diambil dari katakombe.org/para-kudus Hits: 3612 Diterbitkan: 08 Agustus 2013 Diperbaharui: 20 Desember 2019
- Perayaan23 Desember
- Lahir23 Juni 1390
- Kota asalKanty, Silesia, Polandia
- Wafat24 Desember 1473 di Cracow, Polandia | Oleh sebab alamiah
- Beatifikasi28 Maret 1676 oleh Paus Klemens X
- Kanonisasi16 Juli 1767 oleh Paus Klemens XIII
Orang kudus ini dilahirkan pada tahun 1390 di Kęty, sebuah kota kecil dekat Oświęcim, di keuskupan Kraków, Polandia. Melihat betapa cerdas putera mereka, orangtuanya mengirimkannya untuk belajar di Universitas Krakow. Yohanes berhasil gemilang dalam studinya, di mana ia mencapai gelar sarjana, dan kemudian menggapai gelar Doktor. Walau dengan pendidikannya ia dapat dengan mudah mencapai kemuliaan di dunia namun ia mengabaikannya dan lebih memilih untuk masuk seminari untuk menjalani pendidikan sebagai calon imam.
Kemudian ia menjadi seorang imam, seorang professor, dan seorang pengkhotbah. St. Yohanes juga dikenal karena kasihnya yang besar kepada orang-orang miskin. Suatu ketika ia sedang makan di ruang makan universitas. Saat ia mulai bersantap, terlihat olehnya dari jendela seorang pengemis sedang melintas. Sekonyong-konyong ia melompat dari kursinya dan membawa pengemis itu untuk makan malam bersamanya.
Sebagian orang dalam biara merasa amat iri hati atas keberhasilan St. Yohanes sebagai seorang professor sekaligus seorang biarawan dan pengkhotbah. Akhirnya mereka berhasil membuat dia dikirim menjadi seorang pastor paroki di sebuah paroki yang sangat terpencil. Awalnya segala sesuatu memang tidak mudah bagi guru besar dari Krakow ini. Namun Yohanes adalah seorang yang tidak mudah menyerah. Di sini St. Yohanes memberikan segenap hatinya ke dalam kehidupan barunya sebagai pastor paroki. Beberapa tahun berkarya di paroki, Yohanes menjadi pastor paroki yang sangat disayangi umatnya. Pada saat ia dipanggil kembali ke univesitas, umat paroki yang begitu mengasihinya mengantarnya hingga separuh perjalanan. Sesungguhnya, mereka begitu sedih membiarkannya pergi sehingga St. Yohanes harus mengatakan kepada mereka, “Kesedihan ini tidak menyenangkan Tuhan. Jika aku telah melakukan sesuatu yang baik bagi kalian sepanjang tahun-tahun ini, marilah menyanyikan sebuah lagu sukacita.”
Kembali di Krakow, St. Yohanes mengajar kelas Kitab Suci dan lagi, ia menjadi seorang guru yang amat populer. Ia diundang ke rumah-rumah para bangsawan yang kaya. Tetapi, masih saja, ia memberikan segala yang dimilikinya kepada orang-orang miskin dan berpakaian seperti orang miskin pula. Suatu ketika ia mengenakan sehelai jubah hitam yang usang ke sebuah perjamuan. Para pelayan tidak memperbolehkannya masuk. St. Yohanes pun pulang dan berganti mengenakan sehelai jubah baru. Dalam perjamuan, seseorang menumpahkan makanan ke atas jubah barunya. “Tak apa,” kata Yohanes bergurau; “bagaimanapun, jubahku pantas mendapatkan makanan, sebab tanpa jubah ini, aku tidak akan berada di sini sama sekali.”
St. Yohanes hidup hingga usianya yang ke delapanpuluh tiga. Lagi, dan lagi, sepanjang hidupnya ia membagi-bagikan segala yang ia miliki demi menolong orang-orang miskin. Ketika orang banyak mencucurkan airmata mendengar bahwa ia di ambang maut, St. Yohanes berkata, “Janganlah khawatir dengan tubuh yang akan binasa ini. Tetapi, pikirkanlah jiwa yang akan segera meninggalkannya.” Dia meninggal pada 24 Desember 1473 dalam usia 83 tahun. Jenazahnya makamkan di Gereja St Anna, Krakow. Sampai kini makamnya telah menjadi salah satu situs ziarah rohani yang populer di Polandia. Santo Yohanes dari Kanty dimaklumkan sebagai seorang santo oleh Paus Klemens XIII pada tahun 1767.
0 comments:
Post a Comment