diambil dari katakombe.org/para-kudus Hits: 13687 Diterbitkan: 25 Augustus 2014 Diperbaharui: 01 November 2019
- Perayaan6 Desember
- Lahir15 Maret 270
- Kota asalPatara, Lycia et Pamphylia, Asia Kecil (Sekarang wilayah Turki)
- Wafat6 Desember 343 di Myra Lycia (Sekarang Wilayah Turki) - Oleh sebab alamiah
- Venerasi-
- Beatifikasi-
- KanonisasiPre-Congregation
Santo Nicholas (Nikolas) adalah seorang kudus yang sangat terkenal karena kemurahan hatinya dan karena mujizat-mujizat yang dilakukannya. Tokoh Santa Claus (Sinterklass) yang membawa hadiah untuk anak-anak pada saat Natal sebenarnya merupakan sekularisasi dari Santo Nicholas, uskup dari Myra yang baik hati.
Awal Kehidupan
Nicholas lahir di Asia kecil pada abad ketiga di sebuah Kota bernama Patara (Lycia dan Pamfilia), dan tinggal di Myra, Lycia (saat ini adalah wilayah Demre, Turki), yang pada saat itu adalah sebuah provinsi dari kekaisaran Romawi. Ia adalah anak tunggal dari seorang pedagang Yunani yang kaya-raya bernama Epifanius (Beberapa tradisi menyebut ayah santo Nicholas bernama Theophanes) dan isterinya Joan. Sejak usia muda Nicholas sudah tertarik dengan hal-hal religius dan memiliki keinginan yang besar untuk menjadi seorang imam. Menurut legenda, sejak berumur 5 tahun Nicholas sudah menjalankan puasa pada setiap hari Rabu dan Jumat. Setelah kedua orang tuanya yang kaya-raya meninggal karena wabah penyakit; Nicholas menggunakan seluruh harta warisannya untuk karya amal, terutama untuk menolong para fakir miskin. Ia sendiri kemudian tinggal bersama seorang pamannya, yang juga bernama Nicholas, yang adalah seorang uskup kota Patara. Pamannya inilah yang mendidiknya, lalu mentahbiskannya sebagai seorang imam.
Setelah menjadi imam, Nicholas sempat berziarah ke Tanah Suci Yerusalem. Sekembalinya dari perziarahannya, ia terpilih menjadi uskup kota Myra, ibu kota provinsi Lycia. Uskup Nicholas merupakan seorang uskup yang sangat saleh, lugu dan penuh semangat. Ia terkenal gigih membela orang-orang miskin dan orang-orang yang tertindas. Selain itu, Ia juga menjadi terkenal oleh karena mukjizat-mujizat yang dilakukan Tuhan melalui perantaraannya.
Kisah-Kisah Mujizat Santo Nicholas
Menyelamatkan tiga orang gadis
Konon, ada seorang penduduk kota Patara telah kehilangan seluruh hartanya dan terlilit hutang yang cukup besar. Karena itu, bapak ini tidak mampu untuk membiayai pernikahan ketiga orang anak gadisnya dan hendak menjual mereka ke tempat pelacuran. Mendengar hal ini, pada suatu malam secara diam-diam uskup Nicholas melemparkan tiga kantong emas ke dalam kamar bapak tersebut. Ketiga kantong emas tersebut lalu digunakan oleh ayah ketiga gadis itu untuk membayar hutang-hutangnya. Dengan demikian, selamatlah ketiga gadis itu itu dari dosa pelacuran dan perzinahan. Mereka pun kemudian menikah secara terhormat. Lucunya, dikemudian hari, di dalam sebuah lukisan, ketiga kantong emas yang diberikan Nicholas kepada bapak tersebut salah digambarkan sebagai kepala ketiga orang anak gadis tersebut. Hal ini lalu menyebabkan munculnya legenda yang aneh mengenai Santo Nicholas yang dikatakan membangkitkan tiga orang anak yang telah mati dibunuh oleh seorang penjaga penginapan di mana jenazah mereka disimpan dalam larutan air garam.
Menaklukan Roh Jahat
Ketika bencana kelaparan melanda keuskupannya dan seluruh wilayah Asia Kecil; Uskup Nicholas segera pergi dari satu daerah ke daerah yang lain untuk minta bantuan bagi umatnya yang sedang kelaparan. Bapa uskup berhasil kembali dengan sebuah kapal yang penuh dengan persediaan gandum, anggur, buah-buahan, dan berbagai macam kebutuhan umat lainnya. Menurut tradisi, tanpa sepengetahuannya, ada beberapa setan hitam bersembunyi di dalam kantong-kantong gandum tersebut. Bapa uskup kemudian membuat tanda salib atas kantong-kantong gandum itu, dan seketika itu juga setan-setan hitam itu berubah menjadi pelayannya yang setia.
Mengancam Kaisar Konstantinus dalam mimpi.
Dikisahkan pada suatu saat ada tiga orang pejabat kekaisaran Romawi yang sedang dalam perjalanan ke Phrygia untuk melaksanakan tugas kenegaraan. Ketika mereka bertiga kembali ke Konstantinople, mereka ditangkap dan dimasukkan ke penjara atas tuduhan palsu dari Ablavius, ketua pejabat kekaisaran pada waktu itu. Ketiga orang pejabat ini kemudian dijatuhi hukuman mati oleh Kaisar Konstantinus.
