Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Thursday, November 28, 2013

HALANG-RINTANG EMOSIONAL (Sajian 12)


Kolom "Pastoral Ketuaan" akan menyajikan tulisan tentang bagaimana menata hidup batin. Tulisan ini ditulis oleh Henri J.M. Nouwen dalam buku Tarian Kehidupan yang diterjemahkan secara anonim dan tidak dinyatakan dari penerbit dan percetakan apa. 

Hidup Sesuai Harapan

Sulit bagiku untuk mengakui bahwa laki-laki yang pahit, penuh kebencian dan marah bisa lebih dekat denganku secara spiritual daripada adik laki-lakinya yang penuh nafsu. Meski begitu, semakin aku pikirkan anak yang lebih tua, semakin aku melihat diriku di dalamnya. Sebagai anak tertua di dalam keluargaku, aku tahu betul bagaimana rasanya harus menjadi anak percontohan. Aku seringkali bertanya-tanya apakah bukannya terutama anak-anak tertua yang ingin hidup sesuai dengan harapan orangtua mereka dan mereka dianggap patuh serta bertanggungjawab. Mereka sering ingin memuaskan. Mereka sering takut mengecewakan orangtua. Namun mereka juga sering mengalami, di waktu masih sangat muda, suatu keirian terhadap adik laki-laki atau perempuannya, yang sepertinya tak begitu memperhatikan untuk memuaskan orangtua mereka, serta lebih bebas untuk "berbuat sesuka hati mereka". Bagiku hal ini memanglah terjadi begitu. Dan seluruh hidupku aku telah menyimpan suatu keingin-tahuan yang aneh akan kehidupan tak patuh yang tak berani kujalani, namun yang kulihat dijalani oleh banyak orang di sekelilingku. Aku berbuat segala sesuatu yang baik, kebanyakan menuruti agenda yang ditetapkan oleh banyak figur-figur orangtua dalam hidupku - guru-guru, pembimbing spiritual, uskup-uskup, dan Paus-Paus - tetapi pada saat yang sama aku seringkali bertanya-tanya mengapa aku tak punya keberanian untuk "melarikan diri" seperti diperbuat oleh anak yang lebih muda. Aneh untuk mengatakan hal ini, tetapi dalam hatiku aku merasakan keirian terhadap anak yang bengal itu. Emosi timbul ketika aku melihat teman-temanku bersenang-senang mengerjakan hal-hal yang aku kutuk. Aku menyebut perbuatan mereka tak bermutu atau bahkan tak bermoral, namun pada saat yang sama aku sering bertanya-tanya mengapa aku tak punya nyali melakukan sendiri sebagian atau semuanya dari hal-hal itu. ... Dengan melihat jauh di dalam diriku, lalu di sekelilingku pada hidup orang-orang lain, aku bertanya-tanya manakah yang lebih merusak, nafsu atau kepahitan? Ada begitu banyak kepahitan di antara "orang-orang adil" serta "orang-orang benar". Ada begitu banyak penghakiman, penuduhan, dan prasangka di antara "para santo". Ada begitu banyak kemarahan yang membekukan di antara orang-orang yang begitu memperhatikan tentang menghindari "dosa".
dari The Return of the Prodigal Son

0 comments:

Post a Comment