Raimundus dari Penyafort, Lindalva
warna liturgi Putih
Bacaan-bacaan:
1Yoh. 3:22-4:6; Mzm. 2:7-8,10-11; Mat. 4:12-17,23-25. BcO Yes. 61:1-11.
Nas Injil:
12 Tetapi waktu Yesus mendengar, bahwa Yohanes telah ditangkap, menyingkirlah Ia ke Galilea. 13 Ia meninggalkan Nazaret dan diam di Kapernaum, di tepi danau, di daerah Zebulon dan Naftali, 14 supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yesaya: 15 "Tanah Zebulon dan tanah Naftali, jalan ke laut, daerah seberang sungai Yordan, Galilea, wilayah bangsa-bangsa lain, 16 bangsa yang diam dalam kegelapan, telah melihat Terang yang besar dan bagi mereka yang diam di negeri yang dinaungi maut, telah terbit Terang." 17 Sejak waktu itulah Yesus memberitakan: "Bertobatlah, sebab Kerajaan Sorga sudah dekat!" 23 Yesuspun berkeliling di seluruh Galilea; Ia mengajar dalam rumah-rumah ibadat dan memberitakan Injil Kerajaan Allah serta melenyapkan segala penyakit dan kelemahan di antara bangsa itu. 24 Maka tersiarlah berita tentang Dia di seluruh Siria dan dibawalah kepada-Nya semua orang yang buruk keadaannya, yang menderita pelbagai penyakit dan sengsara, yang kerasukan, yang sakit ayan dan yang lumpuh, lalu Yesus menyembuhkan mereka. 25 Maka orang banyak berbondong-bondong mengikuti Dia. Mereka datang dari Galilea dan dari Dekapolis, dari Yerusalem dan dari Yudea dan dari seberang Yordan.
Percikan Nas:
Pada masa-masa tertentu kita mungkin ketemu dengan orang yang marah pada kita. Satu kata yang kita keluarkan akan dibalas dengan puluhan kata dari mulutnya. Segala kebaikan yang telah kita lakukan dilihat sebagai keburukan. Semua kata kita pun seakan dijadikan senjata untuk menyerang kita. Di matanya kita adalah buruk bahkan yang terburuk.
Yohanes ditangkap. Mengetahui Yohanes ditangkap Yesus menyingkir terlebih dahulu. “Tetapi waktu Yesus mendengar, bahwa Yohanes telah ditangkap, menyingkirlah Ia ke Galilea” (Mat 4:12). Yesus tidak mau berhadapan dengan orang yang membabi buta. Ia pilih menyingkir terlebih dahulu. Namun dalam penyingkiran-Nya Ia tetap melakukan perbuatan baik.
Memang tidak semua perlu dihadapi secara frontal. Mereka yang lagi marah tidak mudah menerima apapun yang kita haturkan. Pada saat itu kita bisa diam. Kita mengambil jarak supaya kemarahan itu reda. Walau demikian kita tetap mesti mempunyai hati untuk berbuat baik. Kita tidak perlu membenci mereka yang memarahi kita. Malah rasanya kita perlu membantu mereka agar tidak terjerumus dalam emosinya. Dalam situasi apapun kebaikan mesti kita utamakan.
Doa:
Tuhan kuatkan hati kami untuk selalu sabar, tenang dan berpikir jernih dalam situasi apapun. Jauhkan diri kami dari benci pada mereka yang menyakiti kami. Bersama-Mu kami sanggup mengampuni mereka yang bersalah kepada kami. Amin.
Menjaga jarak
(goeng).
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment