Kolom "Pastoral Ketuaan" akan menyajikan tulisan tentang bagaimana menata hidup
batin. Tulisan ini ditulis oleh Henri J.M. Nouwen dalam buku Tarian Kehidupan yang diterjemahkan
secara anonim dan tidak dinyatakan dari penerbit dan percetakan apa.
Matinya Doa
Mungkin bagian dari kegelapan dan kekeringan ini adalah hasil dari aktivitas berlebihku. Ketika aku menjadi lebih tua aku makin sibuk dan menyisakan makin sedikit waktu dalam doa. Tetapi mungkin aku tidak harus menyalahkan diriku seperti itu. Pertanyaan sebenarnya adalah: "Apa artinya kegelapan dan kekeringan itu? Untuk apa aku dipanggil karenanya?" Mencari jawaban atas pertanyaan-pertanyaan ini mungkin sekali adalah tugas utama dari masa sabatikalku. Aku tahu bahwa Yesus, di saat akhir hidup-Nya, merasa ditinggalkan oleh Allah. "Allah-Ku, ya Allah-Ku," Ia berseru di atas salib, "mengapa Kau tinggalkan Daku?" (Matius 27:46). Tubuh-Nya telah dihancurkan oleh penyiksa-penyiksa-Nya, pikiran-Nya tidak lagi dapat menggenggam makna dari keberadaan-Nya, dan jiwa-Nya kehilangan peneguhan. Meski begitu, justru dari dalam hati-Nya yang terpatah, mengalirlah air dan darah, tanda-tanda kehidupan yang baru.
Apakah kegelapan dan kekeringan dari doaku merupakan tanda-tanda ketidak-hadiran Allah, ataukah tanda-tanda dari kehadiran yang lebih dalam dan lebih luas daripada yang dapat dipahami perasaan-perasaanku? Apakah matinya doaku merupakan akhir dari keintimanku dengan Allah atau awal dari suatu persekutuan yang baru, melampaui kata-kata, emosi dan perasaan-perasaan tubuhku?
dari Sabbatical Journet
0 comments:
Post a Comment