Mendengar bahwa mereka akan dihukum mati, ketiga pejabat itu pun menjadi putus asa. Namun di tengah keputusasaan itu, mereka tiba-tiba teringat akan Uskup Nicholas dan perbuatan-perbuatan ajaib yang dilakukannya. Mereka pun berdoa kepada Tuhan untuk membebaskan mereka melalui perantaraan Uskup Nicholas. Dan menurut legenda; setiap malam, pada saat mereka sedang berdoa, saat itu pula Uskup Nicholas muncul dalam mimpi Kaisar Konstantinus dan Ablavius, meminta serta mengancam mereka untuk segera membebaskan ketiga pejabat yang tak bersalah itu. Setelah tiga hari berturut-turut mengalami mimpi dan ancaman yang sama, akhirnya ketiga pejabat yang tidak bersalah itu pun dibawa kehadapan kaisar untuk ditanyai. Ketika Kaisar Konstantinus mendengar bahwa ketiga orang pejabat itu berdoa dan mohon pertolongan dari Tuhan melalui perantaraan Uskup Nicholas, ia segera membebaskan ketiga pejabat itu dan mengirim mereka kepada Uskup Nicholas beserta surat permohonan agar bapa uskup tidak lagi mengancam kaisar melainkan berdoa bagi kaisar dan kerajaan.
Gigih memperjuangkan dan mempertahankan kebenaran Iman
Ketika terjadi penganiayaan terhadap orang-orang Kristen, umat di Keuskupan Mira pun tanpa terkecuali ikut dikejar-kejar dan dianiaya. Sebagai seorang uskup, Nicholas juga ikut ditangkap, disiksa, dan dimasukkan ke dalam penjara bersama dengan banyak orang Kristen lainnya. Ia baru dibebaskan ketika Kaisar Konstantinus yang agung dan saleh menduduki tahta kekaisaran.
Bapa Uskup Nicholas juga gigih mempertahankan kemurnian ajaran gereja terhadap serangan bidaah arianisme. Ia hadir di dalam Konsili Nicea pada tahun 325, dan menjadi salah satu uskup yang merumuskan dan menandatangani “Kredo Nicea” atau “Syahadat Nicea”. Berkat kerja keras Uskup Nicholas, keuskupan Myra tidak terpengaruh sama sekali oleh ajaran sesat Arianisme ini.
Akhir Kehidupan
Menurut tradisi, Santo Nicholas dari Myra tutup usia dengan tenang pada tanggal 6 Desember 343 dalam usia 73 tahun di keuskupannya, Myra, dan dimakamkan di katedral kota itu.
Pada musim semi tahun 1087, karena kekhawatiran akan adanya invasi dari bangsa muslim Turki, para pelaut dari Bari – Italia di Apulia membawa sebagian Relikwi Santo Nicholas dari makamnya di Khatedral Myra, ke Bari – Italia. Sebagian relikwinya diambil oleh orang–orang Venesia pada masa perang salib pertama dan dibawa ke kota Venesia.
Di Bari, Paus Urbanus II kemudian membangun sebuah Basilika yang megah yang kini disebut : Basilica di San Nicola (Basilika Santo Nikolaus) sebagai tempat penyimpanan relikwi Santo Nicholas. Paus sendiri yang kemudian memimpin upacara pemberkatan Basilika ini dan pada waktu upacara penyimpanan relikwi Santo Nikolaus.
Sebuah gereja juga dibangun di kota Venesia sebagai tempat penyimpanan sebagian relikwi santo Nikolaus. Gereja tersebut dikenal dengan nama : Gereja San Nicolò al Lido. Gereja ini sekarang dikelola oleh para biarawan Fransiskan.
Tradisi Santa Claus
Kemurahan hati Santo Nikolaus dan kisah bagaimana ia menolong tiga orang anak gadis di atas melahirkan tradisi yang melukiskan Santo Nicholas sebagai penyayang anak-anak. Hal ini pun membuat munculnya berbagai tradisi baik sekuler maupun Gerejani yang berhubungan dengan hal itu, misalnya di Jerman, Swiss, dan Belanda, terdapat tradisi dimana pada waktu natal; seseorang akan menyamar sebagai laki-laki tua yang berpakaian sebagai uskup dan memberi hadiah kepada anak-anak atas nama Santo Nicholas. Di Inggris, kebiasaan ini selalu dijumpai pada setiap perayaan Natal dan orang-orang mengenalnya sebagai salah satu tradisi umat Kristiani. Sedangkan di wilayah Amerika, tradisi ini diperkenalkan oleh orang-orang Belanda Protestan yang merubah figur Santo Nicholas, Santo Katolik ini, menjadi seorang tokoh kakek tua dari kutub utara yang bernama “Santa Klaus” atau “Sinterklass”.
Dewasa ini, banyak orang tua di Amerika yang menyamar sebagai “Sinterklas” dan memberikan hadiah kepada anaknya pada saat pesta Natal. Istilah “Sinterklas” sendiri pada akhirnya mempunyai arti seseorang dengan pakaian seperti uskup yang membagikan hadiah kepada anak-anak dan menguji pengetahuan agama mereka. Selain itu, “Sinterklas” juga membawa serta beberapa pelayan berkulit hitam atau yang lebih terkenal dengan istilah “Piet Hitam” yang bertugas untuk menghukum anak-anak nakal. Tradisi Piet hitam ini pun juga diambil berdasarkan kisah Santo Nicholas mengubah beberapa setan hitam menjadi pelayannya dengan tanda salib, seperti yang sudah disebutkan sebelumnya.
0 comments:
Post a Comment