Louisa De Mariallae, Klemens Maria Hofbauer
warna liturgi Ungu
Bacaan-bacaan:
Yeh. 18:21-28; Mzm. 130:1-2,3-4ab,4c-6,7-8; Mat. 5:20-26. BcO Ul. 15:1-18.
Bacaan Injil:
20 Maka Aku berkata kepadamu: Jika hidup keagamaanmu tidak lebih benar dari pada hidup keagamaan ahli-ahli Taurat dan orang-orang Farisi, sesungguhnya kamu tidak akan masuk ke dalam Kerajaan Sorga. 21 Kamu telah mendengar yang difirmankan kepada nenek moyang kita: Jangan membunuh; siapa yang membunuh harus dihukum. 22 Tetapi Aku berkata kepadamu: Setiap orang yang marah terhadap saudaranya harus dihukum; siapa yang berkata kepada saudaranya: Kafir! harus dihadapkan ke Mahkamah Agama dan siapa yang berkata: Jahil! harus diserahkan ke dalam neraka yang menyala-nyala. 23 Sebab itu, jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, 24 tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu. 25 Segeralah berdamai dengan lawanmu selama engkau bersama-sama dengan dia di tengah jalan, supaya lawanmu itu jangan menyerahkan engkau kepada hakim dan hakim itu menyerahkan engkau kepada pembantunya dan engkau dilemparkan ke dalam penjara. 26 Aku berkata kepadamu: Sesungguhnya engkau tidak akan keluar dari sana, sebelum engkau membayar hutangmu sampai lunas.
Memetik Inspirasi:
Sering terdengar sesama saudara, bahkan sekandung, bertengkar. Ada banyak alasan yang memang bisa menyebabkan pertengkaran tersebut terjadi. Rasa iri seringkali menjadi pemicu utama. Pertengkaran ini membuat suasana menjadi sangat tidak nyaman.
Tuhan pun melihat fakta tersebut dalam kehidupan sehari-hari. Ia pun memberikan pengajaran yang sangat istimewa. “Jika engkau mempersembahkan persembahanmu di atas mezbah dan engkau teringat akan sesuatu yang ada dalam hati saudaramu terhadap engkau, tinggalkanlah persembahanmu di depan mezbah itu dan pergilah berdamai dahulu dengan saudaramu, lalu kembali untuk mempersembahkan persembahanmu itu” (Mat 5:23-24).
Tuhan mengajak kita berdamai. Ibadah harus didasari dengan perdamaian, apalagi dengan saudara. Beribadah tapi masih menyimpan permusuhan menjadikan hambar ibadah yang dijalani. Maka rasanya, di masa prapaskah ini kita sungguh berusaha membangun perdamaian. Jangan biarkan diri kita dikuasai oleh dendam dan amarah. Sebagai pengikut Kristus kita dipanggil untuk menjadi duta perdamaian.
Refleksi:
Apa yang bisa kulakukan agar bisa berdamai dengan siapapun?
Doa:
Tuhan semoga kami menjadi duta perdamaian. Hilangkan rasa amarah dan benci kami demi perdamaian kehidupan ini. Semoga di masa prapaskah ini banyak orang kembali rukun dan berdamai. Amin
Duta Perdamaian
MoGoeng
Wates
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment