Suasana suram rumah tua itu di Domus Pacis tahap demi tahap dapat terkuak dan makin lama para rama dan bahkan karyawan dapat mengalami suasana ceria. Pengembangan hidup berkomunitas yang secara sistematis dimulai sejak sesudah Paskah 2011, kini makin membawa buah dalam hidup menggereja. Para rama dapat ikut berpartisipasi mengurus Domus Pacis terutama untuk pemeliharaan gedung dan pemenuhan kebutuhannya. Para rama tidak hanya hidup dari urusan institusional Keuskupan. Kalau tadinya, dalam hal pelayanan pastoral, hanya beberapa rama yang dapat melayani permintaan misa, kini suasana berkembang amat signifikan. Pastoral untuk Kaum Tua yang dimulai dari Februari 2012, kini makin berkembang dan makin dikenal oleh umat secara luas. Banyak umat berkunjung atau datang meluangkan waktu untuk kebutuhan rama-rama Domus Pacis. Kegiatan Novena Seminar Ekaristi untuk studi ketuaan tahun 2013 telah menumbuhkan tim relawati dan relawan terlibat dalam bentuk karya pastoral yang diadakan oleh Komunitas Rama Domus Pacis.
Kehidupan Domus Pacis tampaknya makin menjadi salah satu bagian dari kehidupan umat. Beberapa warga Katolik merasakan salah satu keprihatinan para rama Domus berkaitan dengan urusan makan sehari-hari. Para rama berpikir dan membicarakan kemungkinan minta bantuan umat untuk memasakkan makan pagi, siang, dan sore dengan anggaran yang diberikan oleh Keuskupan. Ketika hal ini dilontarkan ke beberapa warga Gereja, ternyata pada tanggal 22 Juli 2013 ada 8 orang ibu yang bersedia datang memenuhi undangan rama Domus lewat SMS. Enam ibu berasal dari Paroki Pringwulung (Bu Tatik, Bu Ninik, Bu Ratmi, Bu Mumun, Bu Vera, Bu Wulan), Bu Riwi dari Paroki Minomartani, dan Bu Rini dari Paroki Medari. Dalam pertemuan ini Rama Agoeng menjadi pemandu. Rama Yadi memulai dengan kisah pengalaman bertahun-tahun di Domus Pacis berkaitan dengan soal makan harian. Dialog persaudaraan penuh keakraban terjadi dan para ibu tampak antusias akan membantu kebutuhan penyediaan makan penghuni Domus Pacis. Mereka meminta pertemuan dilanjutkan pada 29 Juli 2013. Selama seminggu para ibu akan mencoba memberi info ke umat barangkali ada yang bersedia ikut ambil bagian.
Ketika pertemuan 8 ibu dilanjutkan pada 29 Juli 2013, ternyata para ibu dapat membawa lebih dari 130 nama warga Katolik dari beberapa paroki yang bersedia ikut ambil bagian. Pada umumnya banyak umat berpikir bahwa mereka akan membantu terutama penyediaan uang. Muncul pula soal dimana sementara umat bersedia menyediakan masakan tetapi tidak dapat mengantarnya ke Domus. Dalam hal ini Rama Yadi, Rama Agoeng dan Rama Bambang menegaskan: 1) Para Rama Domus tidak minta bantuan uang, karena sudah ada anggaran yang disediakan oleh Keuskupan; 2) Para Rama Domus hanya minta bantuan untuk ngecakke (menggunakan) uang Rp. 50.000,00 per makan untuk 10 orang; 3) Para Rama Domus tidak mau menambah beban keuangan dari umat; 4) Para Rama Domus mengharapkan sumbangan tenaga.
Kedelapan ibu dalam pertemuan itu jadi sibuk menelepon dan atau mengirim SMS ke beberapa orang yang masuk dalam daftar nama yang dibawa. Dari sini muncullah kesanggupan menyediakan masakan untuk tanggal dan waktu makan tertentu. Masing-masing ibu ternyata memiliki kelompok hubungan masing-masing. Dengan bersama-sama menjadi kelompok peduli penyediaan masakan di Domus Pacis, terjadilah Gereja sebagai persekutuan paguyuban-paguyuban para murid Kristus. Gambaran Gereja seperti ini sesuai dengan cita-cita Keuskupan Agung Semarang (KAS) dalam Arah Dasarnya. Dengan ini Komunitas Rama Domus Pacis walau secara terbatas dan berada di rumah tua dapat ikut ambil bagian mengembangkan Gereja KAS. Dalam hal terbentuknya tim yang mengurus makan, bersama 8 orang key person di atas (Bu Tatik, Bu Ninik, Bu Ratmi, Bu Mumun, Bu Vera, Bu Wulan, Bu Riwi, dan Bu Rini), Komunitas Rama Domus Pacis mendapatkan kasih dari 66 orang warga Katolik (8 koordinator kelompok dan 58 anggota) :
- Bu Harno dari Paroki Pringwulung
- Bu Heru dari Paroki Pringwulung
- Bu Dwijo dari Paroki Pringwulung
- Bu Prayit dari Paroki Pringwulung
- Bapak Kus dari Paroki Pringwulung
- Bu Widi dari Paroki Pringwulung
- Bu Kirno dari Paroki Pringwulung
- Bu Naryo dari Paroki Pringwulung
- Mas Sapto dari Paroki Pringwulung
- Bu Ade dari Paroki Pringwulung
- Bu Kartini dari Paroki Pringwulung
- Bu Leli dari Paroki Pringwulung
- Bu Saimin dari Paroki Pringwulung
- Bu Wardi dari Paroki Pringwulung
- Bu Titik Untung dari Paroki Pringwulung
- Bu Nia dari Paroki Pringwulung
- Bu Laksono dari Paroki Pringwulung
- Bu Dicky dari Paroki Pringwulung
- Bu Jono dari Paroki Pringwulung
- Bu Paryono dari Paroki Pringwulung
- Bu Gatot dari Paroki Pringwulung
- Bu Bambang Riyanto dari Paroki Pringwulung
- Bu Wahyono dari Paroki Pringwulung
- Bu Cicil dari Paroki Pringwulung
- Bu Darno dari Paroki Pringwulung
- Bu Yuli dari Paroki Pringwulung
- Bu Isri dari Paroki Pringwulung
- Bu Winantono dari Paroki Pringwulung
- Bu Maryati dari Paroki Pringwulung
- Bu Mardanu dari Paroki Pringwulung
- Bu Mega dari Paroki Pringwulung
- Bu Yucha dari Paroki Pringwulung
- Bu Bambang Adi dari Paroki Pringwulung
- Bu Bambang Tri dari Paroki Pringwulung
- Bu Budi S dari Paroki Pringwulung
- Bu Endarto dari Paroki Pringwulung
- Bu Satmoko dari Paroki Pringwulung
- Bu Endang dari Paroki Pringwulung
- Bu Beni dari Paroki Pringwulung
- Bu Setyabudi dari Pringwulung
- Bu Wijaya dari Paroki Nandan
- Bu Watik dari Paroki Babadan
- Bu Sis dari Paroki Babadan
- Bu Toni dari Paroki Babadan
- Bu Jeni dari Paroki Kotabaru
- Bu I'in dari Paroki Kotabaru
- Bu Yulita Sri Muryati dari Paroki Kotabaru
- Bu Hardiyanto dari Paroki Medari
- Bu Sumarjiyati dari Paroki Medari
- Bu Painem dari Paroki Medari
- Bu Sisworo dari Paroki Minomartani
- Bu Kundarto dari Paroki Minomartani
- Bu Endang dari Paroki Minomartani
- Bu Donoroto dari Paroki Minomartani
- Bu Slaamet dari Paroki Minomartani
- Bu Haryono dari Paroki Minomartani
- Bu Wili dari Paroki Administratif Pringgolayan
- Bu Shiela dari Paroki Mlati.
0 comments:
Post a Comment