diambil dari katakombe.org/para-kudus Hits: 3828 Diterbitkan: 18 November 2016 Diperbaharui: 29 November 2019
- Perayaan20 Juni
2 Desember (pada beberapa Kalender) - LahirSekitar tahun 480
- Kota asalFrosinone, Campania Italia
- WafatMeninggal di pengasingan pada tanggal 20 Juni 537 atau 11 November 537 (ada 2 versi berbeda)
Sebagian catatan menyebutkan ia mati kelaparan dan catatan lain menyebutkan ia tewas dibunuh oleh kaki-tangan paus Vigilius - KanonisasiPre-Congregation
Santo Paus Silverius adalah paus kita yang ke-58. Tak banyak informasi yang tersedia tentang masa awal kehidupan paus ini. Dalam beberapa catatan yang tersedia, ia disebutkan lahir sekitar tahun 480 di Frosinone, Campania Italia. Ia adalah putra dari Paus Hormisdas (paus ke-52), yang sebelum menjalani hidup membiara dan terpilih sebagai Paus, adalah seorang awam yang menikah. Sejak usia belia, Silverius sudah mengabdikan dirinya bagi Gereja. Pada masa Paus Agapitus I, Silverius sudah menjadi seorang Subdiakon untuk kota Roma. Ia sebenarnya hanyalah seorang subdiakon yang saleh dan rendah hati, yang terpilih menjadi paus akibat intrik politik dan perseteruan antara Kerajaan Bizantium dan Kerajaan Ostrogoth.
Pada tanggal 22 April 536, paus ke-57 Agapitus I wafat di Konstantinopel. Sede vacante (takhta kepausan yang kosong) melahirkan banyak intrik dan kepentingan untuk mengusung calon pengganti paus. Ratu Theodora berniat mengintervensi pemilihan Paus. Permaisuri Kaisar Yustinianus Agung (482-565) ini adalah seorang pendukung bidaah Monofisitisme. Sang Ratu berusaha mengorbitkan seorang Diakon Roma bernama Vigilius untuk menjadi paus. Vigilius adalah seorang pendukung Monofisitisme, dan pernah menjadi tamu kehormatan Ratu Theodora di Konstantinopel. Ia telah berjanji kepada sang ratu untuk mendukung paham Monofisitisme jika ia terpilih menjadi Paus.
Monofisitisme adalah paham yang meyakini bahwa hanya ada satu kodrat dalam diri Yesus, yakni kodrat ilahi. Paham ini bertentangan dengan ajaran Konsili Efesus (431) dan dikutuk pada Konsili Khalsedon (451). Gereja Katolik mengimani, kodrat ilahi dan kodrat manusiawi Kristus tidak bercampur, sekaligus tak terpisahkan.
Di lain pihak, Raja bangsa Ostrogoth yang saat itu menguasai Italia, Theodahad (480-536), juga ingin ikut campur dalam pemilihan Paus. Raja Theodahad mengetahui peluang besar Diakon Vigilius untuk menjadi Paus. Vigilius adalah seorang Diakon dan ia mendapat dukungan penuh dari Kaisar dan Ratu Thedora di Konstantinopel. Theodahad berusaha mencegah skenario ini karena tidak ingin seorang kaki-tangan Konstantinopel terpilih menjadi Paus. Berkat pengaruh Raja Theodahad, akhirnya Subdiakon Silverius dapat terpilih menjadi paus yang baru.
Terpilihnya seorang Subdiakon sebagai Uskup Roma mengalahkan seorang Diakon senior adalah hal yang tidak lazim. Hal ini menuai penolakan dari sebagian besar kaum klerus di Roma. Paus Silverius I kemudian difitnah telah menyuap Raja Theodahad untuk mendukungnya dalam pemilihan Paus. Tuduhan ini terbukti tidak benar setelah banyak klerus yang terkenal saleh memberikan kesaksian mereka dan mendukung kepemimpinan paus Silverius I. Terbukti bahwa kisah penyuapan itu hanyalah fitnah dan merupakan bentuk perlawanan terhadap Gereja dengan dilatarbelakangi kebencian kepada Paus Silverius dan Bangsa Goth.
