
Ketika perawat selesai menangani alat lewat nadi, Rama Jaka mulai dapat berbicara. Beliau berceritera bahwa ketika ditangani jantungnya muncul perasaan sakit sekali. Saat itu kerja jantung dihentikan sesaat dan dipindahkan ke mesin. "Dibius ora, ta?" (Dibius tidak?) tanya Rama Bambang. "Enggih, bius lokal" (Ya, bius lokal). Rama Jaka juga minta digosok gegernya dengan minyak kayu putih. Ibu Rini, salah satu ibu yang biasa membantu Domus Pacis, menggosok dengan kayu putih. Rama Bambang dengan Rama Vikjen berada agak jauh sambil berbicara sana-sini sekitar Domus Pacis. Rama Toto, Pastor Kepala Paroki Pringwulung yang merangkap Minister Domus Pacis, datang dan berbicara sebentar dengan Rama Jaka. Beberapa saat kemudian beliau bilang pada Rama Bambang "Kula sekedhap mawon mergi kaliyan Bu Widi lan Bu Rosa ingkang nengga njawi" (Saya hanya sebentar karena dengan Bu Widi dan Bu Rosa yang menunggu di luar). Ketika Rama Toto sudah pergi ternyata kedua ibu yang disebut namanya oleh Rama Toto masuk menengok sebentar. Bu Widi bertanya kepada Rama Bambang "Rama Jaka kan sudah di Lukas. Kok sekarang masuk ICCU lagi?". "Sejak Kamis minggu lalu beliau sudah segar. Bahkan dokter mengijinkan pulang pada Jumat sesudahnya. Tetapi Suster Lusiani meminta tetap di Panti Rapih untuk menjaga kondisi. Tadi dipasang ring. Maka kini butuh perawatan ekstra" jelas Rama Bambang. "Yang dipasangi ring yang kanan atau kiri?" tanya Bu Widi lagi. Rama Bambang menjawab "Wah, tidak tahu. Yang jelas lewat nadi lengan kanan." Sebenarnya dengan menyebut kata "nadi" Rama Bambang tertawa geli dalam hati. Karena sebelum Rama Vikjen meninggalkan Ruang ICCU, Ibu Rini, yang menggosok punggung Rama Jaka, bertanya kepada Rama Vikjen "Kok ring dapat lewat urat nadi, ya?" Rama Vikjen menjelaskan bahwa itu kecil dimasukkan ke saluran nadi untuk menahan terjadinya penyempitan sehingga arus darah lancar. "Ooooo" ibu itu terheran-heran. Ternyata dia membayangkan barangnya seperti cincin kawin.
0 comments:
Post a Comment