Kemarin, Kamis 4 Juli 2013, bel tamu berdering ketika para rama (Rama, Yadi, Rama Harto, Rama Tri Wahyono dan Rama Bambang) sedang makan. Ternyata 2 orang ibu datang dan masuk ruang makan. Mereka adalah pengurus Rumah Tangga Pastoran Pringwulung. "Rama, pihak catering minta evaluasi seminggu sekali. Bagaimana sajian makan untuk para rama?" kata bu Madi salah satu dari mereka. Disodori pertanyaan seperti itu para rama tampak kebingungan. "Apa, ya?" Rama Yadi malah bertanya. Rama Tri menimpali "Kudu muni apa, ya?" (Harus bilang apa?). Rama Harto hanya tersenyum simpul dengan wajahnya yang manis. "Mbok evaluasine sesasi apa rong minggu pisan" (Apa tidak baik kalau evaluasinya sebulan atau dua minggu sekali) kata Rama Bambang. "Pihak sana minta seminggu sekali" Bu RT menjawab. Rama Bambang berkata dengan pertanyaan kepada para rama "Bagaimana kalau untuk sementara ini kita katakan saja 'Kami baru menikmati dapat makan setiap kali masakan baru dengan menu berganti-ganti?" Para rama lain tertawa sambil mengangguk-angguk. Dua ibu RT tampak puas dan minta diri.
Sejak Senin 1 Juli 2013 makan pagi, siang dan malam untuk penghuni Domus Pacis disediakan oleh catering Tarakanita Pringwulung. Bertahun-tahun Domus Pacis memang memiliki tukang masak sendiri. Tukang masak pertama bertahun-tahun melayani tetapi tanggal 20 Mei 2012 diberhentikan dan diganti tukang masak kedua. Yang kedua juga diberhentikan sehingga pada Minggu 30 Juni 2013 Mas Raharjo, salah satu pramurukti, membantu menyediakan makan untuk makan penghuni Domus hari itu. Kebetulan Mas Raharjo juga pandai memasak dengan enak. Tetapi tugasnya bukan memasak. Yang jelas, dalam hal makan, para rama Domus Pacis cukup lama mengalami masakan yang kerap tidak mengenakkan hati. Barangkali hal ini terjadi karena ketika masih aktif berkarya, lebih-lebih yang berada di paroki, para rama biasa mendapatkan makanan yang relatif amat "berlimpah". Tetapi bukan karena tidak berlimpah para rama Domus Pacis kerap merasa "menderita" dalam hal makan. Tampaknya tukang masak sejak dulu hingga yang terakhir bukan orang yang memiliki kemampuan memasak untuk ukuran rumah tangga biasa. Para rama tidak pernah menuntut adanya tukang masak profesional. Tetapi kalau meramu dengan bumbu biasa saja tampaknya tidak terlaksana baik sehingga dapat membuat selera makan tak ada, maka tidak mengherankan kalau kondisi masakan Domus selama ini memprihatinkan. Apalagi kalau ditambah dengan kenyataan para rama biasa mengalami masakan lama yang kerap hanya dipanasi kembali bahkan juga sering sudah basi, hal ini layak kalau kerap jadi siksaan batin. Tetapi, dengan tumbuh dan berkembangnya kehidupan Komunitas Rama Domus Pacis, kondisi memprihatinkan ini justru malah biasa menjadi bahan kelakar yang membuat hati gembira. Muncul dan maraknya jaringan hubungan dengan banyak rama Unio Keuskupan Agung Semarang dan umat baik perorangan maupun kelompok, membuat Komunitas Rama Domus makin bergairah menjadi penghuni salah satu rumah tua rama praja Semarang. Bahkan Domus berkembang juga ikut menyumbang karya pastoral terutama untuk kaum tua. Perubahan sistem penyediaan makan dengan menggunakan jasa catering tentu ikut menambah keceriaan penghuni Domus. Ini semua terjadi sesudah kunjungan Kuria Keuskupan Agung Semarang (Uskup, Vikjen, Sekretaris, Ekonom, Pastor Kepala Katedral) pada 29 Mei 2013 di Domus Pacis. Sederhana apa pun menunya, kalau masakan selalu segar dan sokur variatif, bagi kaum tua sudah memberikan kegembiraan. Apalagi dalam hal menu masakan pihak catering juga memperhitungkan pantangan karena penyakit yang sudah disandang oleh beberapa rama. Puji Tuhan! Deo gratias!
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
1 comments:
nderek bungah romo bambang.. berkah dalem
Post a Comment