warna liturgi Putih
Bacaan-bacaan:
Zef. 3:14-18a atau Rm. 12:9-16b; MT Yes. 12:2-3,4-bcd,5-6; Luk. 1:39-56. BcO Kid. 2:8-14; 8:6-7.
Zef. 3:14-18a atau Rm. 12:9-16b; MT Yes. 12:2-3,4-bcd,5-6; Luk. 1:39-56. BcO Kid. 2:8-14; 8:6-7.
Nas Injil:
39 Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda. 40 Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet. 41 Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus, 42 lalu berseru dengan suara nyaring: “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. 43 Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? 44 Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. 45 Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana.” 46 Lalu kata Maria: “Jiwaku memuliakan Tuhan, 47 dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, 48 sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, 49 karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus. 50 Dan rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia. 51 Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya; 52 Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah; 53 Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa; 54 Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya, 55 seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya.” 56 Dan Maria tinggal kira-kira tiga bulan lamanya bersama dengan Elisabet, lalu pulang kembali ke rumahnya.
39 Beberapa waktu kemudian berangkatlah Maria dan langsung berjalan ke pegunungan menuju sebuah kota di Yehuda. 40 Di situ ia masuk ke rumah Zakharia dan memberi salam kepada Elisabet. 41 Dan ketika Elisabet mendengar salam Maria, melonjaklah anak yang di dalam rahimnya dan Elisabetpun penuh dengan Roh Kudus, 42 lalu berseru dengan suara nyaring: “Diberkatilah engkau di antara semua perempuan dan diberkatilah buah rahimmu. 43 Siapakah aku ini sampai ibu Tuhanku datang mengunjungi aku? 44 Sebab sesungguhnya, ketika salammu sampai kepada telingaku, anak yang di dalam rahimku melonjak kegirangan. 45 Dan berbahagialah ia, yang telah percaya, sebab apa yang dikatakan kepadanya dari Tuhan, akan terlaksana.” 46 Lalu kata Maria: “Jiwaku memuliakan Tuhan, 47 dan hatiku bergembira karena Allah, Juruselamatku, 48 sebab Ia telah memperhatikan kerendahan hamba-Nya. Sesungguhnya, mulai dari sekarang segala keturunan akan menyebut aku berbahagia, 49 karena Yang Mahakuasa telah melakukan perbuatan-perbuatan besar kepadaku dan nama-Nya adalah kudus. 50 Dan rahmat-Nya turun-temurun atas orang yang takut akan Dia. 51 Ia memperlihatkan kuasa-Nya dengan perbuatan tangan-Nya dan mencerai-beraikan orang-orang yang congkak hatinya; 52 Ia menurunkan orang-orang yang berkuasa dari takhtanya dan meninggikan orang-orang yang rendah; 53 Ia melimpahkan segala yang baik kepada orang yang lapar, dan menyuruh orang yang kaya pergi dengan tangan hampa; 54 Ia menolong Israel, hamba-Nya, karena Ia mengingat rahmat-Nya, 55 seperti yang dijanjikan-Nya kepada nenek moyang kita, kepada Abraham dan keturunannya untuk selama-lamanya.” 56 Dan Maria tinggal kira-kira tiga bulan lamanya bersama dengan Elisabet, lalu pulang kembali ke rumahnya.
Percikan Nas
Dalam imaginasi saya di film musikal “Di Mataku” saya membayangkan kegundahan hati Maria setelah menerima kabar dari Malaikat Gabriel. Sahabat-sahabatnya meninggalkan Maria karena apa yang diiyakan Maria terasa berat dan mereka tidak bisa membantu. Dalam kegelisahannya ia pun pergi menemui Elisabet saudarinya.
Berjumpa dengan Elisabet Maria merasa dikuatkan. Mereka pun yakin (dalam syair lagu yang kutulis) dengan mengatakan, “Jalan ini berat, banyak tanya di hati. Namun kami percaya Engkau slalu mendampingi.” Mereka sama-sama merasakan bahwa menjalani rencana Tuhan itu berat. Ada banyak pertanyaan yang mungkin belum bisa segera dijawab. Walau demikian mereka percaya Tuhan selalu mendampingi.
Perjumpaan persahabatan dengan Elisabet sungguh menguatkan Maria menerima dan menjalani kehendak Tuhan. Dalam hidup kita pun mungkin masih tersimpan banyak pertanyaan yang sulit untuk dijawab. Kadang hal itu bisa membuat kita ragu bahkan berhenti melangkah. Belajar dari Maria dan Elisabet kita mesti percaya Tuhan selalu mendampingi. Tuhan tidak akan pernah meninggalkan mereka yang menjalankan kehendak-Nya. Ia akan selalu memberikan jalan walau kesulitan hebat menghadang.
Dalam imaginasi saya di film musikal “Di Mataku” saya membayangkan kegundahan hati Maria setelah menerima kabar dari Malaikat Gabriel. Sahabat-sahabatnya meninggalkan Maria karena apa yang diiyakan Maria terasa berat dan mereka tidak bisa membantu. Dalam kegelisahannya ia pun pergi menemui Elisabet saudarinya.
Berjumpa dengan Elisabet Maria merasa dikuatkan. Mereka pun yakin (dalam syair lagu yang kutulis) dengan mengatakan, “Jalan ini berat, banyak tanya di hati. Namun kami percaya Engkau slalu mendampingi.” Mereka sama-sama merasakan bahwa menjalani rencana Tuhan itu berat. Ada banyak pertanyaan yang mungkin belum bisa segera dijawab. Walau demikian mereka percaya Tuhan selalu mendampingi.
Perjumpaan persahabatan dengan Elisabet sungguh menguatkan Maria menerima dan menjalani kehendak Tuhan. Dalam hidup kita pun mungkin masih tersimpan banyak pertanyaan yang sulit untuk dijawab. Kadang hal itu bisa membuat kita ragu bahkan berhenti melangkah. Belajar dari Maria dan Elisabet kita mesti percaya Tuhan selalu mendampingi. Tuhan tidak akan pernah meninggalkan mereka yang menjalankan kehendak-Nya. Ia akan selalu memberikan jalan walau kesulitan hebat menghadang.
Doa:
Tuhan, jalan ini berat. Banyak tanya di hati. Namun kami percaya Engkau slalu mendampingi. Engkau tidak akan pernah meninggalkan kami dalam kesulitan yang tidak mudah kami atasi. Pada-Mu selalu ada jalan. Amin.
Tuhan, jalan ini berat. Banyak tanya di hati. Namun kami percaya Engkau slalu mendampingi. Engkau tidak akan pernah meninggalkan kami dalam kesulitan yang tidak mudah kami atasi. Pada-Mu selalu ada jalan. Amin.
Perjumpaan Sahabat.
(goeng).
(goeng).
0 comments:
Post a Comment