisi kelansiaan tadi. Berceritera pengalaman-pengalaman ngompol dan kecirit sambil makan sudah tidak mengganggu kenikmatan dan kelahapan. (Tentu saja, hal ini tak terjadi bila ada tamu ikut makan.)
Yang mengherankan, tampaknya dari suasana saling ceritera dan saling mentertawakan, itu semua menjadi seperti terapi mengurangi kondisi dol (tak mudah menahan). Barangkali dengan tidak mempersoalkan realita kelansiaan membuat kaum lansia mendapatkan kesadaran tanda-tanda awal kalau akan kencing atau berak. Kelakar "tak sopan" seperti itu misalnya terjadi pada makan siang Senin 20 November 2017. Pada saat itu di antara menu terdapat tahu kupat. Rm. Harto minta Mas Abas, yang biasa menyuapi, untuk mengambilkan menu itu. Tahu, taoge, sayuran lain, dan kuah kecap sudah berada dipiring. Tetapi Rm. Harto dengan telunjuk tangannya menunjuk-nunjuk sambil berkata sesuatu. Tangan beliau, yang selalu bergerak-gerak karena tremor, membuat jari telunjuk menunjuk sana-sini. Suara yang lemah membuat omongan tak jelas. "Niki?" (Minta ini?) kata Rm. Bambang menunjuk lauk tertentu, yang diulang-ulang sambil menunjuk menu lain. Tetapi Rm. Harto selalu memberi kode "Bukan" dengan telapak tangan yang lain. Mas Abas, yang berusaha bertanya beberapa kali tetapi tidak memahami jawabannya, tiba-tiba berkata "Oooo, mboten kersa mawi kupat" (Oooo, tidak mau memakai kupat). Rm. Yadi bertanya kepada Rm. Bambang "Mboten purun mawi napa?" (Tak mau pakai apa?) yang dijawab "Kupat". Sesudah itu terjadi gelak tawa dari semua yang ada di kamar makan, karena Rm. Yadi dengan sembrono berkata "Oooo, kula kira KOPET" (Oooo, saya kira TAI KECIL DI CELANA ORANG).
Bertahan Sampai Akhir
Selasa, 28 November 2017
Selasa Pekan Biasa XXXIV
Refleksi harianku dalam doa berdasarkan Luk 21:5-11
Yesus berkata kepada mereka, "Waspadalah, jangan sampai kalian disesatkan. Bila kalian mendengar kabar tentang perang dan pemberontakan, janganlah kalian terkejut. Sebab semuanya itu harus terjadi dahulu, tetapi itu tidak berarti kesudahannya akan datang segera."
Tuhan
Yesus Kristus terkasih, terima kasih berkenan meneguhkan daku bahwa aku
tidak harus berjuang melawan cobaan sendirian. Itu karena Engkaulah
kekuatanku.
KemenanganMu
mengatasi kekuatan jahat bahkan saat mereka tampak kuat dan tak
terkalahkan. Bantulah aku tetap berharap dalam kerahimanMu meski krisis
terjadi dalam hidupku. Semoga aku jadi saksi pengharapan dalam kesetiaan
iman bahwa Allah akan menang kini dan selamanya. Amin.
Girlan Ungaran, 28/11/2017
»̶·̵̭̌·̵̭̌✽̤̈̊•Ɓέяќǎђ•Đǎlєm•✽̤̥̈̊·̵̭̌·̵̭̌«̶
Aloys budi purnomo Pr
Sent from my heart of abudhenkpr
"abdi Dalem palawija"
Majalah INSPIRASI, Lentera yang Membebaskan
Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang
Aloys budi purnomo Pr
Sent from my heart of abudhenkpr
"abdi Dalem palawija"
Majalah INSPIRASI, Lentera yang Membebaskan
Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang
Try the new Yahoo Mail
Lamunan Pekan Biasa XXXIV
Selasa, 28
November 2017
Lukas 21:5-11
21:5.
Ketika beberapa orang berbicara tentang Bait Allah dan mengagumi bangunan itu
yang dihiasi dengan batu yang indah-indah dan dengan berbagai-bagai barang
persembahan, berkatalah Yesus:
21:6
"Apa yang kamu lihat di situ--akan datang harinya di mana tidak ada satu
batupun akan dibiarkan terletak di atas batu yang lain; semuanya akan
diruntuhkan."
21:7
Dan murid-murid bertanya kepada Yesus, katanya: "Guru, bilamanakah itu
akan terjadi? Dan apakah tandanya, kalau itu akan terjadi?"
21:8
Jawab-Nya: "Waspadalah, supaya kamu jangan disesatkan. Sebab banyak orang
akan datang dengan memakai nama-Ku dan berkata: Akulah Dia, dan: Saatnya sudah
dekat. Janganlah kamu mengikuti mereka.
