Friday, August 16, 2013
Sabda Hidup
Sabtu, 17 Agustus 2013
HARI RAYA KEMERDEKAAN REPUBLIK INDONESIA
Warna Liturgi Putih
Bacaan
Sir. 10:1-8; Mzm. 101:1a,2ac,3a,6-7; 1Ptr. 2:13-17; Mat. 22:15-21
Matius 22:15-21
22:15 Kemudian pergilah orang-orang Farisi; mereka berunding bagaimana mereka dapat menjerat Yesus dengan suatu pertanyaan.
22:16 Mereka menyuruh murid-murid mereka bersama-sama orang-orang Herodian bertanya kepada-Nya: "Guru, kami tahu, Engkau adalah seorang yang jujur dan dengan jujur mengajar jalan Allah dan Engkau tidak takut kepada siapa pun juga, sebab Engkau tidak mencari muka.
22:17 Katakanlah kepada kami pendapat-Mu: Apakah diperbolehkan membayar pajak kepada Kaisar atau tidak?"
22:18 Tetapi Yesus mengetahui kejahatan hati mereka itu lalu berkata: "Mengapa kamu mencobai Aku, hai orang-orang munafik?
22:19 Tunjukkanlah kepada-Ku mata uang untuk pajak itu." Mereka membawa suatu dinar kepada-Nya.
22:20 Maka Ia bertanya kepada mereka: "Gambar dan tulisan siapakah ini?"
22:21 Jawab mereka: "Gambar dan tulisan Kaisar." Lalu kata Yesus kepada mereka: "Berikanlah kepada Kaisar apa yang wajib kamu berikan kepada Kaisar dan kepada Allah apa yang wajib kamu berikan kepada Allah."
Renungan
Merdeka. Hari ini kita merayakan hari kemerdekaan RI. 68 tahun bangsa kita terbebas dari penjajah. Para pejuang dengan gigih membebaskan bangsa ini dari penderitaan sebagai bangsa dijajah. Para pejuang itu menjadi pendiri bangsa ini. Mereka pun terus menata dan menyiapkan jembatan agar bangsa ini bisa menuju jalan yang sepadan dengan bangsa-bangsa lain.
68 tahun semua itu telah terlalui. Perjalanan panjang. Namun perjalanan itu seringkali terhenti dan terbelokkan oleh kepentingan-kepentingan sesaat dan seseorang. Bahkan seringkali lajunya pun terhalang perubahan kekuasaan yang tak mulus. Kenyataan itu ternyata bukan hanya membelokkan, menghentikan tapi juga seringkali menarik mundur dari titik sampai yang telah diraih. Gerak ekonomi warga masih dikendalikan oleh raksasa-raksasa rakus dan juga thuyul-thuyul perampok uang rakyat. Pendidikan pun dipermainkan oleh mereka yang tidak punya kepercayaan diri dan terkungkung oleh budaya proyek dan bisnis. Kesehatan sering masih menjadi impian orang miskin. Kerakusan orang tertentu mewujud pada nafsu mengimport daripada empowering daya cipta warga.
Hmm sudah merdekakah kita? Kenapa masih banyak yg mikir dirinya sendiri dan tak peduli pada harapan rakyat dan bangsa. Ironisnya mereka yg sungguh bekerja demi rakyat dicap mencari muka, sedangkan mereka yang mencari muka malah dipuja.
Hidup dalam dunia seperti itu menantang diri kita sendiri agar makin mampu memilah mana yg menjadi hak kaisar dan mana yg menjadi hak Allah. Mari kita perankan tugas kita masing-masing dengan jujur dan tekun agar bangsa ini melaju. Merdeka.
Kontemplasi
Carilah tempat yang nyaman. Duduklah dengan mata terpejam. Ingatlah para pejuang kemerdekaan.
Refleksi
Apa yang telah anda berikan untuk bangsa Indonesia?
Doa
Tuhan semoga anak-anakMu boleh mencecap kemerdekaan ini. Semoga bangsa kami juga tetap lurus mengikuti jalannya. Amin.
Perutusan
Aku akan mengedepankan pemakaian hasil karya bangsa sendiri dan terlibat dalam pencerdasan anak bangsa.
Dirgahayu Indonesia---M E R D E K A
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment