Kasir duduk di dekat setumpuk kertas sampah. Dia tersenyum sumringah.
Kadir, “Kaya wong edan ngguya-ngguyu nang pinggir sampah!”
Kasir, “Yo ben, biarin aja, daripada menangis di tengah pesta.”
Kadir, “Malah ndhagel….”
Kasir, “Suka-suka aku dong. Orang lagi suka mah merdeka.”
Kadir, “Emang kenapa ta dari tadi kamu senyum-senyum terus?”
Kasir, “Tadi itu aku bingung mau jalan-jalan gak punya uang. Daripada bengong aku bersih-bersih. Eee di tumpukan kertas ini aku nemu dhuit. Gusti ki cen elok ya?”
Kadir, “Weeee…. Iso jalan-jalan dong. Ikuuuut. Traktir ya?”
Kasir, “Mau ikut?”
Kadir, “Iya,”
Kasir, “Ehhhhhmmm tampaknya aku gak akan jalan untuk jajan dech.”
Kadir, “Terus?”
Kaair, “Aku mau kulakan saja. Aku nemu berkah. Berkah ini mesti mberkahi.”
Kadir terdiam mendengar kalimat Kasir. Kasir pun meninggalkan Kadir yang masih terbengong.
Kadir, “Kaya wong edan ngguya-ngguyu nang pinggir sampah!”
Kasir, “Yo ben, biarin aja, daripada menangis di tengah pesta.”
Kadir, “Malah ndhagel….”
Kasir, “Suka-suka aku dong. Orang lagi suka mah merdeka.”
Kadir, “Emang kenapa ta dari tadi kamu senyum-senyum terus?”
Kasir, “Tadi itu aku bingung mau jalan-jalan gak punya uang. Daripada bengong aku bersih-bersih. Eee di tumpukan kertas ini aku nemu dhuit. Gusti ki cen elok ya?”
Kadir, “Weeee…. Iso jalan-jalan dong. Ikuuuut. Traktir ya?”
Kasir, “Mau ikut?”
Kadir, “Iya,”
Kasir, “Ehhhhhmmm tampaknya aku gak akan jalan untuk jajan dech.”
Kadir, “Terus?”
Kaair, “Aku mau kulakan saja. Aku nemu berkah. Berkah ini mesti mberkahi.”
Kadir terdiam mendengar kalimat Kasir. Kasir pun meninggalkan Kadir yang masih terbengong.
Tuhan menyediakan berkah bagi hidup kita. Kita pun diajak untuk menjadikan berkah itu sebagai berkah bagi hidup kita. (MoGoeng, 300520)
0 comments:
Post a Comment