21:9
Dan apabila kamu mendengar tentang peperangan dan pemberontakan, janganlah kamu
terkejut. Sebab semuanya itu harus terjadi dahulu, tetapi itu tidak berarti
kesudahannya akan datang segera."
21:10
Ia berkata kepada mereka: "Bangsa akan bangkit melawan bangsa dan kerajaan
melawan kerajaan,
21:11 dan akan terjadi gempa bumi yang
dahsyat dan di berbagai tempat akan ada penyakit sampar dan kelaparan, dan akan
terjadi juga hal-hal yang mengejutkan dan tanda-tanda yang dahsyat dari langit.
Butir-butir Permenungan
- Tampaknya, pada umumnya orang merindukan hidup aman tentram. Orang menginginkan kedamaian bebas dari segala permasalahan.
- Tampaknya, berhadapan dengan berbagai masalah sosial yang tumpang tindih orang dapat kebingungan. Orang dapat terpikat pada sosok-sosok yang menawarkan berbagai pemecahan.
- Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul dekat dengan kedalaman batin, sehebat apapun upaya menghadapi dan berjuang membebaskan diri dari berbagai permasalah, itu semua dapat menjadi sia-sia kalau orang, baik secara pribadi maupun bersama, di tengah masyarakat tidak memiliki sikap waspada dalam hatinya untuk selalu menyadari permasalahannya karena setiap perkembangan hidup dan jaman selalu membawa masalahnya sendiri. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan selalu sadar dan waspada menghadapi berbagai permasalahan sehingga tak akan kena arus asal tak konflik.
Ah, hidup kongkret itu ikut saja arus umum.
Sunday, November 26, 2017
Mau Menghibur, Malah Terhibur
Senin itu, tanggal 20 November 2017 sekitar jam 10.45an, Rm. Bambang sedang berbaring tiduran. Maklumlah, dia terbiasa bangun dini hari dan kemudian mengerjakan tulisan dan pengiriman renungan di internet. Maka, sesudah makan pagi Rm. Bambang biasa mulai mengantuk. Tiba-tiba dia mendengar suara Mas Abas "Rama, wonten rombongan saking Nanggulan" (Rama, ada rombongan dari Nanggulan) yang dijawabnya "Nggo kabeh apa mung nggo Rama Harto?" (Untuk semua rama atau hanya untuk Rama Harto?). Rm. Bambang bertanya seperti itu karena pernah terjadi ada rombongan dari Nanggulan, dan Rm. Bambang terlanjur memberi tahu rama-rama lain, ketika datang bilang akan mengunjungi Rm. Harto.
Tetapi pada hari itu rombongan, yang ternyata kelompok lansia Paroki Nanggulan, datang untuk semua rama Domus Pacis. Rm. Yadi, Rm. Ria, Rm. Harto, Rm. Tri Wahyono, dan Rm. Bambang bersama-sama menyambut di ruang pertemuan dalam. Sesudah kata-kata pembuka dari seorang bapak, bapak lain tampil dan berkata "Marilah kita menyanyikan lagu-lagu untuk menghibur para rama sepuh" dan kemudian memimpin beberapa lagu dengan semangat model PIA (Pendampingan Iman Anak). Kemudian terjadi omong-omong antara pengunjung dan para rama. Dari omong-omong ini tercipta suasana meriah penuh gelak tawa. Ini terjadi karena cerita-cerita sharing yang muncul dari para rama. Tiba-tiba salah satu pengunjung berkata "Wah, kita datang untuk menghibur ternyata malah terhibur". Di akhir acara, para tamu minta rama memberkati bunga-bunga tabur, karena mereka akan melanjutkan perjalanan untuk berziarah di makam rama-rama Kentungan. Sesudah Rm. Yadi memberkati bunga-bunga, Rm. Harto menyampaikan berkat untuk semua.
Memberi dengan Murah Hati
Senin, 27 November 2017
Senin Pekan Biasa XXXIV
Refleksi harianku dalam doa berdasarkan Luk 21:1-4
Di
bait Allah, tatkala mengangkat muka, Yesus melihat orang-orang kaya
memasukkan persembahan mereka ke dalam peti persembahan. Ia melihat juga
seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu. Maka Yesus
berkata, "Sesungguhnya janda miskin ini memberi lebih banyak daripada
semua orang itu. Sebab mereka semua memberi persembahannya dari
kelimpahannya, tetapi janda ini memberi dari kekurangannya, bahkan ia
memberi seluruh nafkahnya."
Tuhan
Yesus Kristus terkasih, dalam Injil hari ini, Engkau mencela orang kaya
yang memberi dari kelimpahan mereka. Sebaliknya Engkau memuji janda
miskin yang memberian segala sesuatu yang ia butuhkan untuk kelangsungan
hidupnya.
Engkau
melihat kedalaman hatiku. Engkau tahu kemurahanku atau keegoisanku.
Bantulah aku bersikap murah hati dan berbagi banyak anugerah yang Kau
berikan padaku. Tak peduli orang lain melihat atau mengabaikan
tindakanku. Ajarilah aku cara memberi dengan murah hati dan tak
berhitung harganya kini dan selamanya. Amin.
»̶·̵̭̌·̵̭̌✽̤̈̊•Ɓέяќǎђ•Đǎlєm•✽̤̥̈̊ ·̵̭̌·̵̭̌«̶
Aloys budi purnomo Pr
Sent from my heart of abudhenkpr
"abdi Dalem palawija"
Majalah INSPIRASI, Lentera yang Membebaskan;
Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang;
Campus Ministry Unika Soegijapranata Semarang.
Aloys budi purnomo Pr
Sent from my heart of abudhenkpr
"abdi Dalem palawija"
Majalah INSPIRASI, Lentera yang Membebaskan;
Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang;
Campus Ministry Unika Soegijapranata Semarang.
Try the new Yahoo Mail
Lamunan Pekan Biasa XXXIV
Senin, 27
November 2017
Lukas 21:1-4
21:1.
Ketika Yesus mengangkat muka-Nya, Ia melihat orang-orang kaya memasukkan
persembahan mereka ke dalam peti persembahan.
21:2
Ia melihat juga seorang janda miskin memasukkan dua peser ke dalam peti itu.
21:3
Lalu Ia berkata: "Aku berkata kepadamu, sesungguhnya janda miskin ini
memberi lebih banyak dari pada semua orang itu.
21:4
Sebab mereka semua memberi persembahannya dari kelimpahannya, tetapi janda ini
memberi dari kekurangannya, bahkan ia memberi seluruh nafkahnya."
Butir-butir Permenungan
- Tampaknya, uang memang menjadi kebutuhan dalam kehidupan kongkret. Bahkan pada masa kini kehidupan apa saja kerap dihitung dengan uang.
- Tampaknya, uang juga menjadi kesibukan besar dalam hidup keagamaan. Agama yang merupakan gerakan rohani juga amat membutuhkan uang.
- Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul akrab dengan kedalaman batin, sebanyak apapun sumbangan uang atau derma diberikan untuk agama demi kebutuhan kegiatan-kegiatan dan kehidupan para petugasnya, hal itu tidak akan menjadi tolok ukur besar kecilnya persembahan sejati yang berakar pada sikap lepas bebas dari penguasaan harta, sehingga sesedikit apapun derma kaum miskin dapat bernilai jauh lebih besar dibandingkan dengan sebanyak apapun pemberian orang kaya yang menjadi bagian kecil dari limpahan besaran bunga simpanan uang. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang tidak akan menilai keluhuran orang lain dari bentuk-bentuk pemberian material dan finansial.
Ah, bagaimanapun juga yang banyak menyumbang uang ya
harus amat dihargai lebih.
Tindakan Kasih Kerahiman
Minggu, 26 November 2017
HR Tuhan Kita Yesus Kristus Raja Semesta Alam
Refleksi harianku dalam doa berdasarkan Mat 25:31-46
Sekali peristiwa Yesus berkata kepada murid-murid-Nya, "Sebab
ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi
Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan; ketika
Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat
Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku. Sesungguhnya
segala sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku
yang paling hina ini, kamu telah melakukannya untuk Aku."
Tuhan
Yesus Kristus terkasih, pesan Injil hari ini amat simpel. Itu tidak
tentang sesuatu nanti, melainkan tentang saat ini di sini untuk membuka
mataku pada sesamaku yang membutuhkan perhatian. Engkau mengingatkan
daku bahwa Engkau akan menghakimiku berdasarkan kasih nyata dan
pelayanan kepada sesama. Aku harus menunjukkan belarasa dan kasih nyata
kepada sesama yang berkekurangan.
Engkau
menyamakan diriMu dengan mereka. Engkau ada dalam diri yang lapar haus,
miskin, sakit, terpenjara, telanjang dan orang asing. Jika aku
berpaling dari mereka maka aku pun berpaling dariMu.
Engkau
tidak menggunakan kata-kata khayal tentang keadilan dan solidaritas
melainkan bicara tentang makanan, minuman, pakaian, dan perlindungan.
Itu bukan kasih abstrak namun tindakan kerahiman nyata: memberi,
menyambut, mengunjungi dan memperhatikan. Itu bukan teori kasih tetapi
belarasa menolong sesama yang menderita. Bantulah aku mengenal wajahMu
dan melayani Dikau dengan penuh kasih dalam diri sesama kini dan
selamanya. Amin.
Girlan Ungaran, 26/11/2017
»̶·̵̭̌·̵̭̌✽̤̈̊•Ɓέяќǎђ•Đǎlєm•✽̤̥̈̊·̵̭̌·̵̭̌«̶
Aloys budi purnomo Pr
Sent from my heart of abudhenkpr
"abdi Dalem palawija"
Majalah INSPIRASI, Lentera yang Membebaskan
Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang
Aloys budi purnomo Pr
Sent from my heart of abudhenkpr
"abdi Dalem palawija"
Majalah INSPIRASI, Lentera yang Membebaskan
Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang
Friday, November 24, 2017
Lamunan Hari Raya
Tuhan Yesus Raja
Semesta Alam
Minggu, 26
November 2017
Matius 25:31-46
25:31.
"Apabila Anak Manusia datang dalam kemuliaan-Nya dan semua malaikat
bersama-sama dengan Dia, maka Ia akan bersemayam di atas takhta kemuliaan-Nya.
25:32
Lalu semua bangsa akan dikumpulkan di hadapan-Nya dan Ia akan memisahkan mereka
seorang dari pada seorang, sama seperti gembala memisahkan domba dari kambing,
25:33
dan Ia akan menempatkan domba-domba di sebelah kanan-Nya dan kambing-kambing di
sebelah kiri-Nya.
25:34
Dan Raja itu akan berkata kepada mereka yang di sebelah kanan-Nya: Mari, hai
kamu yang diberkati oleh Bapa-Ku, terimalah Kerajaan yang telah disediakan
bagimu sejak dunia dijadikan.
25:35
Sebab ketika Aku lapar, kamu memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu memberi
Aku minum; ketika Aku seorang asing, kamu memberi Aku tumpangan;
25:36
ketika Aku telanjang, kamu memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit, kamu melawat
Aku; ketika Aku di dalam penjara, kamu mengunjungi Aku.
25:37
Maka orang-orang benar itu akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami
melihat Engkau lapar dan kami memberi Engkau makan, atau haus dan kami memberi
Engkau minum?
25:38
Bilamanakah kami melihat Engkau sebagai orang asing, dan kami memberi Engkau
tumpangan, atau telanjang dan kami memberi Engkau pakaian?
25:39
Bilamanakah kami melihat Engkau sakit atau dalam penjara dan kami mengunjungi Engkau?
25:40
Dan Raja itu akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala
sesuatu yang kamu lakukan untuk salah seorang dari saudara-Ku yang paling hina
ini, kamu telah melakukannya untuk Aku.
25:41
Dan Ia akan berkata juga kepada mereka yang di sebelah kiri-Nya: Enyahlah dari
hadapan-Ku, hai kamu orang-orang terkutuk, enyahlah ke dalam api yang kekal
yang telah sedia untuk Iblis dan malaikat-malaikatnya.
25:42
Sebab ketika Aku lapar, kamu tidak memberi Aku makan; ketika Aku haus, kamu
tidak memberi Aku minum;
25:43
ketika Aku seorang asing, kamu tidak memberi Aku tumpangan; ketika Aku
telanjang, kamu tidak memberi Aku pakaian; ketika Aku sakit dan dalam penjara,
kamu tidak melawat Aku.
25:44
Lalu merekapun akan menjawab Dia, katanya: Tuhan, bilamanakah kami melihat
Engkau lapar, atau haus, atau sebagai orang asing, atau telanjang atau sakit,
atau dalam penjara dan kami tidak melayani Engkau?
25:45
Maka Ia akan menjawab mereka: Aku berkata kepadamu, sesungguhnya segala sesuatu
yang tidak kamu lakukan untuk salah seorang dari yang paling hina ini, kamu
tidak melakukannya juga untuk Aku.
25:46
Dan mereka ini akan masuk ke tempat siksaan yang kekal, tetapi orang benar ke
dalam hidup yang kekal."
Butir-butir Permenungan
- Tampaknya, orang dapat merasa bahagia karena kedekatannya dengan kaum populer. Dia memiliki pergaulan enak dengan para pejabat yang memiliki kedudukan sosial terhormat.
- Tampaknya, orang juga dapat amat senang karena kedekatannya dengan kaum selebritis. Dia memiliki pergaulan enak dengan para artis kesohor di tengah masyarakat luas.
- Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul mesra dengan kedalaman batin, sebanyak apapun kedekatan seseorang dengan para pejabat dan artis populer dalam perbincangan masyarakat luas, hal itu tidak akan menjadikan dia memiliki martabat sejati yang menghadirkan kebanggaan dan kebahagian mendalam yang tak lekang oleh jaman dan rusaknya dunia yang sesungguhkan diperoleh seseorang tanpa sadar karena kebiasaan dekat peduli pada kaum kecil dan tak terpandang. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang secara alami dekat dengan Tuhan karena kebiasaannya berbela rasa dengan yang papa dan tak terpandang.
Ah, yang membahagiakan itu justru dekat dengan orang
gede dan populer.
Subscribe to:
Posts (Atom)