"Wah, sakniki awake dhewe kudu ngati-ngati bertindak dan berbicara" (Wah, kini kita harus berhati-hati dalam bertindak dan berbicara) kata Rama Bambang kepada Rama Yadi dan Rama Harto waktu makan malam, Senin 9 Desember 2013. Rama Yadi bertanya "Pripun, ta?" (Apa sebabnya?). "Lha sakniki onten cah cilik, Yahya. Dheweke gampang niru. Karo ibune isa njangkar lan mbengok merga niru rama-rama sing le nimbali kaya ngoten" (Kini ada anak kecil, Yahya. Dia mudah meniru. Terhadap ibunya dapat memanggil hanya menyebut nama dengan berseru dan dengan nada keras karena meniru rama-rama yang demikian). Beberapa hari Yahya memang kerap berceloteh dengan seruan-seruan memanggil ibunya "Riiiii ......! Tariiiii ......!" Tetapi ketika hal ini diinformasikan ke rama-rama dan rama-rama yang biasa demikian merubah dengan kata-kata "Mbak Tariiiiii ....", maka Yahya pun juga memanggil ibunya "Mbak Tariiiii ...." Kebetulan Rama Bambang mempunyai pengalaman yang baru saja terjadi dalam Misa sebelum makan malam itu. Dalam Misa itu Rama Bambang membawa kamera. Ketika mengambil gambar, maka terlihatlah Yahya membuat jari-jari kedua tangannya seperti teropong dan didekatkan di kedua matanya. "Wela, gerakanku ditiru" (Wah, dia menirukan gerakanku) Rama Bambang berpikir dan teringat apa saja yang dilakukan dan dicelotehkan Yahya bila Rama Bambang sedang memimpin misa. Dan ini diceriterakan kepada Rama Yadi. Rama Bambang juga bilang "Sadhar apa-apa isa ditiru Yahya, kula njur lungguh tegak lan tangan kula sedhakep. Kanyata Yahya ugi niru. Kula dadi mikir. Wah, saiki nek ana Yahya kudu ngati-ati. Kula kudu berjuang ora keturon. Kudu nuladani piye ndherek misa sing apik" (Sadar bahwa apa pun ditiru oleh Yahya, saya kemudian duduk dengan tegak dan tangan terlipat di dada. Ternyata ini juga ditiru. Saya kemudian berpikir. Sekarang kalau ada Yahya harus hati-hati. Saya harus berjuang agar tidak ketiduran. Saya harus menghadirkan keteladanan bagaimana ikut Misa secara baik).
Monday, December 9, 2013
GARAP SIKAP
"Wah, sakniki awake dhewe kudu ngati-ngati bertindak dan berbicara" (Wah, kini kita harus berhati-hati dalam bertindak dan berbicara) kata Rama Bambang kepada Rama Yadi dan Rama Harto waktu makan malam, Senin 9 Desember 2013. Rama Yadi bertanya "Pripun, ta?" (Apa sebabnya?). "Lha sakniki onten cah cilik, Yahya. Dheweke gampang niru. Karo ibune isa njangkar lan mbengok merga niru rama-rama sing le nimbali kaya ngoten" (Kini ada anak kecil, Yahya. Dia mudah meniru. Terhadap ibunya dapat memanggil hanya menyebut nama dengan berseru dan dengan nada keras karena meniru rama-rama yang demikian). Beberapa hari Yahya memang kerap berceloteh dengan seruan-seruan memanggil ibunya "Riiiii ......! Tariiiii ......!" Tetapi ketika hal ini diinformasikan ke rama-rama dan rama-rama yang biasa demikian merubah dengan kata-kata "Mbak Tariiiiii ....", maka Yahya pun juga memanggil ibunya "Mbak Tariiiii ...." Kebetulan Rama Bambang mempunyai pengalaman yang baru saja terjadi dalam Misa sebelum makan malam itu. Dalam Misa itu Rama Bambang membawa kamera. Ketika mengambil gambar, maka terlihatlah Yahya membuat jari-jari kedua tangannya seperti teropong dan didekatkan di kedua matanya. "Wela, gerakanku ditiru" (Wah, dia menirukan gerakanku) Rama Bambang berpikir dan teringat apa saja yang dilakukan dan dicelotehkan Yahya bila Rama Bambang sedang memimpin misa. Dan ini diceriterakan kepada Rama Yadi. Rama Bambang juga bilang "Sadhar apa-apa isa ditiru Yahya, kula njur lungguh tegak lan tangan kula sedhakep. Kanyata Yahya ugi niru. Kula dadi mikir. Wah, saiki nek ana Yahya kudu ngati-ati. Kula kudu berjuang ora keturon. Kudu nuladani piye ndherek misa sing apik" (Sadar bahwa apa pun ditiru oleh Yahya, saya kemudian duduk dengan tegak dan tangan terlipat di dada. Ternyata ini juga ditiru. Saya kemudian berpikir. Sekarang kalau ada Yahya harus hati-hati. Saya harus berjuang agar tidak ketiduran. Saya harus menghadirkan keteladanan bagaimana ikut Misa secara baik).
Subscribe to:
Post Comments (Atom)
0 comments:
Post a Comment