Wednesday, January 3, 2018
Kunjungan ke Sambeng
Sesudah makan siang, Kamis 28 Desember 2017, pada sekitar jam 13.30 dua mobil meluncur meninggalkan Domus Pacis. Satu mobil inventaris Komsos KAS dikendarai oleh Rm. Wito membawa Bu Tatik, Bu Dini, Bu Sri dari Ambarrukmo, Bu Mumun, dan Bu Mardanu. Yang kedua adalah mobil gran max dengan driver Mas Handoko. Penumpangnya memang hanya Rm. Bambang, Bu Sri Handoko, dan Bu Rini. Tetapi di dalam grand max termuat beberapa dos berisi oleh-oleh dan keyboard serta peralatan soundsystem. Sebelum berangkat Rm. Bambang memang sudah berseru kepada Rm. Rm. Wito "Mangke liwat Purwomartani, ben lancar" (Nanti kita lewat Purwomartani agar perjalanan dapat lancar). Perjalanan memang akan melewat wilayah Klaten. Tetapi karena jalan Sala biasa padat lalu lintas dan kerap membuat macet perjalanan kendaraan, maka dua mobil itu menempuh perjalanan lain. Dipandang dari segi jarak tempuh kilometer, lewat jalan Sala memang akan jauh lebih dekat. Akan tetapi, karena lewat daerah pedusunan tak akan mengalami kepadatan lalu lintas, jarah waktunya akan berbeda amat banyak. Dua mobil itu sebelum kota Klaten berbelok arah kanan melewati Srowot, Wedi, Bayat dan kemudian kekanan menanjak lewat jalan-jalan wilayah Gunung Kidul. Ketika masuk wilayah Gunung Kidul, mobil yang dikendarai oleh Rm. Wito berada di depan dan diikuti oleh mobil gran max. Rombongan kecil ini memang menuju rumah Rm. Wito di Dusun Sambeng.
Hari itu beberapa relawan Domus Pacis yang kerap standby untuk acara-acara kegiatan Domus mengadakan kunjungan ke Keluarga Rm. Wito. Sesampai di rumah Rm. Wito, ternyata ibundanya, yang sudah janda, sudah ditemani oleh keluarga-keluarga kakak-kakak Rm. Wito menerima kedatangan rombongan Domus. Bahkan kakaknya yang tinggal di Wates berserta keluarganya juga ikut menyambut. Satu-satunya adik almarhum ayah Rm. Wito juga bergabung dalam penyambutan ini. Kecuali Rm. Bambang, yang duduk dengan kursi rodanya, semua duduk lesehan beralaskan tikar. Minuman dan snak langsung dihidangkan dan rombongan Domus pun menikmatinya. Pertemuan kunjungan ini sungguh menggembirakan sehingga derai tawa berulang-ulang terjadi lewat celotehan penuh keakraban personal tanpa warna seremonial. Ketika Mas Handoko kemudian selesai menata keyboard dan soundsystem, Rm. Bambang mengajak teman-teman dari Domus Pacis untuk berlatih menyanyikan lagu-lagu yang sudah difotocopy dengan iringan keyboard. Lagu-lagu bernuansa Natal sengaja disiapkan karena dalam kunjungan ini akan diadakan misa yang juga diikuti oleh umat Lingkungan Sambeng.
"Sing mimpin njenengan, ta?" (Bukankah yang akan memimpin misa adalah Anda?) kata Rm. Wito kepada Rm. Bambang menjelang misa dimulai pada jam 17.00. Rm. Bambang tertawa dan berkata "Njenengan ajeng ngiringi napa?" (Apakah Anda akan memaninkan keyboard untuk mengiringi lagu-lagu?). Kemudian misa dimulai. Rm. Wito memimpin dengan penuh kesantaian sehingga terciptalah penghayatan liturgi dalam nuansa akrab persaudaraan-persahabatan. Ketika sampai pada bagian homili beliau berkata "Amargi kula ingkang mimpin, kula gadhah hak damel ketentuan. Kula nemtokaken Rm. Bambang ingkang ngandika kangge homili" (Karena saya yang memimpin, maka saya memiliki hak membuat ketentuan. Saya tentukan agar Rm. Bambang yang berbicara untuk homili). Semua yang ikut misa tertawa terbahak-bahak. Rm. Bambang kemudian memegang mikropone. Dia mengutip kata-kata Simeon kepada Bunda Maria yang ada dalam bacaan Injil "--dan suatu pedang akan menembus jiwamu sendiri--,supaya menjadi nyata pikiran hati banyak orang." (Luk 2:35) Ayat ini dimanipulasi oleh Rm. Bambang sebagai ajaran tentang keterbukaan karena mengenal satu sama lain. Maka bagian homili menjadi acara saling mengenal antara rombongan kecil Domus dan para warga Sambeng. Dalam pengenalan itu Rm. Bambang membuat ulasan-ulasan bernuansa aneh atas masing-masing nama sehingga perkenalan pun diwarnai oleh suasana ceria dengan tawa. Sehabis misa semua mendapatkan jamuan makan bersama yang disediakan oleh keluarga Rm. Wito.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment