Ini adalah peristiwa hari Sabtu 13 Oktober 2018. Rombongan guru-guru agama SD Negri se Kota Surakarta akhirnya masuk Domus Pacis Puren pada sekitar jam 10.45. Katanya mereka berangkat jam 07.00 pagi. Tetapi dengan bus besar ternyata harus bolak-balik cari jalan untuk bisa masuk ke dekat bangunan Domus. Di Domus mereka langsung diminta untuk minum dan menikmati snak. Mereka juga dipersilahkan untuk mengunjungi rama-rama di kamar masing-masing, yaitu Rm. Tri Wahyono, Rm. Yadi, Rm. Ria, dan Rm. Tri Hartono. Rm. Harto sudah membaur dengan para tamu. Rm. Yadipun kemudian ikut keluar menemui para tamu dan omong-omong.
Karena sesudah dari Domus para tamu yang berjumlah hampir 50 orang itu akan ke Seminari Tinggi Kentungan, pada jam 11.20 mereka dipersilahkan masuk kapel untuk omong-omong tentang KEAGAMAAN ANAK-ANAK MILENIAL. Kedatangan mereka di Domus yang utama memang ingin didampingi oleh Rm. Bambang untuk mendapatkan cakrawala bagaimana mengajar agama untuk anak-anak generasi milenial. Maklumlah banyak dari mereka adalah pendamping-pendamping PIA (Pendampingan Iman Anak) yang di masa lampau kerap berjumpa dengan Rm. Bambang dalam gerakan-gerakan PIA. Dan para peserta yang tampak masih muda memang hanya sedikit.
Untuk memulai proses pembicaraan kepada para peserta dibagikan gambar dan keterangan singkat tentang kehidupan yang diwarnai oleh revolusi industri dari yang pertama hingga keempat. Rm. Bambang kemudian menambahkan ciri utama revolusi industri yang keempat adalah digitalisasi dan otomasi. Lalu ada pertanyaan yang dilemparkan ke peserta "Sebagai guru agama SD, muncul gagasan atau persoalan apa berhadapan dengan dunia kehidupan seperti itu?" Dari sumbang ide dan soal pembicaraan masuk dalam dunia media sosial (medsos). Hal-hal ini membuahkan pembicaraan tentang karakter anak, materi-materi yang bermacam-macam sebagai bahan pelajaran, dan metodologi pendampingan pembelajaran.
0 comments:
Post a Comment