diambil dari https://unio-indonesia.org/2019/12/10; ilustrasi dari koleksi Blog Domus
Bacaan Pertama Minggu Adven III/A (Yes 35:1-6a)
DITUNTUN KEMBALI OLEH DIA SENDIRI!
Rekan-rekan yang baik!
Petikan kali ini, Yes 35:1-6a, dipungut dari kumpulan nubuat yang dihimpun dalam Yes 34-35. Di situ digambarkan keadaan di masa mendatang ketika umat Israel akan mengalami kembali kejayaannya di bawah pimpinan Tuhan mereka yang bakal mengalahkan kekuatan-kekuatan lawan. Gagasan seperti ini timbul di kalangan umat ketika mereka mengalami kejatuhan dan sulit bangun kembali. Dalam keadaan itulah mereka mengingat-ingat kembali apa yang terjadi pada mereka dulu dan kini dengan penuh kepercayaan berharap bahwa Ia bakal tetap menolong umat-Nya menemukan kembali tempat mereka. Petikan ini mengungkapkan kemantapan ini.
UMAT DI PENGASINGAN
Akan berfaedah mengingat kembali kejadian-kejadian pokok yang melatari bacaan kali ini. Pada tahun 587 seb. Masehi, kota Yerusalem digempur oleh Nebukadnesar, raja Babilonia yang menawan para pemimpin serta orang-orang penting di Yehuda dan membawa mereka ke Babilonia. Di sana mereka hidup dengan cukup leluasa dan berpenghasilan cukup. Namun tokoh-tokoh itu tetap mendambakan pulang ke Yerusalem dan membangun kembali kota itu dan kejayaannya. Dalam keadaan ini muncullah serangkai khotbah yang memberi semangat serta harapan ke arah itu. Mereka mengaktualkan kembali iman kepercayaan akan Tuhan mereka yang dahulu kala memimpin keluar leluhur mereka dari tanah perbudakan di Mesir. Kini Ia akan juga membawa mereka kembali ke negeri mereka. Musuh serta penindas akan dikalahkannya dan Ia akan bertahta kembali di kota suci-Nya. Dalam kitab Yesaya, ada bagian yang menggarap hal ini yakni Yes 40-55 yang lazim disebut Deutero-Yesaya. Babilonia kemudian ditaklukkan Persia tahun 539 seb. Masehi. Tahun berikutnya orang-orang Yahudi diberi kesempatan oleh penguasa Persia untuk pulang dan membangun kembali negeri mereka. Kejadian sejarah ini semakin meneguhkan harapan akan terbangunnya kembali Yerusalem. Ingatan akan khotbah dan tulisan-tulisan yang menggugah iman dan semangat tadi dikumpulkan dan diperluas dengan teks-teks yang menggarisbawahi kejayaan Tuhan mereka terhadap kekuatan-kekuatan yang melawan umat-Nya. Inilah yang kemudian dikenal sebagai tulisan apokaliptik yang terkumpul dalam Yes 56-66 yang disebut para ahli sebagai Trito-Yesaya. Bahan yang kini terdapat dalam Yes 24-27 dan Yes 34-35 itu sejalan dengan nada apokaliptik tadi.
DIA YANG MEMBAWA KEMBALI
+ Tolong jelaskan maksud bacaan pertama ini. Kok nadanya penuh hura-hura.
– Ehm. Yes 35:1-6a memantulkan pemikiran teologis tentang kepercayaan turun-temurun dengan menghadapkannya pada pengalaman yang nyata kini – di tempat pembuangan di negeri Babilonia.
+ Nanti dulu, kalau bener nangkapnya, waktu itu orang tidak lagi merasa bisa berpegang begitu saja pada keyakinan turun-temurun, eh sukar menerima kebenaran iman yang diajarkan leluhur, begitukah?
– Masalah umat waktu itu begini. Ada ajaran kepercayaan turun-temurun bahwa Tuhan mereka telah memilih umat-Nya dan berjanji melindunginya dan memberinya kebesaran. Tapi nyatanya Yerusalem digempur, para pemimpin ditawan, umat hidup di tempat pengasingan. Bagaimana bisa terjadi? Taruh kata memang umat telah bersalah, apa memang kedosaan umat itu menghapus kesetiaan-Nya pada janji-janji-Nya kepada leluhur? Kalau begitu apa perlakuan-Nya terhadap umat mesti diukur dengan kedosaan umat-Nya? Ini soal iman.
+ Jadi orang mulai bertanya-tanya, bila Dia memang betul-betul Maha Besar, maka Ia dapat mengatasi kedosaan yang sebesar apapun dengan kerahiman-Nya. Orang ditantang untuk berani berpikir ke situ. Ini krisis.
– Tetapi mereka juga melihat keadaan sedang berubah. Penguasa Persia kini memberi kesempatan mereka pulang membangun kembali negeri mereka. Bagi mereka ini tanda bahwa Tuhan masih setia.
+ Boleh dikata dalam masa pengasingan itu Tuhan mereka berani solider mengalami kejatuhan pamor juga?
– Ini amatan yang tajam. Betul. Mereka mendapati Dia bersedia ikut mengalami kesukaran dan menghadapinya bersama umat-Nya. Bila begitu mengapa kecil hati, begitulah keyakinan umat tergugah kembali.
+ Karena percaya tetap disertai Tuhan, umat menemukan kembali gairah meninggalkan tempat perbudakan di Mesir dan menempuh perjalanan ke tanah terjanji di bawah pimpinan-Nya, seperti leluhur mereka dulu.
– Tapi perjalanan kali ini akan lebih mulus. Tempat-tempat sekering padang gurun akan bertukar menjadi tempat yang subur dan memberi hidup (Yes 35:1-2). Orang-orang yang tadinya kehilangan arah karena “buta”, “tuli”, “tertatih-tatih”, “bisu” kini dapat melihat dan mendengar kembali dan akan dapat bergegas melompat (ay. 5-6a) karena mereka telah memperoleh kekuatan kembali dari Tuhan mereka yang kebesarannya kini dipercaya dan ditegaskan kembali dengan lantang (ay. 3-4).
+ Jadi petikan ini mencerminkan penerapan gagasan lama ke masa kini.
– Betul. Kepercayaan akan Tuhan yang memerdekakakan dari perbudakan Mesir menjadi kekuatan umat kini untuk berharap dapat membangun kembali negeri mereka. Ada keyakinan besar mereka dituntun oleh Yang Maha Kuasa sendiri ke sana, seperti leluhur mereka dulu.
– Ehm. Yes 35:1-6a memantulkan pemikiran teologis tentang kepercayaan turun-temurun dengan menghadapkannya pada pengalaman yang nyata kini – di tempat pembuangan di negeri Babilonia.
+ Nanti dulu, kalau bener nangkapnya, waktu itu orang tidak lagi merasa bisa berpegang begitu saja pada keyakinan turun-temurun, eh sukar menerima kebenaran iman yang diajarkan leluhur, begitukah?
– Masalah umat waktu itu begini. Ada ajaran kepercayaan turun-temurun bahwa Tuhan mereka telah memilih umat-Nya dan berjanji melindunginya dan memberinya kebesaran. Tapi nyatanya Yerusalem digempur, para pemimpin ditawan, umat hidup di tempat pengasingan. Bagaimana bisa terjadi? Taruh kata memang umat telah bersalah, apa memang kedosaan umat itu menghapus kesetiaan-Nya pada janji-janji-Nya kepada leluhur? Kalau begitu apa perlakuan-Nya terhadap umat mesti diukur dengan kedosaan umat-Nya? Ini soal iman.
+ Jadi orang mulai bertanya-tanya, bila Dia memang betul-betul Maha Besar, maka Ia dapat mengatasi kedosaan yang sebesar apapun dengan kerahiman-Nya. Orang ditantang untuk berani berpikir ke situ. Ini krisis.
– Tetapi mereka juga melihat keadaan sedang berubah. Penguasa Persia kini memberi kesempatan mereka pulang membangun kembali negeri mereka. Bagi mereka ini tanda bahwa Tuhan masih setia.
+ Boleh dikata dalam masa pengasingan itu Tuhan mereka berani solider mengalami kejatuhan pamor juga?
– Ini amatan yang tajam. Betul. Mereka mendapati Dia bersedia ikut mengalami kesukaran dan menghadapinya bersama umat-Nya. Bila begitu mengapa kecil hati, begitulah keyakinan umat tergugah kembali.
+ Karena percaya tetap disertai Tuhan, umat menemukan kembali gairah meninggalkan tempat perbudakan di Mesir dan menempuh perjalanan ke tanah terjanji di bawah pimpinan-Nya, seperti leluhur mereka dulu.
– Tapi perjalanan kali ini akan lebih mulus. Tempat-tempat sekering padang gurun akan bertukar menjadi tempat yang subur dan memberi hidup (Yes 35:1-2). Orang-orang yang tadinya kehilangan arah karena “buta”, “tuli”, “tertatih-tatih”, “bisu” kini dapat melihat dan mendengar kembali dan akan dapat bergegas melompat (ay. 5-6a) karena mereka telah memperoleh kekuatan kembali dari Tuhan mereka yang kebesarannya kini dipercaya dan ditegaskan kembali dengan lantang (ay. 3-4).
+ Jadi petikan ini mencerminkan penerapan gagasan lama ke masa kini.
– Betul. Kepercayaan akan Tuhan yang memerdekakakan dari perbudakan Mesir menjadi kekuatan umat kini untuk berharap dapat membangun kembali negeri mereka. Ada keyakinan besar mereka dituntun oleh Yang Maha Kuasa sendiri ke sana, seperti leluhur mereka dulu.
DALAM TUNTUNANNYA
Dapat dirasa-rasakan bagaimana suasana batin orang-orang di pengasingan di Babilonia tadi. Mereka kini merasa terdukung oleh Tuhan mereka, tidak dibiarkan sendiri. Bahkan mereka melihat bagaimana Ia mengubah suasana kelam menjadi penuh harapan. Pokok-pokok di atas tadi dapat diaktualkan kembali bagi masa kini dengan menonjolkan suasana batin tadi.
Kesuburan bisa tumbuh di jalan segersang apapun bila dilalui dan dijalani dalam iman yang sungguh, yang mengubah kekeringan menjadi tempat yang meriah dan indah. Hanya dengan penglihatan dan pendengaran yang peka akan kehadiran Pembawa kehidupan sendiri, yakni Dia yang membimbing umat-Nya di perjalanan hidup mereka, barulah kesuburan tadi tampak indah (“berbunga”) dan terdengar meriah (“bersorak-sorak”). Juga perjalanan hidup yang dapat meletihkan kini akan enteng dijalani. Selemah apapun orang akan mendapatkan kembali kekuatan karena Ia ada bersamanya. Dan itulah yang diwartakan dengan nada penuh gembira oleh orang-orang yang tadinya bisu bungkam seribu bahasa.
Acap kali orang merasa hidup batin sesak, tidak merdeka, ada keterbatasan ruang gerak, sering juga ada keleluasaan menalarkan hal-hal yang bersangkutan dengan hidup beriman. Pembicaraan ini tak usah dikenakan pada masalah kebebasan beragama atau perseteruan atas dasar agama. Itu soal lain. Perkembangan hidup rohani kerap ditandai dengan kebutaan, ketulian, serta ketertatih-tatihan batin. Dalam keadaan ini orang butuh pertolongan agar melihat kembali, mampu mengerti dan bisa berjalan cepat mengejar ketinggalan.
Nanti dalam ulasan bacaan Injil bagi hari Minggu ini (Mat 11:2-11) akan diuraikan bagaimana umat Perjanjian Baru menerapkan iman turun-temurun tadi kepada Yesus. Petikan Injil itu bahkan menampilkan Yesus yang mengutip Yes 35:5-6 guna menjelaskan siapa dirinya, yakni dia yang sudah diramalkan dalam nubuat tadi.
===============================
Injil Minggu Adven III/A (Mat 11:2-11)
Injil Minggu Adven III/A (Mat 11:2-11)
ENGKAUKAH YANG DIJANJIKAN BAKAL DATANG?
Dalam Mat 11:2-11 diceritakan bagaimana Yohanes Pembaptis mengutus murid-muridnya kepada Yesus untuk memastikan apakah ia itu betul dia yang diwartakan bakal datang (ay. 2-3) dan jawaban Yesus (ay. 4-6). Selanjutnya, ketika murid-murid Yohanes telah pergi, Yesus berbicara kepada orang banyak mengenai Yohanes Pembaptis (ay. 7 dst.).
MENCARI TAHU – MEMASTIKAN – MENERIMA
Beberapa waktu sebelumnya, Yohanes Pembaptis ditangkap oleh Herodes Antipas (Mat 4:12). Ini perkara politik. Warta kenabian dan seruan pertobatan Yohanes membuat guncangan di masyarakat dan dikhawatirkan akan membahayakan kedudukan Herodes di hadapan penguasa Romawi. Ada alasan lain. Yohanes pernah mengecam keras perkawinan Herodes dengan Herodias yang waktu itu masih bersuamikan saudara tiri Herodes sendiri (Mat 14:4; terlarang menurut Im 18:6). Di penjara Yohanes masih bisa menerima kunjungan murid-muridnya. Dari merekalah Yohanes mendengar tentang Yesus yang mulai dikenal di masyarakat.
Menurut Mat 3:11, Yohanes memaklumkan kedatangan dia yang lebih berkuasa dari padanya yang akan membaptis dengan Roh dan api sehingga orang dapat memasuki Kerajaan Surga setelah menerima baptisan tobat yang diserukannya. Tetapi belum jelas baginya siapa orangnya. Dalam pemaklumannya nama Yesus memang tidak disebut. Ketika Yesus datang kepadanya minta ikut dibaptis (ay. 13-15), Yohanes tentunya menduga bahwa dia inilah orangnya. Ada pengalaman rohani. Injil menggambarkannya dengan terdengarnya kata-kata dari langit bahwa Yesus itu anak terkasih dan mendapat perkenan ilahi (ay. 17.) Tetapi diakah orang yang dinanti-nantikan? Keragu-raguan ini tidak perlu ditafsirkan sebagai kekurangpercayaan. Dibutuhkan berita lebih lanjut yang bakal memastikan bahwa dia itulah orangnya. Iman yang hidup tetap butuh informasi yang aktual, bukan sekadar mengamini rumus-rumus kepercayaan saja.
PERCAYA – TINDAKAN APA ITU?
Pertanyaan Yohanes apakah Yesus itu betul-betul dia yang bakal datang, atau masih akan ada orang lain, menunjukkan bahwa Yohanes ingin mendengar berita yang tepercaya. Ia juga mau mengajar murid-muridnya agar berani mengenal siapa tokoh Yesus itu sesungguhnya dengan menemuinya sendiri.
Termasuk tindakan beriman usaha mengerti mana tanda-tanda yang bisa membuat orang percaya. Percaya dan beriman itu seperti semua tindakan manusia, bisa dan butuh dipertanggungjawabkan. Iman bukan hanya perasaan mantap sehidup semati saja. Malah rasa mantap seperti itu bakal kurang berdaya menghadapi pelbagai tantangan baru.
Yohanes sebetulnya menghadapi masalah “teologi dasar” seperti itu. Di hati dan dalam niatan ia percaya bahwa ada yang bakal datang mengutuhkan warta Kerajaan Surga. Tapi siapakah dia itu dalam kenyataannya? Orang yang dikabarkan di mana-mana mengerjakan perkara-perkara ajaib itukah? Bila betul, bagaimana penjelasannya? Apa ada kelanjutan dengan cara-cara Yang Ilahi mewahyukan kehendak-Nya dan memperkenalkan diri dulu? Apa betul-betul dapat diterima manusia. Atau tokoh yang sekarang populer itu cuma mau memanfaatkan gairah orang banyak melihat hal-hal yang mengguncang batin tapi tidak membawa ke pengalaman yang lebih utuh? Apa ia membantu orang menjadi makin mandiri batinnya atau malah membuat mereka menjadi permainan dorongan-dorongan rohani yang tak berujung pangkal?
Kebutuhan mempertanggungjawabkan terasa mendesak karena pada waktu itu warta yang dibawakan Yohanes dan pengajaran yang diberikan Yesus sering dipertanyakan dan bahkan ditolak. Dalam Mat 11:16-19, yang menjadi konteks bacaan hari ini, disebutkan, ada orang-orang yang menganggap Yohanes kerasukan setan karena menjalankan laku tapa keras, malah ada yang tidak menggubris Yesus walaupun ia tidak seperti pertapa hidupnya. Bahkan kebaikannya kepada para pemungut pajak dan pendosa dijadikan bahan cibiran. Memang sepanjang Mat 11-12 digambarkan sikap orang-orang yang tidak mau menerima warta Yohanes dan kehadiran Yesus sendiri.
TANDA-TANDA KEDATANGANNYA
Yesus meminta agar murid-murid Yohanes melaporkan kepada guru mereka apa yang mereka lihat dan dengar, yakni orang buta melihat, orang lumpuh berjalan, orang kusta sembuh, orang tuli mendengar, orang mati dibangkitkan dan kepada orang miskin dibawakan berita gembira. Kesembuhan ajaib itu diceritakan dalam Mat 8-9: tentang orang buta, lihat 9:27 dst.; orang lumpuh 8:5 dst. dan 9:1 dst.; orang kusta 8:1 dst.; orang tuli 9:32 dst.; orang mati 9:18 dst. Peristiwa-peristiwa ini memenuhi warta Yes 35:5-6: “Pada waktu itu mata orang-orang buta akan bisa melihat dan telinga orang-orang tuli akan bisa mendengar. Pada waktu itu orang lumpuh akan melompat seperti rusa, dan mulut orang bisu akan bersorak-sorai….” Pewartaan kabar gembira kepada kaum miskin membuat Yesus serasa memenuhi yang sudah dikatakan dalam Yes 61:1, “Roh Tuhan ada padaku, oleh karena Tuhan telah mengurapi aku. Ia telah mengutus aku untuk menyampaikan kabar gembira kepada orang-orang sengsara, dan merawat orang-orang yang remuk hati, untuk memberitakan pembebasan kepada orang-orang tawanan….” Pendengar diminta menyimak kembali pewahyuan ilahi yang sudah sering didengar dan mencoba melihat kenyataannya sekarang. Penyembuhan dan kabar gembira kepada orang-orang yang sengsara tadi membuat kedatangan Yesus semakin dapat dipertanggungjawabkan, semakin “accountable”.
Pada akhir jawabannya, Yesus menyebut berbahagia orang “yang tidak menolaknya”, ungkapan aslinya, “yang tidak tersandung karena aku”. Orang yang bisa menerima warta Yesus tanpa merasa tersinggung dan menyambutnya dengan merdeka boleh merasa bahagia. Mereka ini menerima Kerajaan Surga (bdk. Mat 5:3 dst. – Sabda Bahagia). Begitulah kebahagiaan tercapai dengan mencari tahu bagaimana dan dengan cara apa kedatangannya menjadi semakin bermakna dan semakin bisa dinikmati orang zaman ini. Menayangkan Yesus sebagai tokoh yang ekslusivist rasanya sudah bukan zamannya lagi, di mana saja. Tetapi memperkenalkannya sebagai sosok yang bisa menghadirkan keilahian yang penuh pengertian membuat pewarta iman makin bisa disebut berbahagia.
Lagi tentang Yohanes Pembaptis
Setelah murid-murid Yohanes pergi, Yesus mulai berbicara mengenai Yohanes. Dikatakannya bahwa orang-orang datang kepada tokoh itu karena ia tidak seperti “buluh digoyang angin” (ay. 7), sebuah ibarat yang mirip ungkapan Indonesia “seperti air di daun talas”. Mereka datang untuk berguru kepada orang yang wataknya kuat, kepada orang yang berprinsip, berkepribadian. Itulah Yohanes Pembaptis.
Ditambahkan bahwa mereka tentunya tidak ke tempat sepi untuk menemui orang yang “berpakaian halus” (ay. 8-9). Mereka datang mendengarkan seorang nabi yang menyampaikan sabda Tuhan. Yohanes digambarkan memakai pakaian kasar dari bulu unta dan berikat pinggang kulit (Mat 3:4) seperti nabi zaman dulu (bdk. pakaian nabi Elia dalam 2 Raj 1:8)! Juga di zaman sekarang orang masih suka mendengar tokoh yang berintegritas kenabian tetapi yang tidak memaksa-maksakan penghayatan sendiri.
Siapakah yang dimaksud dengan “yang terkecil dalam Kerajaan Surga” yang lebih besar daripada Yohanes Pembaptis, yang hingga kini tak ada yang melebihinya? Bila diingat kata-kata Yohanes Pembaptis sendiri, maka jelas yang dimaksud ialah Yesus. Dalam Mat 3:11 Yohanes menegaskan, akan datang yang lebih berkuasa daripadanya dan dia ini akan membaptis dengan Roh dan api. Tapi kemudian bagaimana bisa dijelaskan bahwa menurut Mat 11:11 Yesus itu “terkecil” dalam Kerajaan Surga? Gagasan paling kecil bisa dikenakan kepada orang yang ditugasi melayani orang lain. Dan dalam Mat 20:28 Yesus menerapkan gagasan melayani tadi kepada dirinya sendiri. Ia datang bukan untuk dilayani melainkan untuk melayani. Untuk membuat Yang Ilahi mendekat kepada manusia. Itulah kebesarannya.
Seandainya hari ini kita bertanya kepada Yesus, “Engkaukah dia yang bakal datang?”, jawabannya akan sama. Ia akan mengajak kita memahami karya ilahi yang masih tetap berlangsung di antara kita di dunia ini kendati sering masih terselubung. Itulah jalan mengenalinya. Lalu, apa kita bisa mengharapkan diri kita juga akan dibicarakan oleh Yesus dengan para penghuni surga – seperti dulu ketika ia berbicara tentang Yohanes kepada orang banyak? Matt mengangguk penuh pengertian. Kita boleh merasa beruntung disertai Matt dalam Masa Adven ini.
Salam hangat,
A Gianto
A Gianto
0 comments:
Post a Comment