Di kalangan penghuni rumah tua kerap terjadi
gerundelan bahkan kejengelan dari beberapa terhadap kondisi teman serumah yang
tidak mengenakkan. Sebetulnya selain sudah mengalami kelansiaan setiap anggota
juga mengalami kedifabelan. Tetapi ada yang memiliki kekurangan yang membuat
yang lain tidak kerasan bersama-sama ketika menyantap makanan di ruang makan. Kekurangan
dari teman ini adalah mudah mengeluarkan air liur. Kebetulan wajahnya juga
selalu tampak redup. Namun mulutnya biasa ternganga. Nah, dalam keterngangaan
itulah air yang terproduksi dalam mulutnya mengalir lewat pojok kanan bibir.
Tetapi alirannya cukup lambat karena agak kental . Itulah sebabnya tangannya
biasa memegang serbet atau handuk kecil.
Yang mengherankan adalah sikap teman-teman di kamar
makan. Kalau memang jijik, mengapa mereka selalu melihat atau memelirikkan
matanya ke arah aliran kental dipojok bibir? Mengapa mereka tidak konsentrasi
saja di piring masing-masing? Kebetulan ada salah satu teman yang bisa makan
dengan enak sambil memandang air kental mengalir. Dia selalu tertawa seakan
melihat hal lucu. Bahkan suatu ketika, pada saat si produser air kental
mengalir akan melap dengan kain serbetnya, teman itu berseru “Jangan dilap!”
Dia segera mengambil sebuah cangkir dan diletakkan di bawah kepala yang di
bibirnya tergantung air kental meleleh. “Mau apa?” tanya produser air kental
yang mendapatkan jawaban “Alirkan di cangkir ini saja. Siapa tahu kalau nanti
dicampur sirup masih enak diminum”. Ternyata ulah ini membuat semua yang makan
terpingkal-pingkal termasuk produsernya. Salah satu teman bertanya “Apa
resepnya yang membuat kamu tidak pernah jijik?” Teman itu menjawab “Di rumah ini
saya anti positive thinking dan positive speaking. Aku mengembangkan
sikap negative thinking dan negative speaking agar dapat bersahabat dengan
negative reality”.
0 comments:
Post a Comment