Silverius menjadi Paus pada masa yang kacau-balau. Ia menjadi bulan-bulanan pihak Kekaisaran Bizantium karena menentang Monofisitisme. Banyak sekali fitnah dan intrik untuk melemahkan, bahkan melengserkannya sebagai uskup Roma. Tahun pertama pengembalaan Paus Silverius ditandai dengan memanasnya hubungan antara kerajaan Bizantium dan Kerajaan Ostrogoth. Situasi dalam kota Roma juga carut-marut akibat perebutan kekuasaan antara Raja Theodahad dan Vitiges. Kekacauan ditengah keluarga kerajaan Ostrogoth dimanfaatkan oleh Kerajaan Bizantium. Pada tahun 535 Kaisar Justinianus Agung yang ingin mengembalikan kekuasaan kekaisarannya di wilayah Barat, mendeklarasikan perang terhadap Ostrogoth. Kaisar lalu mengirimkan pasukannya untuk menaklukkan Italia. Bala tentara Bizantium ini dipimpin oleh seorang jenderal berpengalaman bernama Flavius Belisarius. Jendral Belisarius saat itu tengah berada di Kartago Afrika Utara dan baru saja mengusai wilayah tersebut setelah menaklukkan bangsa Vandal. Dari Afrika Utara, Jenderal Belasarius bersiap menyerbu Italia bersama 7.500 orang pasukannya.
Sementara itu, kemelut dalam keluarga kerajaan Ostrogoth terus berlanjut. Raja Theodahad terbunuh oleh Vitiges, yang kemudian naik takhtah pada bulan Agustus 536. Raja Vitiges segera membuat huru-hara di Roma. Ia menjarah kota itu serta menghancurkan banyak gereja dan katakombe. Relikwi para kudus juga dinistakan dan dimusnahkan. Saat Vitiges sibuk menjarah kota Roma, Jenderal Belisarius dan pasukannya berhasil mendarat di pulau Sisilia dan terus bergerak ke utara untuk merebut daratan utama Italia. Belisarius tiba di kota Naples (Napoli) dan merebut kota itu tanpa perlawanan berarti dari tentara Ostrogoth. Pada tanggal 9 Desember 536, kota Roma ditaklukkan oleh Belisarius. Raja Vitiges dan isterinya Matasuntha ditangkap dan dibawa ke Konstantinopel sebagi tawanan.
Kemenangan ini membawa angin segar bagi Ratu Theodora. Ia lalu memerintahkan agar Paus Silverius ditahan dengan tuduhan persekongkolan dengan bangsa Goth dan membangkang pada kaisar. Pada bulan Maret 537 paus Silverius pun ditangkap. Pakaian kepausannya dilucuti dan ia hanya diberikan pakaian pertapa. Ia kemudian diasingkan ke Patara, Lycia. Saat itulah Diakon Vigilius ditunjuk sebagai paus yang baru dan dilantik sebagai paus Gereja Katolik ke-59 pada tanggal 29 Maret 537.
Pembuangan Paus Emeritus Silverius I ke Patara dimanfaatkan oleh Uskup Patara untuk menemuinya. Sang uskup menemukan bahwa Paus Silverius tidak bersalah dan telah difitnah. Ia berangkat ke Konstantinopel dan melaporkannya kepada kaisar. Sang kaisar lalu memerintahkan Jenderal Belisarius menyelidiki kasus ini dan berhasil membuktikan bahwa paus Silverius tak bersalah. Akhirnya kaisar memutuskan untuk mengembalikan takhta kepausan pada Silverius. Paus Silverius segera dibawa kembali ke Italia dan muncul secara publik di Napoli.
Melihat hal itu, Paus Vigilius geram. Ia tak mau Paus Silverius kembali ke Roma. Berkat bantuan Ratu Theodora, ia menculik dan mengasingkan Silverius ke pulau Ponza (terletak di gugusan kepulauan Pontine di Laut Tyrrhenia, bagian dari Laut Mediterania) di Pantai Barat Italia.
Di tempat pembuangan, Paus Silverius di kurung secara tak manusiawi. Ia mengalami penderitaan lahir dan batin hingga wafat. Konon, ia wafat tak lama pasca pengasingan keduanya. Sebagian tradisi mengatakan bahwa ia wafat karena kelaparan, namun tradisi lain mengatakan bahwa ia tewas dibunuh oleh orang suruhan Paus Vigilius. Diyakini Paus Silverius wafat pada 20 Juni 537 namun ada juga yang meyakini bahwa ia wafat pada tanggal 11 November 537.
Paus Silverius dimakamkan di pulau Ponza dan tak pernah dipindahkan. Ia kemudian dinyatakan sebagai santo pelindung pulau Ponza dan pelindung para nelayan. Namanya telah tertera dalam daftar para Kudus sejak abad ke-11 dan pestanya dirayakan pada setiap tanggal 20 Juni. Setiap tahun, pada hari pesta santo Silverius, warga pulau Ponza menggelar tradisi yang mereka sebut : La Festa di San Silverio. Tradisi ini berlangsung meriah dan dimulai dengan misa dan perarakan patung santo Silverio diatas miniatur perahu (simbol Santo pelindung para nelayan pulau Ponza) oleh seluruh penduduk pulau Ponza.
0 comments:
Post a Comment