Tuesday, January 9, 2018
SMK Sanjaya Pakem
Kini Domus Pacis memang tidak menjadi rumah sunyi sepi yang membuat para penghuninya merasa terasing dalam kesendirian. Dengan adanya relawan relawati masak, paling tidak sehari tiga kali (pagi, siang, sore) ada yang datang mengantar sayur dan lauk untuk konsumsi orang serumah. Ada pula relawan-relawati khusus yang biasa datang pada hari-hari biasa bahkan selalu siaga kalau muncul kebutuhan khusus Domus yang harus dipenuhi. Berbagai jaringan dengan kelompok-kelompok umat juga sungguh membuat warga Domus Pacis mendapatkan perhatian. Akan tetapi, karena adanya hubungan dengan berbagai kelompok umat baik paguyuban maupun paroki, Domus Pacis juga dapat bermanfaat bagi pihak-pihak lain. Ada paroki yang mencari dana pembangunan dengan menjual kupon, ternyata Domus Pacis juga dapat menjadi rekan yang membantu pemasaran yang tampaknya juga cukup bermakna. Fasilitas Domus Pacis seperti ruang pertemuan, kapel, soundsystem, pecah belah, juga ada yang meminjam. Acara Novena Domus Pacis yang dapat menghadirkan cukup banyak orang, ternyata dapat menjadi kesempatan bagi umat dan salah satu Tim Kerja Paroki Pringwulung menjajakan dagangannya.
Yang mendapatkan manfaat dari Domus Pacis ternyata juga datang dari salah satu sekolah. SMK Sanjaya Pakem, yang bernaung di bawah Yayasan Bernardus, juga mulai mendapatkan kesempatan untuk menambah pemasukan keuangan. Di sekolah ini salah satu unit produksinya adalah penjualan batik. Yang diserahi menjadi koordinator usaha unit ini adalah Bu Rini, salah satu guru di situ. Kebetulan Bu Rini merupakan salah satu relawan yang banyak datang dan membantu para rama Domus. Dia juga biasa menjadi penyedia pengadakan snak apabila ada rombongan tamu datang dan minta konsumsi dari Domus Pacis. Dalam kesempatan ini Bu Rini juga memanfaatkan untuk menjual batik-batik sebagai usaha mencari dana bagi SMK Sanjaya Pakem. Yang terakhir adalah ketika ada rombongan Wanita Katolik RI Ranting Umbulharjo berkunjung di Domus. Kunjungan ini memang terjadi dalam dua sesi: wawan hati dan misa. "Le dodol bathik engko bar misa wae. Pas dha dhahar" (Kegiatan jual batik nanti sesudah misa. Itu terjadi bersamaan dengan acara makan siang) kata Rm. Bambang, yang kemudian menginformasikan dalam misa sebelum berkat penutup. Dua macam batik dipajang (cap dan tulis) di teras bangunan induk Domus depan kamar mandi Rm. Bambang. Bu Rini tampak puas dengan hasil penjualan.
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment