Jumat, 1
November 2019
Matius 5:1-12a
5:1.
Ketika Yesus melihat orang banyak itu, naiklah Ia ke atas bukit dan setelah Ia
duduk, datanglah murid-murid-Nya kepada-Nya.
5:2
Maka Yesuspun mulai berbicara dan mengajar mereka, kata-Nya:
5:3.
"Berbahagialah orang yang miskin di hadapan Allah, karena merekalah yang
empunya Kerajaan Sorga.
5:4
Berbahagialah orang yang berdukacita, karena mereka akan dihibur.
5:5
Berbahagialah orang yang lemah lembut, karena mereka akan memiliki bumi.
5:6
Berbahagialah orang yang lapar dan haus akan kebenaran, karena mereka akan
dipuaskan.
5:7
Berbahagialah orang yang murah hatinya, karena mereka akan beroleh kemurahan.
5:8 Berbahagialah orang yang suci hatinya, karena mereka akan
melihat Allah.
5:9
Berbahagialah orang yang membawa damai, karena mereka akan disebut anak-anak
Allah.
5:10
Berbahagialah orang yang dianiaya oleh sebab kebenaran, karena merekalah yang
empunya Kerajaan Sorga.
5:11
Berbahagialah kamu, jika karena Aku kamu dicela dan dianiaya dan kepadamu
difitnahkan segala yang jahat.
5:12a
Bersukacita dan bergembiralah, karena upahmu besar di sorga,”.
Butir-butir Permenungan
- Tampaknya, tidak sedikit yang mengaitkan kesucian dengan keagamaan. Bahkan ada yang berpikir bahwa agama menjamin orang menjadi suci.
- Tampaknya, dengan beragama orang dapat yakin hidup berada dalam nanungan ilahi. Makin taat orang menjalani apa saja yang diatur oleh agama, makin dia mengalami kesucian.
- Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa, bagi yang biasa bergaul intim dengan kedalaman batin, sekalipun amat cermat dan taat menjalani apapun yang ada dalam tatanan hidup beragama, orang belum tentu mengalami kesucian kalau hidup hariannya tidak mengkiblatkan diri pada yang bertahta di dalam relung nurani. Dalam yang ilahi karena kemesraannya dengangema relung hati orang akan selalu memperhatikan kata-kata yang muncul dalam nurani dan menjadikan segala perilakunya sebagai ungkapan dan wujudnya.
Ah, untuk hidup suci jelas agamalah jaminannya.
0 comments:
Post a Comment