Hari Minggu, 14 Juli 2013, Rama Bambang sudah mandi sebelum jam 06.00. Biasanya paling cepat jam 06.00 dia baru melipat selimut walau jam 04.00 sudah memasukkan renungan harian di Blog Domus Pacis. Dia memang terbiasa bangun sebelum jam 02.00 atau paling lambat jam 03.00. Tetapi Minggu itu Rama Bambang mandi amat pagi karena sebelum jam 07.00 sudah harus makan. Paling lambat jam 09.00 dia mendampingi Ibu-ibu Lingkungan Tukangan yang mengadakan rekoleksi di Wisma Sejahtera 2, Kaliurang, Yogyakarta. Ketika jam 09.00 sampai Kaliurang, peserta rekoleksi memang sudah datang dengan 2 bus kecil. Keberangkatan Rama Bambang diantar dengan mobil Komunitas Rama Domus Pacis.
Ternyata dari peserta ibu-ibu ada 5 orang bapak yang ikut serta di samping 3 orang anak kecil. Bersama 5 orang bapak dan di luar anak, ada 44 orang peserta rekoleksi: 6 orang usia 20-40 tahun; 25 orang usia sesudah 40 tahun - 60 tahun; 13 orang di atas 60 tahun. Semua bapak termasuk usia di atas 60 tahun. Maka, kegiatan ini memang termasuk Pendampingan Iman Kaum Tua (PIKATU). Dari sini Rama Bambang berhadapan dengan 6 orang golongan tua awal, 25 orang tua madya, dan 13 orang tua lanjut. Dengan tema "Menghadapi Krisis Iman Masa Kini", rama melontarkan pertanyaan "Untuk zaman sekarang, hal-hal apa yang dirasa menyebabkan krisis iman?" Pertanyaan ini dibicara peserta dalam 4 kelompok: kelompok tua awal, kelompok tua madya 1, kelompok tua madya 2, dan kelompok tua lanjut. Setiap kelompok ternyata menemukan paling tidak 4 macam hal yang menyebabkan krisis iman. Rama Bambang kemudian meminta setiap kelompok memilih 2 hal yang dirasa amat menonjol untuk zaman kini.
Dari semua kelompok ternyata ada 2 hal yang oleh disebut menjadi penyebab krisis, yaitu "kesibukan kerja" dan keadaan "keluarga yang tidak baik". Adapun gambaran beriman yang ada pada semua kelompok adalah hidup keagamaan terutama "ikut misa hari Minggu" dan "ikut doa bersama di lingkungan". Kedua hal yang dipandang membuat krisis itu adalah karena menyebabkan tidak atau tidak bersemangat ikut Misa Minggu dan atau doa bersama lingkungan. Ketika terjadi tanya jawab, maka yang paling banyak muncul adalah soal di sekitar ikut misa seperti "Haruskah ikut misa kalau hati sedang tidak bersemangat?", "Bolehkah mengganti misa dengan doa sendiri di rumah?", "Bolehkah menerima komuni lebih dari sekali sehari?" Dalam hidup berkeluarga pertanyaan ada di sekitar sahnya perkawinan. Pertanyaan kewajiban mengaku dosa juga muncul.
Suasana rekoleksi memang terasa segar karena para peserta berbicara dengan bebas. Setiap ada saat jeda mereka minta menyanyi dengan iringan keyboard milik Komunitas Domus Pacis yang dibawa dan dimainkan oleh Rama Bambang. Pada saat bernyanyi para ibu secara spontan melakukan gerak-gerak tangan dan badan bahkan tidak sedikit yang berdiri menari-nari terutama dalam lagu-lagu rohani berbahasa Jawa. Barangkali karena gembiranya, ada ibu yang membelikan Rama Bambang berbungkus-bungkus juadah Kaliurang dengan berplastik-plastik tempe bacemnya. Dengan demikian rama dapat bergaya "memberi oleh-oleh" untuk Rama Jaka di RS Panti Rapih termasuk keluarga yang menjenguknya, untuk relawan yang jadi sopir, dan juga untuk para rama di Domus Pacis. Rama Bambang tampil seperti orang murah hati. Ha ha ha .......
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment