diambil dari katakombe.org/para-kudus Hits: 3750 Diterbitkan: 05 Agustus 2013 Diperbaharui: 01 April 2016
- Perayaan02 April
- LahirTahun 1416
- Kota asalPaola - Italia
- Wilayah karyaItalia, Perancis
- Wafat2 April 1507 di Plessis, Perancis | Oleh sebab alamiah
Pada Tahun 1562 kaum Protestan Huguenots membuka makam orang suci ini dan menemukan jasadnya yang tetap utuh; lalu membakarnya. - KanonisasiTahun 1519 oleh Paus Leo X Sumber : Katakombe.Org
Orang suci ini dilahirkan di sebuah dusun kecil di Paola, Italia sekitar tahun 1416. Orang tuanya miskin, tetapi bersahaja dan kudus. Mereka mohon bantuan doa St. Fransiskus dari Asisi agar dikaruniai seorang putera. Ketika ia akhirnya dilahirkan, ia diberi nama Fransiskus. Anak itu tumbuh besar dan pergi ke sekolah di mana para pengajarnya adalah imam-imam Fransiskan. Di sanalah Fransiskus belajar membaca. Ketika berusia limabelas tahun, seijin orangtuanya, Fransiskus tinggal di sebuah gua. Ia ingin menjadi seorang pertapa dan melewatkan hidupnya hanya bersama Tuhan saja.
Ketika usianya duapuluh tahun, pemuda-pemuda lain ikut bergabung dengannya. St. Fransiskus meninggalkan gua kediamannya. Penduduk kota Paola membangun sebuah gereja dan juga biara untuk Fransiskus dan para pengikutnya. Ia menyebut ordo religiusnya yang baru dengan nama “Minims”. “Minims” artinya “yang terkecil dari semuanya.”
Semua orang mengasihi St. Fransiskus. Ia berdoa bagi mereka dan melakukan banyak mukjizat. Ia terkenal dapat membaca pikiran orang lain. Salah satu mujizatnya yang paling terkenal terjadi pada tahun 1464. Saat itu Santo Fransiskus dan para pengikutnya ingin menyeberangi Selat Messina menuju Sisilia, tapi tukang perahu yang menolak untuk membawa mereka. Santo Fransiskus meletakkan jubahnya di atas air, diikat salah satu ujungnya ke tongkatnya untuk dapat membuat berlayar. Ia dan para pengikutnya kemudian berlayar menyeberangi selat itu diatas jubah. Komponis Franz Liszt menulis sebuah komposisi musik yang indah terinspirasi oleh mujizat yang dibuat oleh Santo pelindungnya itu.
Ketika usianya duapuluh tahun, pemuda-pemuda lain ikut bergabung dengannya. St. Fransiskus meninggalkan gua kediamannya. Penduduk kota Paola membangun sebuah gereja dan juga biara untuk Fransiskus dan para pengikutnya. Ia menyebut ordo religiusnya yang baru dengan nama “Minims”. “Minims” artinya “yang terkecil dari semuanya.”
Semua orang mengasihi St. Fransiskus. Ia berdoa bagi mereka dan melakukan banyak mukjizat. Ia terkenal dapat membaca pikiran orang lain. Salah satu mujizatnya yang paling terkenal terjadi pada tahun 1464. Saat itu Santo Fransiskus dan para pengikutnya ingin menyeberangi Selat Messina menuju Sisilia, tapi tukang perahu yang menolak untuk membawa mereka. Santo Fransiskus meletakkan jubahnya di atas air, diikat salah satu ujungnya ke tongkatnya untuk dapat membuat berlayar. Ia dan para pengikutnya kemudian berlayar menyeberangi selat itu diatas jubah. Komponis Franz Liszt menulis sebuah komposisi musik yang indah terinspirasi oleh mujizat yang dibuat oleh Santo pelindungnya itu.
Ia menasehati para pengikutnya agar senantiasa lemah lembut dan rendah hati, serta melakukan banyak matiraga. Ia sendiri merupakan teladan terbaik dari segala keutamaan yang diajarkannya. Suatu ketika, seorang yang mengunjungi Fransiskus menghinanya. Ketika orang itu selesai berbicara, Fransiskus melakukan sesuatu yang aneh. Dengan tenang diambilnya batu bara panas dari tempat perapian dan digenggamnya dengan erat dalam tangannya. Namun demikian, tangannya tidak terbakar sedikit pun.
“Mari, hangatkanlah dirimu” katanya dengan lembut sambil menyerahkan batu yang merah membara tersebut pada pendakwanya.
“Engkau gemetar oleh sebab engkau membutuhkan sedikit belas kasihan.”
Dengan gemetar si pendakwa menolak menerima batu yang membara itu dari tangan Fransiskus. Mujizat ini kemudian merubah pandangannya terhadap Fransiskus. Sejak saat itu, ia amat mengagumi St. Fransiskus.
Raja Louis XI dari Perancis tidak hidup dengan baik. Ketika raja sedang sekarat, ia meminta St. Fransiskus datang kepadanya. Pikiran akan segera menemui ajalnya telah membuat raja gemetar ketakutan. Ia menghendaki agar Fransiskus melakukan mukjizat dan menyembuhkannya. Sebaliknya, yang dilakukan orang kudus tersebut adalah dengan lemah lembut membantu raja yang ketakutan itu mempersiapkan diri sebaik-baiknya agar dapat meninggal dengan kudus. Hati raja berubah. Ia menerima kehendak Tuhan dan wafat dengan tenang dalam pelukan Fransiskus.
St. Fransiskus menikmati umur panjang untuk memuliakan serta mengasihi Tuhan. Ia wafat pada hari Jumat Agung pada tahun 1507, dalam usia sembilan puluh satu tahun.
“Mari, hangatkanlah dirimu” katanya dengan lembut sambil menyerahkan batu yang merah membara tersebut pada pendakwanya.
“Engkau gemetar oleh sebab engkau membutuhkan sedikit belas kasihan.”
Dengan gemetar si pendakwa menolak menerima batu yang membara itu dari tangan Fransiskus. Mujizat ini kemudian merubah pandangannya terhadap Fransiskus. Sejak saat itu, ia amat mengagumi St. Fransiskus.
Raja Louis XI dari Perancis tidak hidup dengan baik. Ketika raja sedang sekarat, ia meminta St. Fransiskus datang kepadanya. Pikiran akan segera menemui ajalnya telah membuat raja gemetar ketakutan. Ia menghendaki agar Fransiskus melakukan mukjizat dan menyembuhkannya. Sebaliknya, yang dilakukan orang kudus tersebut adalah dengan lemah lembut membantu raja yang ketakutan itu mempersiapkan diri sebaik-baiknya agar dapat meninggal dengan kudus. Hati raja berubah. Ia menerima kehendak Tuhan dan wafat dengan tenang dalam pelukan Fransiskus.
St. Fransiskus menikmati umur panjang untuk memuliakan serta mengasihi Tuhan. Ia wafat pada hari Jumat Agung pada tahun 1507, dalam usia sembilan puluh satu tahun.
0 comments:
Post a Comment