NGEMPLOK TAI KEBO
Tadi malam, Kamis jam 07.40an, Rama Bambang ada dalam perjalanan pulang dari Wonosari menuju Domus Pacis. Dia baru saja memimpin misa peringatan 7 hari ibunya di panggil Tuhan. Sebenarnya Rama Bambang baru kecapekan seharian tidak tidur siang. Padahal dia selalu bangun sebelum jam 02.00 pagi. Kamis itu ada kunjungan dari Ibu-ibu anggota Wanita Katolik RI Wilayah Santo Antonius, Paroki Banyumanik. Kemudian disusul beberapa ibu dari Paroki Medari mampir sesudah melayat ibu Rama Yuni Tri Wibowo yang wafat. Sesudah makan siang Rama Bambang langsung meluncur ke Wonosari untuk bergabung dengan sanak famili. Maka layaklah ketika pulang cukup kecapekan dan matanya seakan melekat mau terlena tidur.
Tiba-tiba BB Rama Bambang berdering. Ketika dibuka ternyata ada pesan dari Rama Agoeng yang sedang berada di Monte carlo. "Wah nembe kemawon kula nyobi jajan piyambak. Kula pilih panganan ingkang paling mirah (16 euro). Bareng medal ..... weleh-weleh kados tai kebo ditumplak teng piring. Tiap ngemplok kebayang tai kebo. Yen mboten dipangan kok nggih eman2 lan ngelih. Untung taksih wonten kentang gorengipun. Dados kula tedi kaliyan merem2 hehehehee. Eeee nggih telas 3/4. Trus bayar, tagihane 19 euro hahahhahaa" (Wah, baru saja saya coba beli makan sendiri. Saya pilih menu termurah 16 euro. Ketika datang ..... aduuuuh seperti kotoran kerbau disajikan dalam piring. Setiap menelan terbayang kotoran kerbau. Kalau tak dimakan kan sayang apalagi sedang lapar. Untung masih ada kentang gorengnya. Maka saya makan sambil pejam-pejam mata hehehehe. Eeee ternyata dapat habis 3/4. Ketika bayar, ditagih 19 eusto hahahaha) Rama Agoeng berceritera. Kalau 1 euro dihargai Rp. 12.900,00, maka Rama Agoeng harus membelanjakan Rp. 245.100,00 hanya untuk ngemplok tai kebo (menelan kotoran kerbau).
Thursday, June 6, 2013
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment