Ini adalah pengalaman
rumah tua yang penghuninya terdiri dari para pastor lansia. Mereka pasti tahu
bahwa ketidaksopanan adalah salah satu wujud dosa. Penulis Kitab Suci
mengatakan “.....
aku akan berdukacita terhadap banyak
orang yang di masa yang lampau berbuat dosa dan belum lagi bertobat dari
kecemaran, percabulan dan ketidaksopanan yang mereka lakukan.” (2Kor 12:21) Di
dalam kehidupan orang Jawa kesopanan ini akan terungkap dalam sikap hormat dari
yang muda terhadap yang lebih tua dan dari bawahan kepada pimpinannya.

Pada suatu pagi, ketika masuk kamar makan, perasaan sang
pengurus diterpa gelegak kemarahan tertahan melihat bekas pembimbingnya. Dia
berseru menyebut panggilan sang muka gelap dan meneruskan dengan kata-kata “Sugeng anjiiiiiiing”. Ini adalah
kata-kata salam pagi hari yang seharusnya berbunyi “Sugeng énjing” yang berarti (Selamat pagi). Tetapi kata énjing diubah jadi anjing. Tiba-tiba terjadilah keajaiban. Rama mantan pembimbing itu
tertawa terbahak-bahak dan kemudian berkata “Sing
asu ki kowé” (Kamulah yang anjing). Dan sejak itulah beliau dapat
omong-omong penuh warna saling ejek dengan sang pengurus. Ketika berdoa
mensyukuri keadaan, sang pengurus berpikir “Kalau dalam 2Kor 12:21
ketidaksopanan menjadi kedosaan, mungkinkah untuk aku Tuhan memberi dispensasi
boleh tidak sopan?”
0 comments:
Post a Comment