HARI RABU dalam OKTAF PASKAH
warna liturgi Putih
Bacaan-bacaan:
Kis. 3:1-10; Mzm. 105:1-2,3-4,6-7,8-9; Luk. 24:13-35. BcO 1Ptr. 2:11-25.
Bacaan Injil:
13 Pada hari itu juga dua orang dari murid-murid Yesus pergi ke sebuah kampung bernama Emaus, yang terletak kira-kira tujuh mil jauhnya dari Yerusalem, 14 dan mereka bercakap-cakap tentang segala sesuatu yang telah terjadi. 15 Ketika mereka sedang bercakap-cakap dan bertukar pikiran, datanglah Yesus sendiri mendekati mereka, lalu berjalan bersama-sama dengan mereka. 16 Tetapi ada sesuatu yang menghalangi mata mereka, sehingga mereka tidak dapat mengenal Dia. 17 Yesus berkata kepada mereka: "Apakah yang kamu percakapkan sementara kamu berjalan?" Maka berhentilah mereka dengan muka muram. 18 Seorang dari mereka, namanya Kleopas, menjawab-Nya: "Adakah Engkau satu-satunya orang asing di Yerusalem, yang tidak tahu apa yang terjadi di situ pada hari-hari belakangan ini?" 19 Kata-Nya kepada mereka: "Apakah itu?" Jawab mereka: "Apa yang terjadi dengan Yesus orang Nazaret. Dia adalah seorang nabi, yang berkuasa dalam pekerjaan dan perkataan di hadapan Allah dan di depan seluruh bangsa kami. 20 Tetapi imam-imam kepala dan pemimpin-pemimpin kami telah menyerahkan Dia untuk dihukum mati dan mereka telah menyalibkan-Nya. 21 Padahal kami dahulu mengharapkan, bahwa Dialah yang datang untuk membebaskan bangsa Israel. Tetapi sementara itu telah lewat tiga hari, sejak semuanya itu terjadi. 22 Tetapi beberapa perempuan dari kalangan kami telah mengejutkan kami: Pagi-pagi buta mereka telah pergi ke kubur, 23 dan tidak menemukan mayat-Nya. Lalu mereka datang dengan berita, bahwa telah kelihatan kepada mereka malaikat-malaikat, yang mengatakan, bahwa Ia hidup. 24 Dan beberapa teman kami telah pergi ke kubur itu dan mendapati, bahwa memang benar yang dikatakan perempuan-perempuan itu, tetapi Dia tidak mereka lihat." 25 Lalu Ia berkata kepada mereka: "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu, yang telah dikatakan para nabi! 26 Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam kemuliaan-Nya?" 27 Lalu Ia menjelaskan kepada mereka apa yang tertulis tentang Dia dalam seluruh Kitab Suci, mulai dari kitab-kitab Musa dan segala kitab nabi-nabi. 28 Mereka mendekati kampung yang mereka tuju, lalu Ia berbuat seolah-olah hendak meneruskan perjalanan-Nya. 29 Tetapi mereka sangat mendesak-Nya, katanya: "Tinggallah bersama-sama dengan kami, sebab hari telah menjelang malam dan matahari hampir terbenam." Lalu masuklah Ia untuk tinggal bersama-sama dengan mereka. 30 Waktu Ia duduk makan dengan mereka, Ia mengambil roti, mengucap berkat, lalu memecah-mecahkannya dan memberikannya kepada mereka. 31 Ketika itu terbukalah mata mereka dan merekapun mengenal Dia, tetapi Ia lenyap dari tengah-tengah mereka. 32 Kata mereka seorang kepada yang lain: "Bukankah hati kita berkobar-kobar, ketika Ia berbicara dengan kita di tengah jalan dan ketika Ia menerangkan Kitab Suci kepada kita?" 33 Lalu bangunlah mereka dan terus kembali ke Yerusalem. Di situ mereka mendapati kesebelas murid itu. Mereka sedang berkumpul bersama-sama dengan teman-teman mereka. 34 Kata mereka itu: "Sesungguhnya Tuhan telah bangkit dan telah menampakkan diri kepada Simon." 35 Lalu kedua orang itupun menceriterakan apa yang terjadi di tengah jalan dan bagaimana mereka mengenal Dia pada waktu Ia memecah-mecahkan roti.
Memetik Inspirasi:
Sering dalam keluarga kita melihat seorang anak menangis dan sulit dihentikan tangisnya. Namun anak itu akan berhenti menangis ketika ayah atau ibunya datang dan menggendongnya. Entah apa yang dibuat anak itu bisa tiba-tiba tertawa lepas. Orang tuanya memberikan penghiburan. Mereka mengenal anaknya dan anak mengenal orang tuanya.
Dua orang murid yang pulang ke Emaus pun mengalami suasana sedih, kehilangan dan bingung. Yesus yang diharapkan mesti mengalami kematian dan jenasah-Nya pun hilang. Yesus mampu menghadirkan terang yang menepis kegelapan tersebut. Mereka berbinar kala sadar Yesus ada di hadapan mereka. Muka muram menjadi bercahaya.
Salah satu panggilan kita adalah mengubah muka muram menjadi bercahaya. Iman kita kepada Kristus Yesus mengajak kita untuk menghadirkan kegembiraan. Sebagaimana orang tua kepada anaknya Yesus pun membuat bersinar para murid yang ke Emaus. Mari kita hadir dan mendatangkan cahaya bagi yang bermuka muram. Kehadiran kita adalah kehadiran yang membawa kecerahan harapan.
Refleksi:
Apa yang kaulakukan untuk membuat dunia ini bercahaya?
Doa:
Tuhan berikanlah sinar-Mu kepada umat-Mu yang mengalami kegelapan. Semoga mereka pun cerah hidupnya. Semoga kami juga selalu mampu membawa warta cahayamu dalam kehidupan kami. Amin.
Muram ke Bercahaya
MoGoeng
Wates
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment