Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Tuesday, December 31, 2013

Sabda Hidup


Rabu, 01 Januari 2013
HARI RAYA SANTA MARIA BUNDA ALLAH
Hari Perdamaian Sedunia.
warna liturgi Putih
Bacaan:
Bil. 6:22-27; Mzm. 67:2-3,5,6,8; Gal. 4:4-7; Luk. 2:16-21

Injil Lukas 2:16-21:
16 Lalu mereka cepat-cepat berangkat dan menjumpai Maria dan Yusuf dan bayi itu, yang sedang berbaring di dalam palungan. 17 Dan ketika mereka melihat-Nya, mereka memberitahukan apa yang telah dikatakan kepada mereka tentang Anak itu. 18 Dan semua orang yang mendengarnya heran tentang apa yang dikatakan gembala-gembala itu kepada mereka. 19 Tetapi Maria menyimpan segala perkara itu di dalam hatinya dan merenungkannya. 20 Maka kembalilah gembala-gembala itu sambil memuji dan memuliakan Allah karena segala sesuatu yang mereka dengar dan mereka lihat, semuanya sesuai dengan apa yang telah dikatakan kepada mereka. 21 Dan ketika genap delapan hari dan Ia harus disunatkan, Ia diberi nama Yesus, yaitu nama yang disebut oleh malaikat sebelum Ia dikandung ibu-Nya.


Renungan:
Suatu kali seorang bapak ditanya, "Pak bagaimana dulu menyiapkan anaknya sehingga menjadi seorang imam?" Bapak itu menjawab, "Saya tidak tahu dan tidak mempersiapkan apa2." Seorang ibu ditanya, "Bu, apa yang ibu lakukan ketika sekarang putra-putri anda menjadi imam dan suster?" Ibu itu menjawab, "Saya tidak melakukan apa-apa kecuali lebih banyak berdoa agar Tuhan menjaga mereka." Jawaban seperti itu pun diberikan oleh seorang isteri ketika suaminya menjadi seorang pejabat pemerintahan.
Apapun yang diemban oleh anak-anaknya selalu menggerakkan orang tua untuk menjaganya. Karena keterbatasan kemampuannya sekaligus kepercayaan pada penyelenggaraan Tuhan mereka akan memohonkan perlindungan pada Tuhan. Hal yang jauh lebih besar dialami Maria, sang Bunda Allah. Yesus, puteranya, mengemban perutusan Bapa yang menuntut tanggungjawab yang luar biasa. Sejak kelahiranNya ada aneka peristiwa yang tidak mudah dimengerti. Dalam kondisi seperti itu Maria mengambil tindakan: menyimpan segala perkara dalam hatinya. Ia membawa semua kisah hidupnya bersama Yesus dalam hatinya dan menyatukannya dengan kehendak Tuhan. Marilah memulai tahun baru ini dengan cara hidup ibu Maria.

Kontemplasi:
Pejamkan matamu. Bayangkan dirimu sebagai ibu Maria. Ikuti aneka sikap ibu Maria ketika mengetahui dan mengikuti perjalanan hidup Yesus.

Refleksi:
Tulislah pengalamanmu menjadi orang tua, saudara di mana ada anak atau saudaramu yang memegang peran penting dalam imanmu, pemerintahan dan juga dunia kerja.

Doa:

Ibu Maria doakanlah kami agar kami selalu dekat dengan Allah di belantara peristiwa di sekitarku dan kuat menyimpan aneka perkara dalam hati. Amin.

Perutusan:
Aku mendoakan semua orang, juga saudaraku, yang dipercaya memegang wewenang dalam aneka tingkatnya.

PELITA TAHUN BARU DI RUMAH TUA


Kemarin siang, Selasa 31 Desember 2013, Mbak Tari membawa tas plastik berisi sesuatu dan masuk kamar Rama Bambang. "Rama, niki gula Jawa teng lemari es pun mlenyek. Kula suwun nggih?" (Rama, ini gula kelapa yang ada di almari es dan sudah lembek. Saya minta, ya?) katanya yang dijawab oleh Rama Bambang "Okeee, ajeng ngge nyamikan napa? Ha ha ha ..." (Okeee, akan dijadikan snak ya? Ha ha ha ..." dan langsung disahut Mbak Tari dengan kata-kata "Ajeng kula ngge damel wedang sere. Mangke dalu ajeng sareng-sareng mbakar jagung. Rama Tri criyose nggih remen wedang sere" (Akan saya pakai untuk membuat minuman tradisional sere. Nanti malam kami akan bakar jagung bersama-sama. Katanya Rama Tri juga senang minuman itu). "Oooooo, dha arep taun barunan" (Ooooo, mereka akan menyambut tahun baru) kata Rama Bambang dalam hati karena ingat Yahya berkali-kali berceritera bahwa di tahun baru akan membakar jagung di Domus Pacis halaman belakang. Tetapi bagaimana tadi malam? Rama Bambang tidak tahu karena sepulang dari misa arwah langsung menuju kamar untuk menikmati tidur malam.

MENGINTEGRASIKAN DIRI (Sajian 17)


Kolom "Pastoral Ketuaan" akayang tak bisan menyajikan tulisan tentang bagaimana menata hidup batin. Tulisan ini ditulis oleh Henri J.M. Nouwen dalam buku Tarian Kehidupan yang diterjemahkan secara anonim dan tidak dinyatakan dari penerbit dan percetakan apa. 

Berserah Diri

Cinta adalah tindakan mengampuni di dalam mana kejahatan diubah menjadi kebaikan dan penghancuran menjadi penciptaan. Dalam perjumpaan cinta yang penuh kebenaran, lembut dan polos orang dimampukan untuk mencipta. Dalam perspektif ini jelaslah bahwa tindakan seksual adalah suatu tindakan religius.  Timbul dari kepolosan penuh dari seorang Manusia di atas salib-Nya, menyatakan diri-Nya dalam kerapuhan yang ekstrim, bangkitlah Orang yang baru dan mewujud dalam kemerdekaan. Bukankah tepat sekali bahwa dalam tindakan berserah diri yang sama kita menemukan kerapuhan tertinggi yang mewujud dalam kehidupan baru yang kita ciptakan? Agama dan seksualitas, yang di masa lalu telah seringkali dijabarkan sebagai berlawanan, melarut menjadi satu serta realitas yang sama ketika keduanya dilihat sebagai ekspresi berserah diri dalam cinta yang sempurna.
dari Intimacy


Monday, December 30, 2013

KALI PRAGA ISIH MILI



Kemarin, Senin 30 Desember 2013, jam 16.30, dengan mobil KWI Komisi Kepemudaan, Rama Dwi Harsanto menyopiri Rama Bambang dan Rama Agoeng. Rama Santo, imam Keuskupan Agung Semarang yang bertugas di KWI, sedang berlibur Natal dan menginap di Domus Pacis. Pada hari itu beliau bersama dengan keempat saudara-saudarinya termasuk ipar dan kemenakannya mengadakan Misa Syukur untuk ayahnya, Bapak Emanuel Suharjendra. Sebenarnya semua rama Domus diundang menghadiri. Tetapi yang berangkat adalah Rama Agoeng dan Rama Bambang. Misa berbahasa Jawa dengan lagu-lagu Jawa dan iringan cokekan (sebagian perangkat gamelan atau alat musik tradisional Jawa) sungguh amat semarak. Ini sungguh mendukung kegembiraan keluarga karena Pak Harjendra, yang sudah mengalami kritis dan opname di RS Panti Rapih dengan kadar gula 1052, kini segar kembali. Apalagi pada 28 Desember 2013 beliau berulang tahun ke 74.

Pak Harjendra di kalangan budayawan Jawa dikenal sebagai penulis dan pembicara khasanah budaya Jawa. RRI Yogyakarta dan salah satu radio di Bantul hingga kini masih memanfaatkan jasanya. Di Paroki Pugeran sudah bukan orang asing dengan pelayanan imannya. Bagi umat Katolik era tahun 1960an nama Bapak Suharjendra sungguh berkibar. Pada waktu itu Majalah Praba yang berbahasa Jawa amat populer di kalangan umat. Di sinilah Pak Harjendra tampil monumental sebagai penulis. Mulai dengan edisi Minggu I Juni 1968 hingga April II 1969 tulisan cerita bersambung beliau menjadi bacaan mengasyikkan dan ditunggu kelanjutannya. Rama Bambang termasuk yang terpikat dan kebetulan dia, yang masih duduk di bangku SMA, termasuk agen majalah ini. Inilah novel bahasa Jawa yang dalam peristiwa syukur kemarin telah dibukukan oleh anak-anak Pak Harjendra. Judul novel bahasa Jawa ini adalah Kali Praga Isih Mili. Sesudah misa 30 buku menjadi door price bagi umat yang beruntung. Rama-rama Domus juga mendapatkannya.

MENGINREGRASIKAN DIRI (Sajian 16)


Kolom "Pastoral Ketuaan" akayang tak bisan menyajikan tulisan tentang bagaimana menata hidup batin. Tulisan ini ditulis oleh Henri J.M. Nouwen dalam buku Tarian Kehidupan yang diterjemahkan secara anonim dan tidak dinyatakan dari penerbit dan percetakan apa. 

Latihan Pengampunan

Sudah sering aku berkata, "Aku mengampunimu", tetapi ketika aku mengucapkan kata-kata ini hatiku tetap marah atau penuh kebencian. Aku masih ingin mendengar cerita yang mengatakan bahwa akulah yang benar; aku masih ingin mendengar penyesalan dan permintaan maaf; aku masih ingin memperoleh kepuasan dalam menerima sejumlah pujian sebagai balasan - kalau saja pujian itu karena aku begitu pengampun!

Namun pengampunan Allah adalah tanpa syarat; ia datang dari Hati yang sepenuhnya kosong dari pencarian diri. Pengampunan ilahi inilah yang harus kulatih dalam hidupku sehari-hari. Ia menuntut aku untuk selalu melangkahi segala argumentasiku yang mengatakan bahwa pengampunan adalah tidak bijak, tidak sehat dan tidak praktis. Ia menantangku untuk melaangkahi segala kebutuhanku akan ucapan syukur dan pujian. Akhirnya, ia menuntutku untuk melangkahi bagian yang terluka dari hatiku yang merasa sakit dan dilukai serta yang ingin tetap mengontrol dan memberi beberapa prasyarat di antara aku dan orang yang minta diampuni olehku.

"Pelangkahan" ini adalah latihan yang otentik untuk mengampuni.
dari The Return of the Prodigal Son

Sabda Hidup



Selasa, 31 Desember 2013
Silvester I
Warna Liturgi Putih
Bacaan:
1Yoh. 2:18-21; Mzm. 96:1-2,11-12,13; Yoh. 1:1-18

Yohanes 1:1-18:
1 Pada mulanya adalah Firman; Firman itu bersama-sama dengan Allah dan Firman itu adalah Allah. 2 Ia pada mulanya bersama-sama dengan Allah. 3 Segala sesuatu dijadikan oleh Dia dan tanpa Dia tidak ada suatupun yang telah jadi dari segala yang telah dijadikan. 4 Dalam Dia ada hidup dan hidup itu adalah terang manusia. 5 Terang itu bercahaya di dalam kegelapan dan kegelapan itu tidak menguasainya. 6 Datanglah seorang yang diutus Allah, namanya Yohanes; 7 ia datang sebagai saksi untuk memberi kesaksian tentang terang itu, supaya oleh dia semua orang menjadi percaya. 8 Ia bukan terang itu, tetapi ia harus memberi kesaksian tentang terang itu. 9 Terang yang sesungguhnya, yang menerangi setiap orang, sedang datang ke dalam dunia. 10 Ia telah ada di dalam dunia dan dunia dijadikan oleh-Nya, tetapi dunia tidak mengenal-Nya. 11 Ia datang kepada milik kepunyaan-Nya, tetapi orang-orang kepunyaan-Nya itu tidak menerima-Nya. 12 Tetapi semua orang yang menerima-Nya diberi-Nya kuasa supaya menjadi anak-anak Allah, yaitu mereka yang percaya dalam nama-Nya; 13 orang-orang yang diperanakkan bukan dari darah atau dari daging, bukan pula secara jasmani oleh keinginan seorang laki-laki, melainkan dari Allah. 14 Firman itu telah menjadi manusia, dan diam di antara kita, dan kita telah melihat kemuliaan-Nya, yaitu kemuliaan yang diberikan kepada-Nya sebagai Anak Tunggal Bapa, penuh kasih karunia dan kebenaran. 15 Yohanes memberi kesaksian tentang Dia dan berseru, katanya: "Inilah Dia, yang kumaksudkan ketika aku berkata: Kemudian dari padaku akan datang Dia yang telah mendahului aku, sebab Dia telah ada sebelum aku." 16 Karena dari kepenuhan-Nya kita semua telah menerima kasih karunia demi kasih karunia; 17 sebab hukum Taurat diberikan oleh Musa, tetapi kasih karunia dan kebenaran datang oleh Yesus Kristus. 18 Tidak seorangpun yang pernah melihat Allah; tetapi Anak Tunggal Allah, yang ada di pangkuan Bapa, Dialah yang menyatakan-Nya.

Renungan:
Membaca tulisan awal St. Yohanes saya merasakan bahwa Sabda, Firman yang telah menjadi daging, difirmankan lagi oleh St Yohanes. Sang Sabda telah menjadi daging dan hadir dalam diri Yesus Kristus. Dalam diriNya Sabda itu hidup dan menyentuh hakekat manusia. Banyak manusia mengalami perjumpaan langsung dengan Sang Sabda. Di antara yang berjumpa tidak sedikit yang disembuhkan, dibebaskan dari kuasa jahat bahkan dibangkitkan dari kematian.
Sang Sabda telah menyejarah dalam sejarah hidup manusia. Pengalaman bersama sang Sabda yang menyejarah itu membentuk St. Yohanes. Ia pun kemudian memfirmankan Sang Sabda dalam goresan huruf dan kata menjadi rangkaian kalimat-kalimat Injil Yohanes.
Ada banyak pengalaman yang kita miliki. Ada banyak peristiwa yang kita temui. Semua itu seringkali berlalu begitu saja. Namun ketika kita berani mencatat dan menuliskannya maka semua itu tak akan pernah tergulung oleh waktu. Maka marilah kita belajar dari St Yohanes rajin mensabdakan pengalaman-pengalaman daging kita. Pada saatnya catatan tersebut akan berguna selaras dengan jamannya.

Kontemplasi:
Pejamkan matamu. Hadirkan aneka peristiwa hidupmu bersama Sang Sabda.

Refleksi:
Tulislah rasa dan pikiranmu tentang Sang Sabda.

Doa Perutusan:
St. Yohanes ajarilah aku menfirmankan peristiwa-peristiwa dagingku bersama Sang Sabda. Amin.

Perutusan:
Aku akan mengangkat peristiwa harian menjadi peristiwa iman dalam catatan harianku.

Selamat menyambut Th Baru.

Sunday, December 29, 2013

RAMA DENY ANTAR TAMU


Pagi ini, Senin 30 Desember 2013, sesudah makan pagi Rama Bambang berada di muka laptop untuk mengetik beberapa tulisan sebagai persediaan meng-update Blog Domus Pacis. Tiba-tiba Mas Santosa masuk dan berkata "Rama, wonten tamu kangge rama" (Rama, ada tamu untuk Anda) yang disahut oleh Rama Bambang "Okeeeeee" tanpa melepaskan pandangannya ke layar monitor. Dan Rama Bambang pun mempercepat pengetikan agar selesai sebelum tamu itu masuk kamarnya. Tetapi ketika kurang satu kalimat, tamu-tamu sudah masuk. Ternyata ada Rama Deny direktur Yayasan Bernardus Yogyakarta.

"Rama, menika kula ndherekaken tamu ingkang liburan ziarah lan pengin mangertos griya rama-rama sepuh" (Rama, ini saya mengantar tamu yang sedang liburan ziarah dan ingin mengetahui rumah rama-rama tua) kata Rama Deny. Tamu itu terdiri dari dua ibu dan dua anak usia SD: Bu Erni, Bu Lely, Steven, dan Kelvin. Mereka dari daerah Cengkareng dekat Jakarta. "Wah, kemarin kaki saya sakit semua sesudah ke Sendang Sriningsih. Capek sekali" kata Bu Erni yang dikomentari oleh Rama Bambang "Soalnya tangga-tangga untuk naik gunungnya amat tinggi". Bu Lely menyambung "Saya sudah berpikir Gua Tritis, Wonosari, akan lebih berat. Ternyata jalannya enak sekali." Rama Bambang menambahkan "Pakai sepeda motor bisa sampai atas, kok" yang disahut Bu Lely "Saya pernah pakai mobil." Pembicaraan pun jadi asyik dan amat bersahabat. Ketika akan pulang, sesudah berpamitan, Bu Erni, yang di Jakarta biasa dipanggil Bu Edi, memberikan sumbangan untuk Komunitas Rama Domus Pacis. "Iki mesthi arahane Rama Deny" (Ini pasti arahan Rama Deny) kata Rama Bambang dalam hati.

MENGINTEGRASIKAN DIRI (Sajian 14)


Kolom "Pastoral Ketuaan" akayang tak bisan menyajikan tulisan tentang bagaimana menata hidup batin. Tulisan ini ditulis oleh Henri J.M. Nouwen dalam buku Tarian Kehidupan yang diterjemahkan secara anonim dan tidak dinyatakan dari penerbit dan percetakan apa. 

Kewaspadaan

Siang ini aku bekerja beberapa jam sendirian di sungai mengangkut batu-batu granit berat ke tepian dan menyusunnya dalam tumpukan. Seraya melakukannya aku menyadari benar-benar betapa sulitnya "nepsis" - pengontrolan pikiran - yang aku baca pagi ini. Pikiranku tidak saja mengembara ke segala jurusan, tetapi mulai merenung dengan kurang senang atas banyak perasaan-perasaan negatif, perasaan kekerasan terhadap orang-orang yang tidak memberiku perhatian seperti yang kuinginkan, perasaan iri hati terhadap orang-orang yang memperoleh lebih banyak daripada aku, perasaan kasihan terhadap diri sendiri dibandingkan dengan orang-orang yang belum menulis, dan banyak perasaan penyesalan serta bersalah terhadap orang-orang dengan siapa aku mempunyai relasi yang terganggu. ...

Bacaanku mengenai spiritualitas padang gurun telah membuatku sadar akan pentingnya "nepsis". Nepsis berarti keseriusan mental, perhatian spiritual yang terarah kepada Allah, kewaspaan dalam menyingkirkan pikiran-pikiran jelek, dan menciptakan ruang bebas untuk berdoa. Seraya bekerja mengambil batu aku mengulang-ulang beberapa kali kata-kata masyhur dari para Bapa Padang Gurun yang tua: "fuge, face, et quisce" ("hidup dalam keheningan, kesunyian, dan kedamaian bati"), tetapi hanya Allah yang tahu sudah sampai di manakah aku, tidak hanya dari realitas ini tetapi bahkan dari dambaan ini.
dari The Genesee Diary

Lamunan Masa Natal


Hari Keenam dalam Oktaf Natal
Senin, 30 Desember 2013

Lukas 2:36-40

2:36 Lagipula di situ ada Hana, seorang nabi perempuan, anak Fanuel dari suku Asyer. Ia sudah sangat lanjut umurnya. Sesudah kawin ia hidup tujuh tahun lamanya bersama suaminya,
2:37 dan sekarang ia janda dan berumur delapan puluh empat tahun. Ia tidak pernah meninggalkan Bait Allah dan siang malam beribadah dengan berpuasa dan berdoa.
2:38 Dan pada ketika itu juga datanglah ia ke situ dan mengucap syukur kepada Allah dan berbicara tentang Anak itu kepada semua orang yang menantikan kelepasan untuk Yerusalem.
2:39 Dan setelah selesai semua yang harus dilakukan menurut hukum Tuhan, kembalilah mereka ke kota kediamannya, yaitu kota Nazaret di Galilea.
2:40 Anak itu bertambah besar dan menjadi kuat, penuh hikmat, dan kasih karunia Allah ada pada-Nya.

Butir-butir Permenungan
  • Katanya, semakin tua bahkan semakin tambah usia lanjutnya orang dapat mengalami berbagai persoalan bahkan kemerosotan kekuatan fisik, sosial, kesehatan, dan juga kejiwaan. Orang dapat merasakan hidup yang diliputi dengan berbagai kegelisahan apalagi kalau masih dapat ke sana-sini dan ikut kumpul-kumpul dan keuangan sudah tidak mencukupi.
  • Katanya, kaum tua apalagi yang sudah lanjut usia dan hidupnya banyak bermasalah, dia juga akan membuat orang-orang sekitarnya menjadi repot mengurusnya. Tidak sedikit anak, remaja, dan kaum mudah menjauh karena tidak tahan kena suara yang muncul dari keterbatasan wawasan hidup yang didominasi pengalaman masa lampaunya.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa kaum tua bahkan kaum lanjut usia yang matang akan makin mendalam olah batinnya sehingga sekalipun tiada orang menemani hidupnya dia akan selalu ceria. Dalam yang ilahi kaum tua bakan lanjut usia akan makin mesra dengan suara relung hatinya sehingga mampu menghargai peran anak, remaja, dan kaum muda untuk membangun masa depan bersama.
Ah, makin tua orang seharusnya makin harus diurus dan dilayani.

Saturday, December 28, 2013

MENGINTEGRASIKAN DIRI (Sajian 13)


Kolom "Pastoral Ketuaan" akayang tak bisan menyajikan tulisan tentang bagaimana menata hidup batin. Tulisan ini ditulis oleh Henri J.M. Nouwen dalam buku Tarian Kehidupan yang diterjemahkan secara anonim dan tidak dinyatakan dari penerbit dan percetakan apa. 

Kemiskinan Pikiran

Seseorang yang dipenuhi dengan ide-ide, konsep-konsep, pendapat-pendapat, dan keyakinan-keyakinan tidak dapat menjadi tuan rumah yang baik. Tidak ada ruang batin untuk mendengarkan, tak ada keterbukaan untuk menemukan karunia orang lain. Tidak sulit untuk melihat bagaimana mereka "yang serba tahu" dapat membunuh perbincangan dan menghalangi suatu pertukaran ide-ide. Kemiskinan pikiran sebagai suatu sikap spiritual adalah bertumbuhnya kemauan untuk mengakui misteri kehidupan yang tidak mampu terpahami. Semakin kita menjadi matang, semakin kita mampu melepaskan kecenderungan kita untuk merebut, menangkap, serta mengartikan kepenuhan hidup, dan semakin kita siap untuk membiarkan hidup memasuki diri kita.

... Seorang tuan rumah yang baik tidak hanya harus miskin dalam pikiran tetapi juga miskin dalam hati. Jikalau hati kita dipenuhi dengan prasangka-prasangka, kekuatiran, keiri-hatian, hanya ada sedikit ruang tersedia bagi orang asing. Dalam lingkungan yang menakutkan tidaklah mudah untuk membiarkan hati kita terbuka bagi pengalaman manusiawi yang luas. Akan tetapi, keramah-tamahan sejati bukanlah eksklusif, tetapi inklusif dan menciptakan ruang bagi berbagai macam pengalaman manusiawi.
dari Reaching Out

Sabda Hidup


Minggu, 29 Desember 2013
Pesta Keluarga Kudus, Yesus, Maria, Yusuf
Warna Liturgi Hijau
Bacaan:
Sir. 3:2-6,12-14; Mzm. 128:1-2,3,4-5; Kol. 3:12-21; Mat. 2:13-15,19-23

Matius 2:13-15,19-23:
13 Setelah orang-orang majus itu berangkat, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi dan berkata: "Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh Dia." 14 Maka Yusufpun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir, 15 dan tinggal di sana hingga Herodes mati. Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: "Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku." 19 Setelah Herodes mati, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi di Mesir, katanya: 20 "Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya dan berangkatlah ke tanah Israel, karena mereka yang hendak membunuh Anak itu, sudah mati." 21 Lalu Yusufpun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya dan pergi ke tanah Israel. 22 Tetapi setelah didengarnya, bahwa Arkhelaus menjadi raja di Yudea menggantikan Herodes, ayahnya, ia takut ke sana. Karena dinasihati dalam mimpi, pergilah Yusuf ke daerah Galilea. 23 Setibanya di sana iapun tinggal di sebuah kota yang bernama Nazaret. Hal itu terjadi supaya genaplah firman yang disampaikan oleh nabi-nabi, bahwa Ia akan disebut: Orang Nazaret.

Renungan:
Tinggal bersama keluarga dan hidup dari suara Tuhan menjadi kunci hidup keluarga kudus dari Nasaret. Maria dan Yusuf selalu mendengarkan dan melaksanakan kehendak Tuhan. Ketika mendapat kabar gembira Maria mengatakan "Fiat voluntas Tua". Ketika gundah dengan keadaan Maria yang telah hamil, Yusuf mendengarkan suara Tuhan melalui malaikat dan mengambil Maria sebagai isterinya.
Mereka selalu mendengarkan suara Tuhan yang menuntun mereka mengarungi bahaya hidup dan mati. Mereka pun rela menyingkir ke tanah Mesir sampai Herodes meninggal. Mereka setia walau harus menunggu bertahun-tahun. Tidak ada keluh dan kesah seperti orang harus mengikuti ekaristi selama 1,5-2 jam.
Keluarga ini pun ada dalam kebersamaan dan saling membesarkan. Bersama mereka bertumbuh menjadi pribadi yang kuat dan disegani orang. Kebersamaan di antara mereka menjadi pertanda bagi setiap keluarga agar mempunyai waktu untuk keluarganya. Ada waktu untuk pasangan, anak-anak dan orang tua mengeratkan ikatan kasih yang diucapkan kala janji nikah.

Kontemplasi:
Pejamkan matamu. Bayangkan kebersmaanmu dengan keluarga dalam nama Tuhan.

Refleksi:
Sejauh mana anda mempunyai waktu untuk isteri, suami, anak dan orang tua?

Doa:
Ya Tuhan Yesus, ampunilah aku karena sering mengabaikan kebersamaan denganMu. Ingatkanlah aku agar selalu punya waktu untuk keluarga. Amin.

Perutusan:

Aku ada waktu untuk keluarga.

Friday, December 27, 2013

TELPON PENUGASAN


Kemarin, Jumat 27 Desember 2013, Rama Bambang tidak ikut makan siang walau ada sejak sebelum jam 12 siang. Sepulang dari ikut reuni SMA Kolese de Britto, Rama Bambang langsung berbaring di tempat tidurnya. Dia mau tidur agar badan segar, karena selalu bangun tidur malam antara jam 2-3. Ini dilakukan karena di sore hari dia harus pergi melayani ibadat midodareni. Sementara perutnya pun sudah kenyang dari menikmati konsumsi reuni. Tetapi ketika sudah setengah tidur, tiba-tiba HP berbunyi ada telepon masuk. Ternyata dari Rama Agoeng yang bersuara "Rama, niki kanca-kanca dha omong-omong ngrembug kondisi para rama Domus Pacis. Ternyata sakniki sing kudu didulang le dhahar onten tiga. Pramila betah tambahan petugas ndulang. Sakniki sing biasa ndulang Mbak Tari lan Mas Santosa. Kanca-kanca menggalih Pak Tukiran dilibatke sanadyan mung siang. Lha, sing ditugasi nyriyosi njenengan" (Rama, ini ada pembicaraan teman-teman tentang kondisi para rama Domus Pacis. Ternyata sekarang yang harus disupai saat makan ada tiga. Maka dibutuhkan tambahan petugas menyuapi. Kini yang biasa menyuapi adalah Mbak Tari dan Mas Santosa. Teman-teman berpendapat agar Pak Tukiran dilibatkan walau hanya di siang hari. Untuk itu yang ditugasi memberi tahu adalah Anda). Dan Rama Bambang hanya menjawab "Sandikaaaa" (Siaaaaaap) dan benaknya ingat ketika Rama Tri harus menunggu giliran disuapi oleh Mbak Tari. Padahal kalau harus berada di tempat terang, entah matahari entah lampu, Rama Tri harus memakai kacamata karena makin kadang terasa amat silau walau sudah tidak dapat melihat. Untunglah pada waktu itu Bu Rini datang dan langsung membantunya menyajikan makan dan menyuapi.

MENGINTEGRASIKAN DIRI (Sajian 12)



Kolom "Pastoral Ketuaan" akayang tak bisan menyajikan tulisan tentang bagaimana menata hidup batin. Tulisan ini ditulis oleh Henri J.M. Nouwen dalam buku Tarian Kehidupan yang diterjemahkan secara anonim dan tidak dinyatakan dari penerbit dan percetakan apa. 

Merawat Orang Lanjut Usia

Dengan begitu merawat orang lanjut usia berarti bahwa kita mempersilahkan orang lanjut usia untuk menjadikan kita miskin dengan meminta kita membuang ilusi bahwa kita menciptakan kehidupan kita sendiri, serta tiada apapun dan siapapun dapat merebutnya dari kita. Kemiskinan ini, yang adalah suatu pelepasan batin, dapat membuat kita merdeka untuk menerima orang asing tua itu ke dalam hidup kita dan membuat orang itu menjadi sahabat yang paling intim.

Ketika memberi layanan rawat telah membuat kita miskin dengan melepaskan diri kita dari ilusi kebakaan, kita benar-benar dapat hadir bagi orang usia lanjut itu. Kemudian kita dapat mendengarkan apa yang mereka katakan tanpa kuatir tentang bagaimana kita menjawabnya. Kita dapat memperhatikan apa yang dapat mereka tawarkan tanpa kuatir tentang apa yang dapat kita berikan. Kita dapat melihat apa yang ada di dalam diri mereka sendiri tanpa bertanya-tanya seperti apa kita bisa melayani mereka. Ketika kita telah mengosongkan diri kita dari pekerjaan-pekerjaan atau perhatian-perhatian semu, kita dapat menawarkan ruang bebas kepada orang asing tua, di mana kita dapat berbagi tidak hanya roti dan anggur tetapi juga cerita kehidupan.
dari Aging

Lamunan Pesta

 
Kanak-kanak Suci, Martir
Hari Keempat dalam Oktaf Natal
Sabtu, 28 Desember 2013

Matius 2:13-18
 
2:13 Setelah orang-orang majus itu berangkat, nampaklah malaikat Tuhan kepada Yusuf dalam mimpi dan berkata: "Bangunlah, ambillah Anak itu serta ibu-Nya, larilah ke Mesir dan tinggallah di sana sampai Aku berfirman kepadamu, karena Herodes akan mencari Anak itu untuk membunuh Dia."
2:14 Maka Yusuf pun bangunlah, diambilnya Anak itu serta ibu-Nya malam itu juga, lalu menyingkir ke Mesir,
2:15 dan tinggal di sana hingga Herodes mati. Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi: "Dari Mesir Kupanggil Anak-Ku."
2:16 Ketika Herodes tahu, bahwa ia telah diperdayakan oleh orang-orang majus itu, ia sangat marah. Lalu ia menyuruh membunuh semua anak di Betlehem dan sekitarnya, yaitu anak-anak yang berumur dua tahun ke bawah, sesuai dengan waktu yang dapat diketahuinya dari orang-orang majus itu.
2:17 Dengan demikian genaplah firman yang disampaikan oleh nabi Yeremia:
2:18 "Terdengarlah suara di Rama, tangis dan ratap yang amat sedih; Rahel menangisi anak-anaknya dan ia tidak mau dihibur, sebab mereka tidak ada lagi."

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, nafsu status dan berkuasa membuat orang dapat dengan mudah amat khawatir terhadap ketokohan orang lain. Persaingan antar tokoh dan orang populer mudah menjadi warna khas bagi yang haus kekuasaan.
  • Tampaknya, dalam persaingan perebutan dan atau penjagaan status kekuasaan orang akan membuat rekayasa dan taktik pemenangan. Mengalahkan, menyingkirkan, bahkan membunuh yang dianggap saingan menjadi kewajaran bagi kaum haus status kekuasaan.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa orang-orang yang haus status kekuasaan sebenarnya bukan terutama adalah pengancam tumbuh dan berkembangnya kaum anak, remaja, dan muda. Dalam yang ilahi kaum dewasa sejati akan menjadi pelindung dan pendamping kehidupan anak, remaja, dan kaum muda.
Ah, hidup akan sungguh terjaga kalau memiliki kekuasaan.

INFO TENTANG TAMU


Kemarin, Kamis 26 Desember 2013 sekitar jam 04.15 sore, Rama Bambang bersiap-siap berangkat untuk pelayanan misa. Ada Lingkungan yang merayakan pelindungnya, Santo Stefanus, sekaligus perayaan Natal. Yahya, anak Mbak Tari dan Mas Heru, masuk dan berkata "Mau pesta karo tamu" (Tadi aku berpesta dengan tamu). Rama Bambang tahu bahwa itu adalah peristiwa tamu dari Wates yang memiliki program mengunjungi Domus Pacis. Mereka menghubungi Rama Jaka. Rama Jaka juga sudah menyiapkan bersama para karyawan. Menurut informasi mereka berjumlah sekitar 20 orang dan akan datang hingga makan siang bersama para rama Domus. "Sing teka bapak-bapak karo ibu-ibu. Ana sustere siji" (Yang datang bapak-bapak dan ibu-ibu. Ada satu suster) kata si kecil Yahya yang belum genap 7 tahun.

Ketika Rama Bambang menuju motor roda tiganya, dia bertanya kepada Mbak Tari: "Wau Rama Yadi tumut manggihi tamu mboten?" (Tadi Rama Yadi ikut menerima tamu tidak?). "Mboten, rama. Namung Rama Jaka kaliyan Rama Harto" (Tidak, rama. Hanya Rama Jaka dan Rama Harto) jawab Mbak Tari. Rama Bambang berpikir Rama Yadi pasti kecapekan pagi sampai siap melayani misa di Kemiren, wilayah Paroki Salam, Magelang. Rama Tri Wahyono juga tidak ikut menerima tamu karena hari itu sedang pulang mengunjungi keluarganya. Rama Bambang sudah tertidur siang ketika para tamu datang. Sesudah makan siang bersama Rama Yadi dan Rama Harto, Rama Bambang langsung istirahat. "Wau kula ajeng nggingah rama, nanging Mas Kus mboten marengaken. Criyose nek kontene nutup, pun sare. Kula nginjen kamare Rama Yadi liwat kaca cendhela, kula mboten ningali Rama Yadi" (Tadi saya akan membangunkan rama, tetapi Mas Kus melarang. Katanya kalau pintu tertutup, itu berarti rama tidur. Saya mengintip kamar Rama Yadi lewat kaca jendela, tetapi saya tidak melihat beliau). Ternyata kedatangan para tamu jadi terlambat karena jalan Yogya yang kini amat padat.

Thursday, December 26, 2013

MENGINTEGRASIKAN DIRI (Sajian 11)


Kolom "Pastoral Ketuaan" akayang tak bisan menyajikan tulisan tentang bagaimana menata hidup batin. Tulisan ini ditulis oleh Henri J.M. Nouwen dalam buku Tarian Kehidupan yang diterjemahkan secara anonim dan tidak dinyatakan dari penerbit dan percetakan apa. 

Intisari Layanan Rawat

Layanan rawat yang sejati tidaklah ambisius. Layanan rawat sejati menyingkirkan ketidak-pedulian dan berlawanan dengan apati. Kata "care" berakar pada kata Gothik "Kara" yang berarti merasakan atau menyatakan dukacita. Maka dasar layanan rawat adalah: berdukacita, mengalami kedukaan, menyerukan kedukaan. Aku sangat tercengang atas latar belakang kata "care" ini karena kita cenderung melihat pemberian layanan rawat sebagai sikap dari yang kuat terhadap yang lemah, yang berkuasa terhadap yang tak punya kuasa, yang "berpunya" terhadap "yang berkekurangan". Dan, senyatanya, kita merasa agak kurang nyaman dengan permohonan untuk masuk ke dalam kesakitan seseorang sebelum melakukan sesuatu tentang hal itu.

Meski begitu, ketika kita secara jujur bertanya kepada diri sendiri, siapa-siapa saja dalam hidup kita yang paling berarti bagi kita, seringkali kita menemukan bahwa mereka itu yang telah memilih untuk berbagi kesakitan kita dan menyentuh luka-luka kita dengan tangan yang lembut dan kasih sayang, ketimbang mereka yang memberikan banyak nasihat, solusi, atau pengobatan. Sahabat yang bisa bersikap diam pada saat kita putus asa atau kebingungan, yang bisa mentolerir ketidak-tahuan, tiadanya pengobatan, ketidak-sembuhan, dan menghadapi realitas ketidak-berdayaan bersama kita, itulah sahabat yang memberikan perhatian. ...

Sahabat yang memberikan layanan rawat menyatakan dengan jelas bahwa apapun yang terjadi di dunia luar, kehadiran satu sama lain adalah yang betul-betul penting. Nyatanya, kehadiran itu lebih penting daripada rasa sakit, penyakit, atau bahkan kematian. Sangat menakjubkan betapa besar penghiburan dan harapan yang dapat kita terima dari para penulis yang, meskipun tidak memberikan jawaban-jawaban atas pertanyaan-pertanyaan hidup, punya keberanian untuk mengartikulasikan situasi kehidupan mereka dalam segala kejujuran dan keterus-terangan. Kierkegaard, Sartre, Camus, Hammarskjold dan Merton - tak satupun di antara mereka pernah menawarkan solusi. Biarpun begitu, banyak di antara kita yang telah membaca karya mereka telah menemukan kekuatan baru untuk meneruskan pencarian kita. Keberanian mereka untuk masuk demikian dalam kepada penderitaan manusia dan hadir dalam kesakitan mereka sendiri memberikan kekuatan untuk mengucapkan kata-kata penyembuhan. Oleh karena itu, memberi layanan rawat berarti pertama-tama hadir untuk satu sama lain. Dari pengalaman anda mengetahui bahwa mereka yang memberikan layanan rawat bagi anda hadir untuk anda. Ketika mereka mendengarkan, mereka mendengarkan anda. Ketika mereka berbicara, anda tahu mereka berbicara untuk anda. Dan ketika mereka bertanya, anda tahu hal itu dilakukan demi anda dan tidak demi mereka sendiri. Kehadiran mereka adalah lehadiran yang menyembuhkan karena mereka menerima anda dalam persyaratan yang anda ajukan, dan mereka meneguhkan anda untuk menjalankan hidup anda dengan serius serta mempercayai panggilan anda sendiri.
dari Out of Solitude

Sabda Hidup


Jumat, 27 Desember 2013
Pesta St. Yohanes
Warna Liturgi Putih
Bacaan:
1Yoh. 1:1-4; Mzm. 97:1-2,5-6,11-12; Yoh. 20:2-8

Yohanes 20:2-8:
2 Ia berlari-lari mendapatkan Simon Petrus dan murid yang lain yang dikasihi Yesus, dan berkata kepada mereka: "Tuhan telah diambil orang dari kuburnya dan kami tidak tahu di mana Ia diletakkan." 3 Maka berangkatlah Petrus dan murid yang lain itu ke kubur. 4 Keduanya berlari bersama-sama, tetapi murid yang lain itu berlari lebih cepat dari pada Petrus sehingga lebih dahulu sampai di kubur. 5 Ia menjenguk ke dalam, dan melihat kain kapan terletak di tanah; akan tetapi ia tidak masuk ke dalam. 6 Maka datanglah Simon Petrus juga menyusul dia dan masuk ke dalam kubur itu. Ia melihat kain kapan terletak di tanah, 7 sedang kain peluh yang tadinya ada di kepala Yesus tidak terletak dekat kain kapan itu, tetapi agak di samping di tempat yang lain dan sudah tergulung. 8 Maka masuklah juga murid yang lain, yang lebih dahulu sampai di kubur itu dan ia melihatnya dan percaya.

Renungan:
Membaca Injil Yoh. 20:2-8 saya terpikat dengan apa yang dilakukan oleh Yohanes. Setelah mendengar kabar bahwa Yesus hilang ia bersama murid yang lain segera bergegas, bahkan berlari menuju ke makam Yesus. Ia sampai di makam lebih cepat dari Petrus. Walau demikian ia menunggu Petrus dan akhirnya memberikan kesempatan kepada Petrus untuk masuk ke makam lebih dahulu.
Dalam kehidupan masyarakat pada umumnya orang ingin menjadi yang pertama untuk menyaksikan kejadian istimewa. Sajian berita yang paling aktual sedikit banyak mengangkat derajat si pemberita dan medianya. Pembaca dan pendengar berita pun menginginkan berita yang hangat. Maka kalau bisa menjadi yang pertama kenapa harus menjadi yang kedua atau ketiga? Namun hal berbeda dipilih oleh Yohanes. Walau ia lebih cepat dari Petrus sampai makam Yesus, tapi ia menunggu Petrus dan mempersilakan Petrus masuk ke makam lebih dulu. Yohanes menjadi teladan mencintai Yesus dan segera datang kepadanya dan juga teladan orang yang menghormati Petrus yang dia tempatkan sebagai pemimpin.

Kontemplasi:
Tutuplah matamu. Lihatlah kembali sikapmu pada orang yang kauhormati dan kaupilih jadi pemimpin.

Refleksi:
Tulislah pengalamanmu dalam bersikap pada pemimpin dan orang yang kaukasihi?

Doa Perutusan:
St. Yohanes semoga aku pun mempunyai kasih seperti kasihmu pada Yesus dan juga mampu menghormati pemimpin sebagaimana engkau menghormati St. Petrus. Amin.

Perutusan:
Aku menjaga kesepakatan hatiku dengan menghormati pemimpin yang kupilih.

Wednesday, December 25, 2013

CERIA NATAL


Sebenarnya bagi Rama Bambang tanggal 25 Desember 2013 adalah hari membayar kantuk. Karena tanggal 24 Desember 2013 tidak sempat tidur siang dan sesudah membantu memimpin misa malam Natal, dia baru tidur sesudah jam menunjukkan angka 1 pada tanggal 25 Desember. Mungkin karena kebiasaan enak badan karena kesempatan tidur siang di Domus Pacis, kesempatan tidur malam 4 jam masih menyisakan rasa kurang tidur. Maka pada tanggal 25 Desember itu Rama Bambang langsung meneruskan tidur sesudah makan pagi.

Sebenarnya belum lama menikmati tidur, Rama Bambang mendengar kedatangan orang-orang yang ramai berbicara dengan meriah bahkan disertai derai tertawa. Di dalam benaknya terbayang orang-orang datang mengucapkan Selamat Natal dan kemudian dengan gembira saling berbincang. Tetapi Rama Bambang mempertahankan pejam matanya bahkan HP yang kerap bersuara menunjukkan adanya SMS masuk dan dering telepon pun didiamkan. Kantuk tetap menggelayuti matanya. Meskipun demikian dia tak dapat menolak untuk bangun ketika ada suara Yahya dari luar "Rama, ada tamuuuuuu." Anak kecil, putra pasangan Mas Heru dan Mbak Tari, itu ternyata langsung masuk kamar Rama Bambang yang ternyata tidak tertutup pintunya. Maka sang rama bangun, berlagak segar duduk di kursi rodanya, menghampiri beberapa tamu dengan action ceria penuh tawa. Ternyata dari beberapa tamu menyusul pula tamu-tamu lain dengan tujuan sama, kunjungan Natal. Rama Bambang melihat banyak pula tamu yang menuju kamar Rama Harto. Suara ramai di luar dari arah bagian Utara menjadi indikasi banyak pula yang mengunjungi Rama Tri Wahyono. Kamar Rama Bambang pun jadi amat ramai dan ceria ketika beberapa orang dari Persekutuan Doa Rhema, Kotabaru, datang. Mereka adalah kelompok karyawan muda Katolik. Pembicaraan sana-sini makin asyik karena keterlibatan Yahya yang kerap ikut nyeletuk.

Ketika jam menunjukkan saat makan siang hampir tiba, tamu-tamu berpamitan. Rama Bambang mengantar sampai di depan kamarnya. Tiba-tiba dari pintu belakang dekat garasi muncullah sosok seseorang yang membuat Rama Bambang berseru "Eeeeee, sugeng rawuh!" (Eeeee, selamat datang). Ternyata Rama Dwi Harsanto, rama praja Keuskupan Agung Semarang yang bertugas di KWI Jakarta, datang dengan menenteng dua parcel buah. "Wela, ngoleh-olehi barang ta?" (Kasih oleh-oleh segala, ta?) kata Rama Bambang yang disahut oleh Rama Santo "Iki mung neh-nehan misa Natal. Aku mbantu Mertoyudan lan Borobudur" (Ini hanya pemberian dari pelayanan misa Natal. Aku membantu Mertoyudan dan Borobudur). Makan siang pun jadi meriah dengan bergabungnya Rama Santo. Rama Yadi dan Rama Tri Wahyono juga tampak gairah mendengar ceritera-ceritera Rama Santo. Dan Rama Bambang pun sejak terpaksa menemui tamu-tamu sudah lupa kantuknya.

MENGINTEGRASIKAN DIRI (Sajian 10)


Kolom "Pastoral Ketuaan" akayang tak bisan menyajikan tulisan tentang bagaimana menata hidup batin. Tulisan ini ditulis oleh Henri J.M. Nouwen dalam buku Tarian Kehidupan yang diterjemahkan secara anonim dan tidak dinyatakan dari penerbit dan percetakan apa. 

Keterhubungan

Salah satu yang kita temukan dalam berdoa adalah bahwa semakin dekat kita dengan Allah, semakin dekat pula kita dengan semua saudara di dalam keluarga manusia. Allah bukanlah Allah pribadi. Allah yang tinggal di dalam relung batin kita adalah juga Allah yang tinggal dalam relung batin setiap manusia. Jikalau kita mengakui kehadiran Allah di dalam hati kita, kita dapat pula mengakui kehadiran-Nya di dalam hati orang-oran lain, karena Allah yang telah memilih kita menjadi tempat tinggal memberi kita mata untuk melihat Allah yang tinggal di dalam orang lain. Bila kita hanya melihat setan-setan di dalam diri kita sendiri, kita hanya dapat melihat setan-setan di dalam diri orang lain, tetapi jika kita melihat Allah di dalam diri kita, kita juga dapat melihat Allah di dalam diri orang lain.

Yang ini mungkin seakan terasa teoritis tetapi, jikalau kita berdoa, kita akan semakin mengalami diri kita sebagai bagian dari keluarga manusia yang secara abadi terikat dengan Allah yang menciptakan kita, kita semuanya, untuk berbagi dalam terang ilahi.
dari Here and Now

Lamunan Pesta

Santo Stefanus, Martir Pertama
Hari Kedua Oktaf Natal
Kamis, 26 Desember 2013

Matius 10:17-22
10:17 Tetapi waspadalah terhadap semua orang; karena ada yang akan menyerahkan kamu kepada majelis agama dan mereka akan menyesah kamu di rumah ibadatnya.
10:18 Dan karena Aku, kamu akan digiring ke muka penguasa-penguasa dan raja-raja sebagai suatu kesaksian bagi mereka dan bagi orang-orang yang tidak mengenal Allah.
10:19 Apabila mereka menyerahkan kamu, janganlah kamu kuatir akan bagaimana dan akan apa yang harus kamu katakan, karena semuanya itu akan dikaruniakan kepadamu pada saat itu juga.
10:20 Karena bukan kamu yang berkata-kata, melainkan Roh Bapamu; Dia yang akan berkata-kata di dalam kamu.
10:21 Orang akan menyerahkan saudaranya untuk dibunuh, demikian juga seorang ayah akan anaknya. Dan anak-anak akan memberontak terhadap orang tuanya dan akan membunuh mereka.
10:22 Dan kamu akan dibenci semua orang oleh karena nama-Ku; tetapi orang yang bertahan sampai pada kesudahannya akan selamat.

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, di dalam pendampingan pengembangan sikap orang diharapkan selalu berpikiran positip. Pikiran positif dikatakan dapat membuat orang dapat memandang dan mengalami hidup menjadi cerah, ceria, dan membahagiakan.
  • Tampaknya, berpikir negatif dinilai amat berbahaya bagi pengembangan sikap seseorang. Pikiran negatif dianggap membuat orang memandang apa saja yang ada di sekitarnya membuat perasaan tidak enak, mengecewakan, menakutkan, bahkan memusuhi.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa pikiran, perasaan, dan kehendak yang baik dan benar harus dilandasi pada sikap wajar dan sesuai dengan kenyataan sehingga orang harus bersikap real. Dalam yang ilahi orang akan selalu waspada sehingga hidup menjadi tenang sekalipun terancam dan tersengsarakan oleh keadaan bahkan yang berasal dan orang-orang dekat.
Ah, yang baik itu ya yang positif.

Tuesday, December 24, 2013

MENGINTEGRASIKAN DIRI (Sajian 9)


Kolom "Pastoral Ketuaan" akayang tak bisan menyajikan tulisan tentang bagaimana menata hidup batin. Tulisan ini ditulis oleh Henri J.M. Nouwen dalam buku Tarian Kehidupan yang diterjemahkan secara anonim dan tidak dinyatakan dari penerbit dan percetakan apa. 

Panggilan Belas Kasih

Adalah menyedihkan jikalau kita berpikir tentang kehidupan berbelas kasih sebagai kehidupan pengingkaran diri yang heroik. Belas kasih, sebagai gerak ke bawah menuju solidaritas ketimbang gerak ke atas menuju popularitas, tidak memerlukan sikap-sikap heroik atau pembalikan yang sensasional. Nyatanya, kehidupan berbelas kasih kebanyakan tersembunyi di dalam keadaan yang biasa-biasa saja dalam kehidupan sehari-hari. Bahkan kehidupan mereka yang contoh-contoh belas kasihnya kita teladani, menunjukkan bahwa jalan menurun ke arah orang miskin ialah, pertama-tama, dipraktikkan melalui tindakan-tindakan kecil dalam hidup sehari-hari. Pertanyaan yang benar-benar patut dipertimbangkan bukanlah kita meneladani Ibu Teresa, tetapi apakah kita terbuka akan banyak penderitaan-penderitaan kecil dari mereka yang berbagi kehidupan dengan kita. Apakah kita mau menyisihkan waktu lebih banyak dengan mereka yang tidak menstimulasi rasa keingin-tahuan kita? Apakah kita mendengarkan mereka yang tidak serta merta menarik perhatian kita? Dapatkan kita merasa merasa belas kasih bagi mereka yang penderitaannya tetap tersembunyi dari pengamatan dunia? Ada banyak penderitaan tersembunyi: penderitaan dari anak remaja yang tidak merasa aman; penderitaan suami dan isteri yang merasa bahwa tidak ada lagi cinta tersisa di antara mereka; penderitaan seorang eksekutif kaya yang menganggap bahwa orang-orang lebih tertarik akan kekayaannya daripada terhadap dirinya sendiri; penderitaan seorang laki-laki atau perempuan homoseks yang merasa terisolasi dari keluarga dan sahabat-sahabat; penderitaan orang-orang yang tak terhitung jumlahnya yang tidak mempunyai sahabat, tidak punya rumah yang damai, tidak punya pertetanggaan yang aman; penderitaan berjuta-juta orang yang merasa kesepian dan bertanya-tanya apakah hidup ini berharga untuk dijalani.

Sekali kita memandang ke bawah ketimbang ke atas pada tangga kehidupan, kita melihat kesaksian orang-orang ke manapun kita pergi, dan kita mendengar panggilan belas kasih di manapun kita berada.

Belas kasih sejati selalu diawali tepat di mana kita berada.

dari Here and Now

Sabda Hidup


Rabu, 25 Desember 2013
HARI RAYA NATAL
Warna Liturgi Putih
Bacaan:
Malam: Yes. 9:1-6; Mzm. 96:1-2a,2b-3,11-12,13; Tit. 2:11-14;
Luk. 2:1-14.
Fajar: Yes. 62:11-12; Mzm. 97:1,6,11-12; Tit. 3:4-7; Luk. 2:15-20.
Siang: Yes. 52:7-10; Mzm. 98:1,2-3ab,3cd-4,5-6; Ibr. 1:1-6; Yoh. 1:1-18

Lukas 2:1-14:
1 Pada waktu itu Kaisar Agustus mengeluarkan suatu perintah, menyuruh mendaftarkan semua orang di seluruh dunia. 2 Inilah pendaftaran yang pertama kali diadakan sewaktu Kirenius menjadi wali negeri di Siria. 3 Maka pergilah semua orang mendaftarkan diri, masing-masing di kotanya sendiri. 4 Demikian juga Yusuf pergi dari kota Nazaret di Galilea ke Yudea, ke kota Daud yang bernama Betlehem, karena ia berasal dari keluarga dan keturunan Daud? 5 supaya didaftarkan bersama-sama dengan Maria, tunangannya, yang sedang mengandung. 6 Ketika mereka di situ tibalah waktunya bagi Maria untuk bersalin, 7 dan ia melahirkan seorang anak laki-laki, anaknya yang sulung, lalu dibungkusnya dengan lampin dan dibaringkannya di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan. 8 Di daerah itu ada gembala-gembala yang tinggal di padang menjaga kawanan ternak mereka pada waktu malam. 9 Tiba-tiba berdirilah seorang malaikat Tuhan di dekat mereka dan kemuliaan Tuhan bersinar meliputi mereka dan mereka sangat ketakutan. 10 Lalu kata malaikat itu kepada mereka: "Jangan takut, sebab sesungguhnya aku memberitakan kepadamu kesukaan besar untuk seluruh bangsa: 11 Hari ini telah lahir bagimu Juruselamat, yaitu Kristus, Tuhan, di kota Daud. 12 Dan inilah tandanya bagimu: Kamu akan menjumpai seorang bayi dibungkus dengan lampin dan terbaring di dalam palungan." 13 Dan tiba-tiba tampaklah bersama-sama dengan malaikat itu sejumlah besar bala tentara sorga yang memuji Allah, katanya: 14 "Kemuliaan bagi Allah di tempat yang mahatinggi dan damai sejahtera di bumi di antara manusia yang berkenan kepada-Nya."


Renungan:
(Bac 24/12 sore: Mat. 1:1-25) Ada rentetan silsilah yang menghubungkan Abraham dengan Kristus. Setiap anak berasal dari bapaknya dan bapak pun mempunyai bapaknya. Rentetan ini menjadi suatu kepastian yang tidak mungkin dihindari oleh seorang anak. Dia dilahirkan dari keturunan siapa tak pernah bisa dipilih sendiri. Sebagaimana saya dilahirkan dari keturunan ayah saya, saya tidak bisa memilih dan tidak mungkin mengingkari kenyataan bahwa saya adalah keturunan ayah ibu saya.
(Lih bac 25/12 malam Luk. 2:1-14) Kepastian Yesus dilahirkan oleh Maria dalam keluarga Yusuf membawa konsekuensi. Yusuf dan Maria mesti menjalani apa yang menjadi ketentuan pemerintah: mengikuti sensus penduduk. Walau mengandung tua Maria mengikuti kewajiban sang suami untuk mendaftarkan diri di tempat asalnya. Akibatnya Maria pun mesti melahirkan Yesus di tempat seadanya "di dalam palungan, karena tidak ada tempat bagi mereka di rumah penginapan". Dan berikutnya yang datang pertama menyambut sang Mesias pun hanyalah para gembala yang berada di sekitar tempat itu (lih bac utk fajar: Luk. 2:15-20).
Hadirnya manusia ke dunia dalam suatu garis keturunan tertentu adalah salah satu kepastian dalam hidup manusia. Ada aneka macam kepastian dalam hidup ini yang tidak mungkin kita tolak. Penolakan kepadanya hanyalah akan menghantar pada keputusasaan yang tak berujung. Sebaliknya kerelaan menerima kenyataan itu bisa mengubah segala sesuatunya menjadi lebih baik. Yusuf yang berani menerima Maria apa adanya dan Yesus yang rela menerima dilahirkan dari rahim Maria mengubah tatanan kehidupan manusia dan memungkinkan manusia mengalami kedekatan dengan Allah sendiri. Semua itu dilakukan, "supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi" (Mat 1:22). Dan dengan demikian kita pun secara lahiriah bisa merayakan Natal.

Kontemplasi:

Pejamkan matamu. Hadirkan wajah ayah ibumu. Sampaikan rasa terima kasih pada mereka karena telah boleh ambil bagian dan dilahirkan dalam garis keturunannya.

Refleksi:
Bagaimana penerimaanmu kepada orang tuamu dan sejauh mana anda mensyukuri dilahirkan sebagai anaknya?

Doa Perutusan:
Yesus, selamat ulang tahun. Ajarilah aku menerima ketentuan-ketentuan Allah dalam hidupku dan memperkembangkan selaras dengan kehendakMu. Amin.

Perutusan:
Aku membawa kabar gembira Natal kepada semua orang terutama mereka yang kesulitan menerima kenyataan hidupnya.

Selamat Hari Raya Natal

Monday, December 23, 2013

DAYA ROH KUNJUNGAN



Pagi itu, Senin 23 Desember 2013, ketika sedang makan pagi Rama Harto berkata kepada Rama Bambang "Wau dalu njenengan angsal salam" (Tadi malam Anda dapat salam). Rama Bambang bertanya "Saking sinten?" (Dari siapa?) yang dijawab oleh Rama Harto "Saking Rama Ardian" (Dari Rama Ardian). "Oh, inggih. Wau dalu mriki nggih lan ngintun BBM teng kula" (Oh, ya. Tadi malam beliau ke sini dan mengirim BBM ke saya). Rama Bambang ingat pada Minggu malam, 22 Desember 2013, sehabis misa arwah menemukan pesan Rama Ardian dalam BBnya "Romo sy mampir." Rama Bambang menjawab "Kula misa arwah ha ha ha" (Saya baru misa arwah) yang ternyata dijawab oleh Rama Ardian beberapa saat kemudian "He he he .... Ada parcel buah dan riti dr Karangpanas. Banyak salam dr Rm Tri Hartono, Rm Dodit dan Rm Iswahyudi." Dalam makan pagi Senin itu Rama Bambang memang melihat dua parcel di depan Rama Harto. Pada waktu pembicaraan terjadi yang ada baru Rama Yadi, Rama Harto, dan Rama Bambang. Ketika Rama Agoeng masuk, Rama Bambang berkata "Rama, wau dalu Rama Ardian rawuh nanging kula nembe kesah. Niku maringi parcel" (Rama, tadi malam Rama Ardian datang tetapi saya baru pergi. Beliau memberi parcel itu). "Nek ngaten mangke criyos Rama Tri bilih ditiliki kanca Rama. Piyambakipun remen sanget nek enten sing ngaruhke" (Kalau begitu nanti bilang Rama Tri  dikunjungi teman Rama padahal sudah tidak dapat sendiri bepergian. Dia amat senang kalau ada yang mengunjungi) kata Rama Agoeng. Rama Tri Wahyono memang amat bahagia kalau ada yang mengunjunginya. Beliau adalah yang paling jarang sekali mendapatkan tamu. Beberapa rama sering mampir tetapi Rama Tri kerap tidak bisa ditemui karena sedang tidur. Bila ada yang memberi tahu, beliau tampak sekali sudah senang karena wajahnya jadi ceria dengan bibirnya yang tersenyum. Tetapi ketika Rama Agoeng menyampaikan usulan itu, Rama Yadi berkata "Wau dalu dheke nggih onten" (Tadi malam dia juga ada) sehingga Rama Agoeng dan rama Bambang tertawa. Tiba-tiba Rama Tri masuk kamar makan. Ketika sudah duduk beliau berkata "Mau bengi Rita tilik aku" (Tadi malam Rita datang mengunjungi aku). Rita adalah anak dari kakak Rama Tri. Rama Bambang berpikir bahwa itu adalah dampak telepon Rama Agoeng kepada keluarga Rama Tri untuk memberi informasi kondisi rama Tri kini.

MENGINTEGRASIKAN DIRI (Sajian 8)


Kolom "Pastoral Ketuaan" akayang tak bisan menyajikan tulisan tentang bagaimana menata hidup batin. Tulisan ini ditulis oleh Henri J.M. Nouwen dalam buku Tarian Kehidupan yang diterjemahkan secara anonim dan tidak dinyatakan dari penerbit dan percetakan apa. 

Kepedihan dan Kenikmatan

Sukacita dan dukacita tak pernah terpisahkan. Manakala hati kita bersukacita melihat pemandangan yang spektakuler, kita mungkin merindukan sahabat-sahabat yang tak bisa melihatnya, dan ketika dipenuhi oleh dukacita, kita mungkin menemukan bagaimana persahabatan sejati itu adanya. Sukacita tersembunyi di dalam dukacita dan dukacita di dalam sukacita. Kalau kita mencoba untuk menghindari dukacita dengan segala cara, kita mungkin tidak bisa mengecap sukacita, dan jikalau kita curiga akan kenikmatan, penderitaan tak dapat mencapai kita pula. Sukacita dan dukacita adalah orangtua dari pertumbuhan spiritual kita.
dari Bread for the Journey

Mengintegrasikan Bayang-bayang

Sangatlah sulit bagi setiap kita untuk mempercayai kata-kata Yesus: "Aku datang bukan untuk memanggil orang benar, melainkan orang berdosa ..." Mungkin tak ada psikolog yang menekankan kebutuhan akan penerimaan diri sebagai jalan menuju realisasi diri sedemikian rupa seperti Carl Jung. Bagi Jung, realisasi diri berarti terintegrasinya bayang-bayang. Itulah kemampuan bertumbuh untuk membiarkan sisi gelap pribadi kita masuk ke dalam kesadaran kita serta dengan demikian menghindarkan kehidupan satu-sisi di mana hanya yang pantas ditunjukkan kepada dunia luar dianggap sebagai bagian diri kita yang nyata. Untuk masuk ke dalam persatuan batin, totalitas dan kepenuhan, setiap bagian dari diri kita harus diterima dan diintegrasikan. Kristus mewakili terang di dalam diri kita. Tetapi Krisus telah disalibkan di antara dua pembunuh dan kita tidak bisa mengingkarinya, dan pastilah juga para pembunuh yang hidup di dalam diri kita.
dari Intimacy

Lamunan Pekan Adven IV



Selasa, 24 Desember 2013

Matius 1:18-25

1:18 Kelahiran Yesus Kristus adalah seperti berikut: Pada waktu Maria, ibu-Nya, bertunangan dengan Yusuf, ternyata ia mengandung dari Roh Kudus, sebelum mereka hidup sebagai suami isteri.
1:19 Karena Yusuf suaminya, seorang yang tulus hati dan tidak mau mencemarkan nama isterinya di muka umum, ia bermaksud menceraikannya dengan diam-diam.
1:20 Tetapi ketika ia mempertimbangkan maksud itu, malaikat Tuhan nampak kepadanya dalam mimpi dan berkata: "Yusuf, anak Daud, janganlah engkau takut mengambil Maria sebagai isterimu, sebab anak yang di dalam kandungannya adalah dari Roh Kudus.
1:21 Ia akan melahirkan anak laki-laki dan engkau akan menamakan Dia Yesus, karena Dialah yang akan menyelamatkan umat-Nya dari dosa mereka."
1:22 Hal itu terjadi supaya genaplah yang difirmankan Tuhan oleh nabi:
1:23 "Sesungguhnya, anak dara itu akan mengandung dan melahirkan seorang anak laki-laki, dan mereka akan menamakan Dia Imanuel" -- yang berarti: Allah menyertai kita.
1:24 Sesudah bangun dari tidurnya, Yusuf berbuat seperti yang diperintahkan malaikat Tuhan itu kepadanya. Ia mengambil Maria sebagai isterinya,
1:25 tetapi tidak bersetubuh dengan dia sampai ia melahirkan anaknya laki-laki dan Yusuf menamakan Dia Yesus.

Butir-butir Permenungan
  • Tampaknya, di era global orang dituntut untuk memiliki kemampuan hidup mandiri memenuhi kebutuhannya sendiri sehingga muncul iklim persaingan. Karena orang-orang lain dapat menjadi saingan kepentingan, orang pun harus berhati-hati dalam berelasi sehingga tidak mudah untuk tampil apa adanya.
  • Tampaknya, di era global yang amat diwarnai oleh model unsur ekonomi, orang juga melihat hubungan satu sama lain dapat menjadi hubungan transaksional mencari keuntungan. Mental individualistis dapat berkembang sehingga orang dapat hidup untuk kepentingan sendiri.
  • Tetapi BISIK LUHUR berkata bahwa kesejatian orang terletak dalam sikapnya yang tulus, dapat menghayati hidup sederhana apa adanya dalam hidup bersama. Dalam yang ilahi orang akan mampu menangkap nilai luhur bahkan di dalam pengalaman pahit dan kecewa sehingga dapat bertindak demi kepentingan dan kebaikan umum.
Ah, kalau mengutamakan umum hidup akan banyak ruginya.