Hari kedua Pekan Doa Sedunia,
Yakobus dari Sales, Wilhelmus Saultemouche
warna liturgi Hijau
Bacaan-bacaan:
Ibr. 4:12-16; Mzm. 19:8-9,10,15; Mrk. 2:13-17. BcO Rm. 3:21-31.
Nas Injil:
13 Sesudah itu Yesus pergi lagi ke pantai danau, dan seluruh orang banyak datang kepada-Nya, lalu Ia mengajar mereka. 14 Kemudian ketika Ia berjalan lewat di situ, Ia melihat Lewi anak Alfeus duduk di rumah cukai lalu Ia berkata kepadanya: "Ikutlah Aku!" Maka berdirilah Lewi lalu mengikuti Dia. 15 Kemudian ketika Yesus makan di rumah orang itu, banyak pemungut cukai dan orang berdosa makan bersama-sama dengan Dia dan murid-murid-Nya, sebab banyak orang yang mengikuti Dia. 16 Pada waktu ahli-ahli Taurat dari golongan Farisi melihat, bahwa Ia makan dengan pemungut cukai dan orang berdosa itu, berkatalah mereka kepada murid-murid-Nya: "Mengapa Ia makan bersama-sama dengan pemungut cukai dan orang berdosa?" 17 Yesus mendengarnya dan berkata kepada mereka: "Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa."
Percikan Nas:
Suatu kali seorang teman bercerita bahwa tamu-tamu yang ia temui kebanyakan orang yang lagi mempunyai masalah. Namun ia mesyukuri karena bisa mendengarkan persoalan-persoalan mereka. Kadang ia membantu menawarkan solusi pada mereka. Tidak jarang ia hanya duduk dan mendengarkan mereka bercerita. Walau banyak beban yang ia dengarkan namun ia tetap ceria dan bersemangat hidupnya.
Kisah teman itu menggambarkan bagaimana jiwa Yesus hidup dalam dirinya. Yesus hadir dan banyak orang berdosa, juga berpenyakit datang kepadanya. Kehadiran orang-orang berdosa itu tidak mengganggu hidup Yesus. Ia bahagia bisa membantu mereka kembali dalam jalan yang benar. Ia pun mengatakan, “Bukan orang sehat yang memerlukan tabib, tetapi orang sakit; Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa” (Mrk 2: 17).
Tidak ada orang yang tidak berdosa. Tidak ada orang yang tidak pernah salah. Memang ada orang yang merasa diri benar dan tidak bersalah. Mereka yang merasa benar dan tidak bersalah umumnya mengalami kesulitan dan gelisah hidupnya. Namun mereka yang mau mengakui kesalahannya dan ingin memperbaiki diri akan selalu diterima Tuhan dan sesama. Maka kehadiran orang yang mengakui kesalahan dan persoalan hidupnya adalah berkat bagi yang menerimanya. Dan mereka yang berani mengakui kesalahannya tidak akan kehilangan rahmat penyembuhan.
Doa:
Tuhan semoga kami mau mengakui kesalahan-kesalahan kami. Semoga kami pun mempunyai hati yang terbuka untuk menerima mereka yang mengakui kesalahannya. Dalam nama-Mu hidup kami adalah kesembuhan. Amin.
Hidup itu kesembuhan
(goeng).
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment