Maria Goretti
warna liturgi Hijau
Bacaan-bacaan:
Kej. 27:1-5,15-29; Mzm. 135:1-2,3-4,5-6; Mat. 9:14-17.
BcO 1Sam. 16:1-13.
Bacaan Injil:
14 Kemudian datanglah murid-murid Yohanes kepada Yesus dan berkata: "Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?" 15 Jawab Yesus kepada mereka: "Dapatkah sahabat-sahabat mempelai laki-laki berdukacita selama mempelai itu bersama mereka? Tetapi waktunya akan datang mempelai itu diambil dari mereka dan pada waktu itulah mereka akan berpuasa. 16 Tidak seorangpun menambalkan secarik kain yang belum susut pada baju yang tua, karena jika demikian kain penambal itu akan mencabik baju itu, lalu makin besarlah koyaknya. 17 Begitu pula anggur yang baru tidak diisikan ke dalam kantong kulit yang tua, karena jika demikian kantong itu akan koyak sehingga anggur itu terbuang dan kantong itupun hancur. Tetapi anggur yang baru disimpan orang dalam kantong yang baru pula, dan dengan demikian terpeliharalah kedua-duanya."
Memetik Inspirasi:
Ada sebuah keluarga sederhana mengadakan pesta perak perkawinan. Peringatan itu telah mereka siapkan beberapa tahun sebelumnya. Mereka menabung untuk pesta tersebut. Pesta itu pun berlangsung dan dihadiri tetangga dan para sahabat. Pesta berjalan baik, makanan bagus. Karena merasa itu adalah syukuran maka keluarga itu tidak menerima sumbangan atau pun kado. Mereka hanya mengharapkan dukungan dan doa para tamu, bukan membebani tamu. Banyak tamu kagum, tetapi ada juga yang ngomongin, “Belagu, orang tidak mampu saja tidak terima sumbangan.”
Murid-murid Yesus hidup bersama dengan Yesus. Bagi Yesus kebersamaan ini bagaikan hidup bersama dengan sahabat mempelai. Kebersamaan dengan sahabat mempelai adalah masa bahagia. Para murid pun tidak berpuasa. Hal ini menimbulkan tanya pada para murid Yohanes, “Mengapa kami dan orang Farisi berpuasa, tetapi murid-murid-Mu tidak?” (Mat 9:14).
Pilihan hidup layak untuk diperjuangkan. Pilihan itu pun layak untuk dirayakan. Pasti akan ada yang mempertanyakan pilihan yang kita buat. Hal itu wajar. Kita tidak perlu ciut. Saat kita meyakini pilhan kita maka kita pun akan dihidupi oleh pilihan tersebut. Celaan atau pun pujian tidak akan menyurutkan atau pun mengobarkan, karena penyiutan dan pengobaran mengalir dari dalam diri yang memilih.
Refleksi:
Bagaimana anda memperjuangkan dan merayakan pilihan anda?
Doa:
Tuhan Engkau mengajari kami untuk yakin dan berani membuat pilihan hidup. Ketika bersama-Mu para murid tidak berpuasa. Semoga kami pun berani membuat pilihan serta semangat untuk memperjuangkan dan gembira merayakannya. Amin.
Memperjuangkan dan merayakan Pilihan.
MoGoeng
Wates
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment