Kolom "Pastoral Ketuaan" akan menyajikan tulisan tentang bagaimana menata hidup
batin. Tulisan ini ditulis oleh Henri J.M. Nouwen dalam buku Tarian Kehidupan yang diterjemahkan
secara anonim dan tidak dinyatakan dari penerbit dan percetakan apa.
Tarian Kehidupan
Kematian, penyakit, keterpatahan manusia ... semuanya harus disembunyikan dari pandangan kita sebab semuanya menghalangi kebahagiaan yang kita upayakan. Semuanya merupakan hambatan di jalan yang kita tempuh untuk menggapai tujuan hidup.
Visi yang ditawarkan Yesus menunjukkan, dalam ajaran-Nya sekaligus hidup-Nya, bahwa kesukacitaan sejati seringkali tersembunyi di tengah-tengah kedukaan kita, dan bahwa tarian kehidupan mendapatkan awalnya dalam kesedihan. Ia berkata: "Sesungguhnya jikalau biji gandum tidak jatuh ke dalam tanah dan mati, ia tidak bisa menghasilkan buah ... Jikalau kita tidak kehilangan nyawa kita, kita tidak dapat menemukannya kembali; jikalau Anak Manusia tidak mati, Ia tidak dapat mengutus Roh Kudus." Kepada kedua murid-Nya yang merasa masygul sesudah penderitaan dan kematian-Nya, Yesus berkata: "Hai kamu orang bodoh, betapa lambannya hatimu, sehingga kamu tidak percaya segala sesuatu yang dikatakan para nabi! Bukankah Mesias harus menderita semuanya itu untuk masuk ke dalam
kemuliaan-Nya?" Di sini suatu cara hidup yang sepenuhnya baru dinyatakan. Itulah jalan di dalam mana rasa sakit dapat dipeluk, tidak atas keinginan untuk menderita, tetapi dalam pengetahuan bahwa sesuatu yang baru akan terlahir dari rasa sakit. Yesus menyebut rasa sakit kita sebagai "sakit mau melahirkan". Ia berkata: "Seorang perempuan berdukacita pada saat ia melahirkan, tetapi sesudah melahirkan anaknya, ia tidak ingat lagi akan penderitaannya, karena kegembiraan bahwa seorang manusia telah dilahirkan ke dunia" (Yohanes 16:21). Salib telah menjadi simbol terkuat tentang visi yang baru ini. Salib adalah simbol kematian dan kehidupan, simbol penderitaan dan kesukacitaan, simbol kekalahan dan kemenangan. Saliblah yang menunjukkan jalan kepada kita.
dari Here and Now
1 comments:
Trims Romo, atas sajian 6 nya
Post a Comment