Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Friday, July 5, 2013

NEK NGONO TIRU APA LAN SAPA?

Kemarin sore jam 5, Jumat 5 Juli 2013, Komunitas Rama Domus Pacis bersama umat se Lingkungan Fransiscus Assisi Puren, mengadakan misa syukur 14 tahun imamat Rama Petrus Noegroho Agoeng Sriwidodo, Pr. yang kebetulan orang tua beliau berulang tahun pernikahan ke 57. Beliau adalah penghuni termuda di Domus Pacis. Sebagai Ketua Komisis Komunikasi Sosial Keuskupan Agung Semarang (Komsos KAS), Rama Agoeng di Domus Pacis menjadi anggota pengurus yang mendapatkan SK Keuskupan. Dalam misa syukur ini beliau memimpin didampingi Rama Agustinus Toto Supriyanto, Pr. (Minister Domus Pacis yang tinggal di Pastoran Paroki Pringwulung karena menjadi Pastor Kepala Paroki Pringwulung) dan Rama Antonius Tri Wahyono, Pr. sebagai salah satu penghuni yang sedang menjalani pemulihan kesehatan. Dalam misa ini Rama Agoeng tidak homili dan menyerahkan kepada Rama Toto. Beliau menutup bagian doa umat dengan nyanyian yang syairnya dibuat oleh Rama Agoeng dan dinyanyikan oleh salah satu warga Lingkungan Fransiscus Assisi Puren. Lagu ini berisi penghayatan iman beliau bahwa pertolongan Tuhan selalu tepat pada waktunya. Ketika akan berkat penutup, Rama Agoeng memperdengarkan lagi rekaman lagu yang berisi tekad bersama teman-teman seangkatan imamat untuk menjadi saksi Injil.


Ketika memberikan kata-kata pengantar, Rama Bambang menyinggung komitmen kerja keras Rama Agoeng sehingga beliau kerap pergi. "Para sadherek sami pirsa ta yen Rama Agoeng kerep tindak? Rama Agoeng punika kathah nggluyur, nanging sejatinipun nindakaken jejibahan kangge tugas" (Para saudari dan saudara, semua tahu bahwa Rama Agoeng kerap pergi, ta? Beliau memang kerap pergi sana-sini tetapi sebenarnya untuk menjalani tugas perutusan) kata Rama Bambang. Rama Bambang meneruskan "Sadaya niki namung amargi keturunan. Pak Tukiman, bapakipun Rama Agoeng, ingkang ambal warga 57 taun mbangun keluarga, ugi remen kluyuran" (Semua ini karena aspek keturunan. Tak Tukiman, bapak Rama Agoeng yang bersama ibu merayakan 57 tahun pernikahan, juga senang pergi sana-sini). Umat tertawa. Eeeee, ketika sesudah tanda salib dan salah pembuka, Rama Agoeng dalam pengantarnya juga berkata "Sebenarnya kalau bapak saya suka kluyuran, hal ini dikarenakan oleh ajaran Rama Bambang. Dulu, ketika Rama Bambang menjadi Pastor Klaten dan saya masih kelas 3 SD, sebagai umat Klaten bapak saya biasa diajak kluyuran oleh Rama Bambang sampai malam hari." Umat pun tertawa lagi. Tetapi apa kata Pak Tukiman, yang berusia 78 tahun, ketika diberi kesempatan oleh Rama Toto berbicara pada bagian homili? Beliau berceritera sejarah panggilan Rama Agoeng yang sudah ingin jadi imam sejak kelas 3 SD. Tentu saja Pak Tukiman juga berkisah tentang gerakan tim pewartaan yang kerap ikut Rama Bambang pergi ke sana kemari di Paroki Klaten serta latihan rohani yang harus meninggalkan rumah. Tetapi Pak Tukiman juga berkata "Agoeng punika rumiyin keras lan galak sarta kerep gelut kalian adhi lan kakangipun. Nanging, sanadyan tetep kerep nesu, sapunika saget njaluk ngapura. Kerasipun Agoeng punika niru ibunipun ingkang ugi galak" (Agoeng dulu keras dan galak serta kerap berkelai dengan adik dan kakaknya. Tetapi, walau tetap kerap marah, sekarang dapat meminta maaf. Kerasnya Agoeng itu meniru ibunya yang juga galak). Umat pun tertawa terbahak-bahak. Lho, jan-jane apa lan sapa ta sing ditiru? (Lho, sebetulnya apa dan siapa, ta, yang ditiru?)

0 comments:

Post a Comment