Suatu kali Kasir duduk terdiam di rumahnya. Wajahnya murung mengguratkan kegalauan hatinya. Kadir mendekatinya. Ia duduk di sampingnya.
Dengan nada lembut ia berkata, “Sir, ada apa?”
Kasir melengok sejenak, tapi tetap diam. Kadir pun penasaran.
Kadir, “Tadi aku lupa bawa dompet. Trus pas mau bayar angkot aku bingung karena tidak ada uang sama sekali. Malu banget aku. Lalu ada bapak melihat gelagatku. Tanpa kuminta bapak itu membayar angkotku. Sekarang aku bisa duduk di sini.”
Kasir, “Beruntung kamu.”
Kadir, “Iya, aku beruntung. Gusti memang selalu menyediakan jawaban atas persoalan kita?”
Kasir, “Apa Gusti juga menyediakan jawaban atas masalah Corona ini?”
Kadir, “Aku percaya: iya.”
Kasir, “Kalau iya kok tidak rampung-rampung.”
Kadir, “Jawaban itu ada, tapi baru proses ditemukan manusia.”
Kasir, “Trus sampai kapan manusia menemukan jawabannya? Gak jelas kan?”
Kadir, “Percaya saja pasti akan ditemukan.”
Kasir, “Akh… gak jelas. Trus kita mesti nunggu terus?”
Kadir, “Ya sabar menunggu, jangan gelisah.”
Kasir, “Kenapa tidak boleh gelisah, lha wong gak jelas gini!?”
Kadir, “Kegelisahan hanya akan menambah beban dari beratnya kondisi ini.”
Kasir, “Terus harus bagaimana?”
Kadir, “Salah satu yang bisa kita lakukan adalah kita siap hidup berdampingan dengan virus ini.”
Kasir, “Berdampingan dengan virus!? Anehh!!”
Kadir, “Iya berdampingan. Ia merangsek hidup kita. Kita takut. Ia makin kuat. Kalau kita tidak takut dan gelisah, namun waspada, ia akan tunduk kepada kita.”
Kasir, “Gileee…. Bijak sekali kamu hari ini!!”
Kadir tersenyum bangga mendapat pujian tersebut. Tiba-tiba Kasir berteriak, “Dir….kecoaaaak!!” Kadir pun langsung loncat dan lari terbirit-birit karena ia takut dengan kecoa. Melihat itu Kasir tertawa ngakak.
Dengan nada lembut ia berkata, “Sir, ada apa?”
Kasir melengok sejenak, tapi tetap diam. Kadir pun penasaran.
Kadir, “Tadi aku lupa bawa dompet. Trus pas mau bayar angkot aku bingung karena tidak ada uang sama sekali. Malu banget aku. Lalu ada bapak melihat gelagatku. Tanpa kuminta bapak itu membayar angkotku. Sekarang aku bisa duduk di sini.”
Kasir, “Beruntung kamu.”
Kadir, “Iya, aku beruntung. Gusti memang selalu menyediakan jawaban atas persoalan kita?”
Kasir, “Apa Gusti juga menyediakan jawaban atas masalah Corona ini?”
Kadir, “Aku percaya: iya.”
Kasir, “Kalau iya kok tidak rampung-rampung.”
Kadir, “Jawaban itu ada, tapi baru proses ditemukan manusia.”
Kasir, “Trus sampai kapan manusia menemukan jawabannya? Gak jelas kan?”
Kadir, “Percaya saja pasti akan ditemukan.”
Kasir, “Akh… gak jelas. Trus kita mesti nunggu terus?”
Kadir, “Ya sabar menunggu, jangan gelisah.”
Kasir, “Kenapa tidak boleh gelisah, lha wong gak jelas gini!?”
Kadir, “Kegelisahan hanya akan menambah beban dari beratnya kondisi ini.”
Kasir, “Terus harus bagaimana?”
Kadir, “Salah satu yang bisa kita lakukan adalah kita siap hidup berdampingan dengan virus ini.”
Kasir, “Berdampingan dengan virus!? Anehh!!”
Kadir, “Iya berdampingan. Ia merangsek hidup kita. Kita takut. Ia makin kuat. Kalau kita tidak takut dan gelisah, namun waspada, ia akan tunduk kepada kita.”
Kasir, “Gileee…. Bijak sekali kamu hari ini!!”
Kadir tersenyum bangga mendapat pujian tersebut. Tiba-tiba Kasir berteriak, “Dir….kecoaaaak!!” Kadir pun langsung loncat dan lari terbirit-birit karena ia takut dengan kecoa. Melihat itu Kasir tertawa ngakak.
Ketakutan, kegelisahan membuat kita lemah. Tuhan pun mengatakan kepada kita agar kita tidak gelisah dan gentar hati. Jangan Gelisah
MoGoeng 120520
0 comments:
Post a Comment