Kolom "Pastoral Ketuaan" akan menyajikan tulisan tentang bagaimana menata hidup
batin. Tulisan ini ditulis oleh Henri J.M. Nouwen dalam buku Tarian Kehidupan yang diterjemahkan
secara anonim dan tidak dinyatakan dari penerbit dan percetakan apa.
Ketersingkiran
Paradoks dari komunitas kristiani adalah bahwa orang-orang berkumpul bersama dalam ketersingkiran sukarela. Kebersamaan mereka yang membentuk komunitas kristiani adalah dikumpulkan dalam ketersingkiran. Menurut kamus Webster, ketersingkiran berarti "bergerak atau pindah dari tempat biasanya atau tempat yang semestinya". Ini menjadi suatu definisi yang memperjelas ketika kita sadar sejauh mana kita tersibukkan menyesuaikan diri kepada norma-norma dan nilai-nilai yang berlaku di dalam lingkungan kita. ... Dalam ketersingkiran sukarela, kita membuang ilusi "memiliki bersama-sama" dan dengan begitu mulai mengalami kondisi kita sejatinya, yaitu bahwa kita, seperti orang-orang lain, adalah peziarah dalam perjalanan, pendosa-pendosa yang membutuhkan rahmat. Melalui ketersingkiran sukarela kita melawan kecenderungan untuk mapan di dalam kenikmatan semu dan melupakan posisi yang secara fundamental tidak mapan, berbagi dengan semua orang. Ketersingkiran sukarela membawa kita kepada pengakuan eksistensial dari kepatahan batiniah dan dengan begitu membawa kita kepada solidaritas yang lebih dalam dengan kepatahan sesama manusia. Oleh karena itu, komunitas sebagai tempat bela rasa selalu mensyaratkan ketersingkiran. Istilah Yunani untuk gereja,
eklesia - dari kata
ek = keluar, dan
kaleo = memanggil - mengindikasikan bahwa sebagai komunitas Kristen kita adalah orang-orang yang bersama-sama dipanggil ke luar dari tempat-tempat yang kita kenal ke daerah yang tidak kita kenal, ke luar dari kebiasaan-kebiasaan kita dan tempat-tempat semestinya ke tempat-tempat di mana orang-orang terluka, serta di mana kita dapat mengalami bersama mereka kepatahan manusiawi dan kebutuhan bersama akan penyembuhan.
dari Compassion
0 comments:
Post a Comment