Yosef Freinademetz, Arkanjela Girlani
warna liturgi Hijau
Bacaan-bacaan:
Ibr. 10: 1-10; Mzm. 40:2,4ab,7-8a,10,11; Mrk. 3:31-35. BcO Rm. 9:1-18.
Nas Injil:
31 Lalu datanglah ibu dan saudara-saudara Yesus. Sementara mereka berdiri di luar, mereka menyuruh orang memanggil Dia. 32 Ada orang banyak duduk mengelilingi Dia, mereka berkata kepada-Nya: "Lihat, ibu dan saudara-saudara-Mu ada di luar, dan berusaha menemui Engkau." 33 Jawab Yesus kepada mereka: "Siapa ibu-Ku dan siapa saudara-saudara-Ku?" 34 Ia melihat kepada orang-orang yang duduk di sekeliling-Nya itu dan berkata: "Ini ibu-Ku dan saudara-saudara-Ku! 35 Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku."
Percikan Nas:
Dalam perjalanan waktu tak terasa waktu-waktu kita sering jauh lebih banyak kita habiskan bersama orang-orang yang dekat dan mempunyai kesamaan (pikiran, hati, hobi) daripada dengan orang tua. Makin hari mereka makin terasa sebagai saudara. Dan kadang malah lebih akrab dan erat daripada dengan saudara sedarah.
Yesus selalu bersama-sama dengan murid-murid-Nya yang mengikuti jalan pemikiran dan hidup-Nya. Ia pun bersama banyak orang yang membutuhkan pengajaran dan karya mukjijat-Nya. Maka ketika ibunda-Nya datang hendak menemui Ia pun memakai standar, "Barangsiapa melakukan kehendak Allah, dialah saudara-Ku laki-laki, dialah saudara-Ku perempuan, dialah ibu-Ku" (Mrk 3:35).
Kriteria untuk menyebut seseorang sebagai saudara yang disampaikan Yesus layak sekali kita batinkan dalam hidup kita. Bukan sekedar darah, kedekatan dan kesamaan tapi kemauan melakukan kehendak Bapa. Mereka yang berkenan menjadi partner Allah layak kita sebut sebagai saudara. Dengan begitu kita pun bisa bersaudara dalam kerangka melakukan kehendak Bapa.
Doa:
Tuhan kami mau menjadi saudara-Mu. Kami ingin selalu melakukan kehendak Bapa. Tuntun dan ajarilah kami. Amin.
Partner Allah
(goeng).
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment