diambil dari katakombe.org/para-kudus Hits: 4207 Diterbitkan: 06 Mei 2014 Diperbaharui: 13 Juni 2017
- Perayaan1 Januari - 3 Januari (Biara Agustinian)
- LahirSekitar tahun 465
- Kota asalThelepte (sekarang wilayah Tunisia)
- Wilayah karyaTunisia, Mesir, Italia
- Wafat1 Januari 533 di Ruspe - Sebab alamiah
- Venerasi-
- Beatifikasi-
- KanonisasiPre-Congregation Sumber : Katakombe.Org
Santo Fulgensius (Fabius Claudius Gordianus Fulgentius) adalah anak seorang senator Romawi di Afrika Utara. Ia lahir pada tahun 465 di Kartago (sekarang Wilayah Tunisia). Ayahnya, Senator Gordianus meninggal saat ia masih berusia muda. Ibunya, Mariana, yang kemudian mendidiknya dalam ilmu pengetahuan dan membesarkannya dalam iman Kristiani. Kecerdasannya membuat Fulgensius dapat bekerja sebagai pegewai pajak di kota Kartago. Pekerjaan ini sungguh menjemukan baginya dan kerap menimbulkan pergolakan batin yang luar biasa. Karena itu Fulgensius berusaha mencari ketenangan dengan membaca kitab Mazmur dan juga tulisan-tulisan St. Agustinus Hipo. Semakin lama membaca, Flgensius semakin terinspirasi dengan ajaran dan kehidupan rohani Santo Agustinus. Hingga suatu saat Fulgensius memutuskan untuk meninggalkan kehidupan dunia dan mengikuti jejak Agustinus menjadi seorang biarawan.
Dia melamar pada uskup Faustus, yang saat itu tengah mendirikan sebuah biara di Byzacena setelah dipaksa keluar dari keuskupannya oleh Raja Huneric yang mendukung bidaah sesat Arian. Uskup Faustus awalnya menolak Fulgesius. Ia sangat prihatin dengan keadaan fisik Fulgensius yang lemah, yang mungkin akan membuatnya sakit bila menjalani pola hidup ketat dalam biara. Namun Faustus akhirnya memberi ijin setelah melihat kesungguhan hati Fulgensius untuk hidup membiara.
Mendengar Fulgensius masuk biara; Mariana ibunya menjadi sangat sedih. Dia bergegas ke gerbang biara, dan meminta agar anaknya dibiarkan pulang. Ia menangis sambil mengatakan pada semua orang bahwa gereja yang seharusnya melindungi para janda seperti dirinya, kini telah merampok putranya Fulgensius; satu-satunya yang tersisa dalam hidupnya. Mariana baru mau pulang setelah Fulgensius sendiri datang dan memohon restu ibunya supaya ia dibiarkan menjadi seorang biarawan.
Beberapa tahun hidup damai dalam biaranya; serangan kaum arian akhirnya memaksa Fulgensius untuk mengungsi ke sebuah biara lain. Ia tinggal disana sambil mengajar dan berkotbah menentang bidaah Arian yang menyangkal bahwa Yesus adalah Tuhan. Kotbah-kotbahnya membuat kaum Arian berang. Seorang imam Arian kemudian membayar orang-orang Numidia untuk menangkap dan menyiksanya. Selama beberapa hari mereka berhasil menyekap dan menyiksa Fulgensius namun ia kemudian berhasil meloloskan diri. Fulgensius berencana untuk pergi ke Alexandria Mesir, namun ia berubah pikiran setelah mendengar bahwa kaum Arian telah menguasai Mesir. Karena itu ia lalu memutuskan untuk pergi ke Roma.
Di Roma, Paus meminta Fulgensius kembali ke Afrika dan tetap berjuang melawan bidaah Arian. Paus juga menetapkannya sebagai Uskup Ruspe di Tunisia. Uskup Fulgesius kemudian membuat semua orang di wilayah Keuskupannya terkesan dengan pengajarannya tentang iman yang benar. Banyak pengikut Arian yang dibawanya kembali ke pangkuan gereja. Hal ini membuat kaum Arian marah dan membuat kekacauan. Raja Thrasamund, yang adalah seorang Arian, memerintahkan agar Uskup Fulgensius dan semua uskup yang menentang Arian ditangkap dan dibuang ke Pulau Sardinia. Jumlah mereka yang dibuang ke Sardinia adalah hampir enam puluh orang; terdiri dari para Uskup dan para imam yang secara terang-terangan menentang Arian. Hidup dalam pembuangan di Sardinia sangat berat dan penuh penderitaan. Namun semua itu tidak pernah mengoyahkan iman para pahlawan gereja ini. Paus di Roma yang tahu akan penderitaan mereka selalu mendukung mereka dengan mengirimkan bantuan tetap berupa bahan-bahan makanan dan uang. Di tempat pembuangan ini, Fulgensius menulis banyak buku pembelaan iman.
Pada tahun 523, setelah kematian Raja Thrasamund dan pengaruh bidaah Arian mulai surut; Uskup Fulgensius kembali ke diosisnya di Ruspe. Dia bekerja keras untuk membenahi Keuskupannya yang telah lama terbengkalai karena ketidakhadirannya. Umatnya amat mencintai uskup yang kudus ini. Khotbah-kotbahnya yang mendalam sangat memukau para pendengarnya. Bahkan Uskup Agung Kartago Bonifasius, akan bercucuran airmata setiap kali mendengar Fulgensius berkhotbah. Ia akan selalu menyampaikan terima kasih kepada Tuhan karena telah memberikan seorang pengkhotbah besar untuk gereja-Nya di Afrika Utara.
Uskup Fulgensius bekerja di Ruspe sampai pada hari kematiannya pada tanggal 1 Januari tahun 533.
Sumber : Katakombe.Org
0 comments:
Post a Comment