Alfonsus Rodriguez
warna liturgi Hijau
Bacaan-bacaan:
Rm. 8:31b-39; Mzm. 109:21-22,26-27,30-31; Luk. 13:31-35.
BcO Yer. 27:1-15.
Bacaan Injil:
31 Pada waktu itu datanglah beberapa orang Farisi dan berkata kepada Yesus: "Pergilah, tinggalkanlah tempat ini, karena Herodes hendak membunuh Engkau." 32 Jawab Yesus kepada mereka: "Pergilah dan katakanlah kepada si serigala itu: Aku mengusir setan dan menyembuhkan orang, pada hari ini dan besok, dan pada hari yang ketiga Aku akan selesai. 33 Tetapi hari ini dan besok dan lusa Aku harus meneruskan perjalanan-Ku, sebab tidaklah semestinya seorang nabi dibunuh kalau tidak di Yerusalem. 34 Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau. 35 Sesungguhnya rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi. Tetapi Aku berkata kepadamu: Kamu tidak akan melihat Aku lagi hingga pada saat kamu berkata: Diberkatilah Dia yang datang dalam nama Tuhan!"
Memetik Inspirasi:
Dalam berita kita sering menemukan betapa sengsaranya mereka yang hidup di medan perang. Mereka berada dalam situasi was-was, terancam, takut, penuh curiga satu sama lain dan tidak sedikit pula yang kekurangan makanan dan harus mengungsi. Kesombongan dan keegoan yang memicu perang mengorbankan kebersatuan dan keeratan jalinan hidup bersama. Hidup menjadi sepi dan lonely.
Yesus menangisi Yerusalem. Di sanalah banyak nabi mati dibunuh. Para nabi adalah orang-orang yang dipilih Allah untuk membawa umat manusia pada pertobatan. Namun ternyata banyak orang yang tidak terima pewartaannya dan tega membunuhnya. Yerusalem pun menjadi sepi dan penuh duka. “Yerusalem, Yerusalem, engkau yang membunuh nabi-nabi dan melempari dengan batu orang-orang yang diutus kepadamu! Berkali-kali Aku rindu mengumpulkan anak-anakmu, sama seperti induk ayam mengumpulkan anak-anaknya di bawah sayapnya, tetapi kamu tidak mau. Sesungguhnya rumahmu ini akan ditinggalkan dan menjadi sunyi” (Luk 13: 34-35).
Apapun bentuknya, konflik dan peperangan pasti hanya akan menimbulkan luka dan menguatkan duka. Pelajaran telah banyak. Kiranya layak kita memperhitungkan sungguh bahwa baik kalau kita membangun kebersamaan daripada membangun lawan. Tidak ada persoalan yang tidak dapat diselesaikan. Keterbukaan untuk menerima perbedaan mengubah sikap ego dan sombong kita menjadi egaliter dan rendah hati.
Refleksi:
Apa yang akan anda lakukan untuk menghindari terjadinya “peperangan"?
Doa:
Tuhan, kadang secara manusiawi umat manusia gampang terluka dan gampang marah. Suasana itu menghadirkan ketidakdamaian dan rasa permusuhan. Semoga para putera-Mu sanggup mengelola sikap hidup mereka untuk tidak gampang menghadirkan permusuhan namun mudah membawa perdamaian. Amin.
Menghapus Ego Perang
MoGoeng
Wates
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment