Konradus dari Piacenza, Beata Elisabet Picenardi
warna liturgi Hijau
Bacaan-bacaan:
Kej. 4:1-15,25; Mzm. 50:1,8,16bc-17,20-21; Mrk. 8:11-13. BcO 1Kor. 7:1-24.
Nas Injil:
14 Kemudian ternyata murid-murid Yesus lupa membawa roti, hanya sebuah saja yang ada pada mereka dalam perahu. 15 Lalu Yesus memperingatkan mereka, kata-Nya: "Berjaga-jagalah dan awaslah terhadap ragi orang Farisi dan ragi Herodes." 16 Maka mereka berpikir-pikir dan seorang berkata kepada yang lain: "Itu dikatakan-Nya karena kita tidak mempunyai roti." 17 Dan ketika Yesus mengetahui apa yang mereka perbincangkan, Ia berkata: "Mengapa kamu memperbincangkan soal tidak ada roti? Belum jugakah kamu faham dan mengerti? Telah degilkah hatimu? 18 Kamu mempunyai mata, tidakkah kamu melihat dan kamu mempunyai telinga, tidakkah kamu mendengar? Tidakkah kamu ingat lagi, 19 pada waktu Aku memecah-mecahkan lima roti untuk lima ribu orang itu, berapa bakul penuh potongan-potongan roti kamu kumpulkan?" Jawab mereka: "Dua belas bakul." 20 "Dan pada waktu tujuh roti untuk empat ribu orang itu, berapa bakul penuh potongan-potongan roti kamu kumpulkan?" Jawab mereka: "Tujuh bakul." 21 Lalu kata-Nya kepada mereka: "Masihkah kamu belum mengerti?"
Percikan Nas:
Pada masa tertentu mungkin kita pernah mendengar seseorang mengatakan sesuatu yang membuat banyak orang tercengang. Tanpa bertanya orang pun seakan berlomba-lomba menafsirkan kalimat tersebut. Mungkin ada yang bisa menafsirkan dengan tepat, namun tidak jarang banyak yang tidak tepat bahkan salah. Akibatnya terjadi gosip dan keributan.
Hal seperti itu pun dialami oleh Yesus. Ia mengatakan supaya para murid hati-hati dan waspada terhadap ragi orang Farisi dan orang Herodes. Para murid menyangka bahwa Yesus omong itu karena kebetulan mereka tidak membawa roti. Sangkaan para murid ini sangat berbeda dengan maksud Yesus.
Menduga, menafsir tentu boleh-boleh saja. Seringkali tafsiran membuat sesuatu lebih kaya dan hidup. Namun ketika kita bersama sang sumber mengapa harus menafsir-nafsir? Mengapa kita tidak bertanya secara langsung? Rasa saya daripada kita menyimpan tanda tanya dalam hidup kita bertanya saja pada sang sumber. Dengan begitu kita kita mendapatkan jawaban yang tepat karena dari sumbernya.
Doa:
Tuhan sabda-Mu memuat arti yang khas. Sudilah Engkau berkenan membuka makna dan artinya kepada kami. Kami yakin Engkau tidak berkendak membingungkan kami. Amin.
Bertanya pada sumbernya
(goeng).
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment