diambil dari katakombe.org/para-kudus Hits: 2558 Diterbitkan: 15 August 2013 Diperbaharui: 23 October 2016
ilustrasi dari koleksi Blog Domus
- Perayaan27 Oktober
- Lahir4 April 1859
- Kota asalMilan, Italy
- Wafat17 October 1902 di Suna, Verbano-Cusio-Ossola, Italy | Oleh sebab alamiah
- Venerasi8 Februari 1931 oleh Paus Pius XI
- Beatifikasi13 April 1947 oleh Paus Pius XII
Contardo dilahirkan pada tahun 1859. Ayahnya seorang guru matematika dan fisika. Ayahnya ini sejak dini telah menanamkan pada putera kecilnya kecintaan untuk belajar. Sebagai seorang pemuda, Contardo fasih berbicara dalam banyak bahasa asing di samping bahasa ibunya, bahasa Italia. Ia amat cemerlang di setiap sekolah dan universitas tempat ia belajar. Kecintaannya untuk belajar dan kecintaannya pada iman Katoliknya membuat teman-teman menjulukinya “St. Aloysius” mereka. (St Aloysius Gonzaga adalah seorang santo muda Yesuit yang dikenal karena kebajikan dan kemurahan hatinya.) Contardo-lah yang pertama-tama memulai kelompok-kelompok bagi teman-teman mahasiswa guna membantu mereka menjadi seorang Kristiani yang saleh.
Ketika usianya duapuluh satu tahun, kepadanya ditawarkan kesempatan untuk melanjutkan studi di Universitas Berlin di Jerman. Sungguh berat baginya meninggalkan rumahnya di Italia, tetapi ia senang juga bertemu dengan orang-orang Katolik yang saleh di universitas itu. Ia menuliskan dalam sebuah buku kecil apa yang dirasakannya ketika untuk pertama kalinya ia menyambut Sakramen Rekonsiliasi di negeri asing. Sungguh menggetarkan hatinya menyadari bahwa Gereja Katolik sungguh sama di mana pun dan kemana pun orang pergi.
Tahun berikutnya, Contardo berusaha memutuskan entahkah sebaiknya ia menjadi seorang imam atau seorang biarawan, atau hidup berkeluarga. Ia terus-menerus bertanya pada dirinya sendiri apa yang sebaiknya dilakukannya. Nyatalah kemudian bahwa ia mengucapkan ikrar untuk mempersembahkan dirinya hanya bagi Tuhan saja. Ia mengamalkan ikrarnya ini sebagai seorang awam Fransiskan (anggota ordo ketiga Fransiskan). Ia tetap mengajar dan menulis namun senantiasa berupaya untuk menjadi seorang Kristiani yang terlebih sempurna.
Sementara menikmati olahraga favoritnya, mendaki gunung, ia akan berpikir tentang Tuhan, Pencipta segala keindahan yang ia lihat. Orang banyak melihat bahwa ada sesuatu yang berbeda pada diri Profesor Ferrini. Ia amat kudus, lembut dan rendah hati hingga setiap orang yang bertemu dengannya akan selalu merasakan aura kesucian di antara senyum hangatnya yang khas. Bahkan saat ia masih hidup orang-orang sudah memanggilnya dengan sebutan “santo..”
Tanggal 17 Oktober 1902 Contardo Ferrini wafat karena demam tipus pada usia empat puluh tiga tahun. Warga Suna segera menyatakan dirinya suci. Rekan-rekannya di University of Pavia menulis surat kepada Paus di mana mereka menggambarkan ia sebagai seorang suci. Pada tahun 1909 Paus Pius X menunjuk Kardinal Ferrari untuk memulai proses penyelidikan terhadap kasus Contardo Ferini. 39 tahun kemudian tepatnya pada tanggal 13 April 1947 Contardo Ferini dibeatifikasi oleh Paus Pius XII. Tubuhnya sekarang dimakamkan dalam kapel Milan Universitas Katolik.
0 comments:
Post a Comment