Kolom "Pastoral Ketuaan" akan menyajikan tulisan tentang bagaimana menata hidup
batin. Tulisan ini ditulis oleh Henri J.M. Nouwen dalam buku Tarian Kehidupan yang diterjemahkan
secara anonim dan tidak dinyatakan dari penerbit dan percetakan apa.
Memerlukan Orang Lain
Seringkali (seorang imam) kehilangan pribadinya, di mana dia boleh sendirian; juga dia tidak punya relasi hirarkis dengan adanya penjaga-penjaga di ambang-ambang. Bersikap bersahabat dengan setiap orang, namun ia sangat sering tidak punya sahabat bagi dirinya sendiri. Selalu memberikan konsultasi dan nasihat, tetapi dia sering tidak punya seorangpun yang dapat diminta bagi kesakitan dan problim-problimnya sendiri. Tanpa menemukan sebuah rumah intim yang sejati di rumahnya atau di pastoran, dia sering berkeliling paroki untuk menemukan orang yang dapat memberikan kepadanya sekadar rasa memiliki dan rasa mempunyai rumah. Imam, yang sangat membutuhkan sahabat, memerlukan umat parokinya lebih daripada sebaliknya. Dalam mencari perasaan diterima, ia cenderung berpagut kepada orang-orang yang memperoleh konseling darinya serta bergantung kepada umatnya. Kalau ia belum menemukan suatu bentuk keintiman pribadi di mana ia dapat merasa bahagia, umat parokinya menjadi kebutuhannya. Ia meluangkan banyak waktu bagi mereka, terlebih untuk memenuhi keinginannya sendiri daripada keinginan mereka. Dengan cara ini ia cenderung kehilangan hirarki kerelasian, tidak pernah merasa aman, selalu waspada, akhirnya mendapatkan dirinya tidak dipahami secara menakutkan dan menjadi kesepian. Paradoksnya adalah bahwa ia yang diajar untuk mengasihi setiap orang, dalam realitasnya mendapatkan dirinya tanpa seorang sahabatpun; bahwa ia yang melatih dirinya dalam doa mental seringkali tidak mampu untuk berada sendirian dalam dirinya. Dengan membuka diri kepada setiap orang luar, tak ada ruang tersisa bagi yang di dalam. Dinding-dinding lingkungan pribadinya sendiri yang intim berantakan dan tak ada tempat tersisa untuk berada dengan dirinya sendiri. Imam yang telah memberikan begitu banyak dari dirinya menciptakan suatu kebutuhan yang tak kenal lelah untuk selalu berada dengan orang lain supaya merasa bahwa ia adalah orang sehat.
dari Intimacy
Membalut Luka-luka
Luka kesepian kita benar-benar dalam. Mungkin kita telah melupakannya karena ada banyak sekali pembelokan-pembelokan. Namun kegagalan kita mengubah dunia melalui niat baik dan tindakan tulus kita, serta keterpojokan yang tidak kita sukai, telah membuat kita sadar bahwa luka itu masih ada di sana.
Begitulah kita tahu bagaimana kesepian adalah luka si imam, tidak hanya karena ia berbagi dalam kondisi manusia tetapi juga karena kedudukan sulit yang unik dari profesinya. Luka inilah yang menyebabkan ia dipanggil untuk membalutnya dengan layanan rawat serta perhatian yang lebih daripada apa yang biasanya diperbuat orang lain. Karena pemahaman yang mendalam dari kesakitannya sendiri memungkinkan dia untuk mengubah kelemahannya menjadi kekuatan dan menawarkan pengalamannya sendiri sebagai sumber penyembuhan bagi mereka yang sering tersesat dalam kegelapan penderitaan yang salah dipahami oleh mereka sendiri. Ini adalah sebuah panggilan yang berat karena bagi seorang imam yang berkomitmen membentuk suatu komunitas umat beriman, kesepian adalah sebuah luka yang sangat menyakitkan, yang mudah menjadi subyek pengingkaran dan pengabaian. Namun sekali kesakitan itu diterima dan dipahami, pengingkaran tidak perlu lagi dan pelayanan dapat menjadi suatu layanan penyembuhan.
dari The Wounded Healer
0 comments:
Post a Comment