Pada Selasa 30 Januari 2018 Bu Rini mengirim SMS minta dikirim gambar-gambar foto acara Senin 29 Januari 2018 di Domus Pacis. Katanya para anggota kor senang sekali dan ingin menyimpan foto bersama Rm. Ria, Rm. Harto, dan Rm. Bambang. Kemudian Rm. Bambang mengirim satu foto lewat WA dengan disertai kata-kata "Liya-liyane durung isa ngerti carane mindah neng WA" (Yang lain belum tahu bagaimana cara memindah ke WA). Ternyata sekitar 20 orang perempuan yang biasa bertugas kor misa atas nama Ibu-ibu Paroki (IIP) Medari amat gembira mengiringi misa untuk acara para rama Domus Pacis. Mereka menamakan diri Kor Yosepin karena Paroki Medari berada dalam perlindungan Santo Yosep. Kor ini terdiri dari orang-orang yang biasa dengan sukarela melayani yang meminta pelayanan. Tetapi ini bukan grup khusus dengan kepemilikan uang kas sehingga tak mau menerima "pemberian uang". Mereka biasa menyanyikan lagu-lagu yang dapat diikuti oleh umat umum dalam misa. Tetapi karena para anggota banyak yang mampu menyanyi, mereka menyertakan suara-suara lain seperti sopran 1, sopran 2, alto 1, dan alto 2. Seusai misa, ketika acara makan secara prasmanan, sambil menyantap dengan berdiri banyak yang membicarakan apiknya iringan kor. Maka tidak mengherankan, ketika Rm. Bambang mengucapkan terima kasih sesudah komuni dan secara singkat berkisah kesederhanaan dalam berlatih, para peserta misa memberikan tepukan meriah.
Sebenarnya peristiwa misa Senin 29 Januari 2018 itu adalah acara rutin untuk Domus Pacis yang dimulai pada Desember 2011. Hingga kini Komunitas Rama Domus Pacis mengadakan misa khusus untuk merayakan ulang tahun tahbisan. Pada hari itu ada tiga rama yang dirayakan, yaitu Rm. Ria, Rm. Harto, dan Rm. Bambang. Sebenarnya Rm. Ria ditahbiskan pada tanggal 5 Februari 1973, Rm. Bambang pada 22 Januari 1981, dan Rm. Harto pada 25 Januari 1984. Maka tanggal 29 Januari dianggap menjadi jalan tengah untuk ketiganya. Yang diundang hadir dalam peristiwa itu: keluarga dan sanak saudara ketiga rama, para relawan relawati Domus Pacis, dan umat Lingkungan Puren dimana Domus Pacis berada. Selain para rama Domus (kecuali Rm. Tri Wahyono yang tetap berada di kamarnya), hadir pula para rama yang tinggal di Pastoran Pringwulung (Rm. Hadi yang di Domus jadi Minister, Rm. Subi, dan Rm. Gito), Rm. Purwatmo (Rektor Domus), Rm. Agoeng (anggota Pengurus Domus), dan Rm. Sapto (pastor Wonosari sahabat Domus). Misa dipimpin oleh Rm. Purwatmo sebagai selebran utama dengan selebran lain ketiga rama yang dirayakan dan Rm. Sapto.
Rm. Wito bertindak sebagai MC. Beliau tampil dengan segar ketika menyebut para rama yang ada satu per satu. Pada saat mau memperkenalkan kor, Rm. Wito bertanya kepada Rm. Bambang "Kure seking pundi?"(Kor datang dari mana?) yang dijawab "Saking Medari, jenenge De Josepain Kuaier mergi Santo Yusup dados pelindung Paroki Medari" (Dari Medari, bernama D' Josephine Choir karena Santo Yosef adalah pelingdung Paroki Medari). Jawaban Rm. Bambang membuat kelompok kor tertawa terbahak-bahak karena sebenarnya mereka hanya menyebut diri Yosepin. Barangkali para tamu lain heran dengan tawa bahak anggota kor. Para tamu yang tadinya hanya sekedar ikut tertawa sedikit kemudian menjadi terbahak-bahak karena Rm. Wito berkata "Ooooo, anggotane randha-randha" (Ooooo, anggotanya terdiri dari janda-janda). Selorohan-selorohan ini menjadi pembuka acara yang menyegarkan sehingga misa pun jadi segar. Dalam pembukaan ini Rm. Wito meminta Rm. Hadianto sebagai Minister memberikan sambutan. Pada bagian homili Rm. Purwatmo meminta ketiga rama yang dirayakan memberikan sharing tentang rahmat Allah yang dialami di Domus Pacis. Sehabis misa semua yang hadir menikmati makan malam bersama secara prasmanan di dalam rumah induk Domus Pacis. Hal ini untuk memberi kesempatan para tamu yang belum pernah melihat Kapel Santo Barnabas dan barangkali ingin berdoa di dalamnya.
0 comments:
Post a Comment