Sharing Olah Batin

Banyak orang arif bijaksana mengatakan bahwa pembelajaran adalah proses hidup sepanjang masa. Begitu pula tentang olah rohani. Sekalipun sudah masuk golongan lanjut usia bahkan terdidik dalam hal keagamaan dan bahkan pula menjadi seorang imam, saya pun merasa bahwa harus berjuang berkembang dalam kehidupan beriman. Saya berusaha untuk dapat ikut Tuhan sesuai dengan perkembangan situasi hidup dan pola kultural yang saya hayati. Dari berbagai pengalaman menjalani masa kelansiaan ternyata saya menemukan amat banyak hal yang sungguh amat beda dengan ketika masih aktif berdinas. Dari berbagai ikut studi kelansiaan bersama banyak kaum lansia ada banyak hal menjadi cakrawala baru. Bahkan dalam hal keagamaan pun ada banyak hal yang baru terkuak ketika sudah menjadi bagian kaum lansia.

Salah satu hal yang menjadi perhatian saya adalah olah rohani sebagai seorang lansia. Entah bagaimana, saya memakai diri saya sebagai sasaran pembelajaran. Hal ini berkaitan dengan diri saya sendiri yang sering harus ngomong tentang hidup beriman di kala lansia. Saya dapat menemukan kerangka proses pengembangan bersambung dengan Tuhan sebagai orang Katolik di tengah-tengah kehidupan sebagai orang Jawa. Ternyata dengan sering bicara tentang hal ini saya bertanya tentang diri saya sendiri. Apakah aku sendiri sudah menjalani proses itu? Kalau sudah, sejauh mana aku menjalaninya? Maka, yang terjadi adalah saya mempelajari diri saya sendiri. Dan dari pembelajaran itu saya membuat catatan. Ketika saya susun, jadilah buku yang saya beri judul AJAR OLAH BATIN CATATAN DARI RUMAH TUA. Setelah secara teologis dipandang tidak melanggar iman Katolik, Rm. Purwatmo memberikan nihil obstat. Kemudian Rm. Edy, Vikaris Jendral Keuskupan Agung Semarang, memberikan ijin penerbitan. Dan ini saya jadikan sharing saya bagi kaum lansia terutama jemaat lansia Katolik.