Jumat, 10
November 2017
Lukas 16:1-8
16:1.
Dan Yesus berkata kepada murid-murid-Nya: "Ada seorang kaya yang mempunyai
seorang bendahara. Kepadanya disampaikan tuduhan, bahwa bendahara itu
menghamburkan miliknya.
16:2
Lalu ia memanggil bendahara itu dan berkata kepadanya: Apakah yang kudengar
tentang engkau? Berilah pertanggungan jawab atas urusanmu, sebab engkau tidak
boleh lagi bekerja sebagai bendahara.
16:3
Kata bendahara itu di dalam hatinya: Apakah yang harus aku perbuat? Tuanku
memecat aku dari jabatanku sebagai bendahara. Mencangkul aku tidak dapat,
mengemis aku malu.
16:4
Aku tahu apa yang akan aku perbuat, supaya apabila aku dipecat dari jabatanku
sebagai bendahara, ada orang yang akan menampung aku di rumah mereka.
16:5
Lalu ia memanggil seorang demi seorang yang berhutang kepada tuannya. Katanya
kepada yang pertama: Berapakah hutangmu kepada tuanku?
16:6
Jawab orang itu: Seratus tempayan minyak. Lalu katanya kepada orang itu: Inilah
surat hutangmu, duduklah dan buat surat hutang lain sekarang juga: Lima puluh
tempayan.
16:7
Kemudian ia berkata kepada yang kedua: Dan berapakah hutangmu? Jawab orang itu:
Seratus pikul gandum. Katanya kepada orang itu: Inilah surat hutangmu, buatlah
surat hutang lain: Delapan puluh pikul.
16:8
Lalu tuan itu memuji bendahara yang tidak jujur itu, karena ia telah bertindak
dengan cerdik. Sebab anak-anak dunia ini lebih cerdik terhadap sesamanya dari
pada anak-anak terang.
Butir-butir Permenungan
- Tampaknya, sadar atau tidak sadar di dalam agama kerap muncul pandangan negatif terhadap perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi (IPTEK). IPTEK kadangkala ditunduh menjauhkan orang dari agama.
- Tampaknya, penilaian negatif terhadap IPTEK didasarkan pada sikap orang yang amat mengagungkan kekuatan otak yang membuat orang sadar akan kekuatan dirinya sehingga berbahaya tidak memperhitungkan peranan Tuhan dalam hidup. Dengan daya ciptanya orang mampu sendiri mempertimbangkan realita kini dan membuat tindakan-tindakan untuk kesejahteraan masa depan.
- Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun perkembangan ilmu pengetahuan dan tekhnologi amat maju pesat sehingga dapat membuat orang lupa atau bahkan tidak memperhitungkan kehadiran daya ilahi dalam kehidupan kongkret, orang baik dan luhur tetap akan berguru bagaimana hidup dengan cerdas dalam ber-Tuhan sehingga keagamaannya tidak terjerat oleh kungkungan romantisme bentuk-bentuk tertentu yang ada di masa lampau. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengan gema relung hati orang akan menghayati hidup keagamaannya dengan anugrah daya cipta, rasa, dan karsanya.
Ah, beragama itu ya ikut saja yang sudah biasa
terjadi.
0 comments:
Post a Comment