Pages

Subscribe:
/
  • Domus Pacis

    Domus Pacis atau Rumah Damai berada di Puren, Condongcatur, Depok, Sleman, Yogyakarta. Di rumah ini sedang dikembangkan pastoral ketuaan. "Tua tak mungkin terlambat datangnya, namun renta bisa ditunda hadirnya"

  • Indahnya di usia tua

    Tua namun tak renta, sakit tak sengsara, Mati masuk surga

  • Tua Yang Bijaksana

    Menjadi Tua itu kepastian, namun tua yang bijaksana itu suatu perjuangan.

Monday, June 11, 2018

Apakah Aku Garam Kehilangan Asinnya


Selasa, 12 Juni 2018
Pekan Biasa X
Refleksi harian dan doaku berdasarkan Mateus 5:13-16

"Kamu adalah garam dunia. Jika garam itu menjadi tawar, dengan apakah ia diasinkan? Tidak ada lagi gunanya selain dibuang dan diinjak orang." (Mat 5:13).

Dengan menyebut kita garam dunia, Yesus menghendaki kita semua melaksanakan tanggung jawab untuk memberi "rasa baru Injil" dalam kehidupan kita. Garam menyedapkan makanan dengan memberi aksen rasa alami yang sudah ada dalam makanan itu sendiri. Dengan cara yang sama, kita dipanggil untuk menyedapkan dunia di sekitar kita dengan "rasa asin" kehidupan Kristiani kita. Itulah spirit srawung.

Dalam rangka Srawung Orang Muda KAS Oktober 2018 nanti, kata Romo H. Budi Purwantoro Pr - Ketua Komkep KAS - ternyata masih banyak paroki yang kesulitan menemukan apalagi mengajak orang muda lintas agama di parokinya untuk ikut Srawung. Karena itulah, maka beliau memintaku mencarikan peserta dari unsur non-Katolik. Bila benarlah yang dikatakan Romo H. Budi Purwantoro Pr, itu menjadi soal yang serius dalam hal jatidiri kita sebagai garam dan terang! 

Fakta ini membuatku bertanya: Mengapa kesulitan itu terjadi? Apakah tak ada satu pun orang muda beragama Islam, Kristen, Hindu, Buddha, atau Konghucu di sekitar kita? Untuk tiga terakhir mungkin terjadi di beberapa paroki, tapi untuk dua pertama? Masak sih tidak ada sama sekali? Jangan-jangan selama ini kita lupa hadir sebagai garam, apalagi terang dalam hidup bersama? Apakah kita masih asin sebagai garamNya? Atau sudah menjadi hambar dan tawar tanpa efek apa pun bagi sekitar kita sehingga, pada gilirannya, kita tidak mampu lagi "membumbui" lingkungan kita? Atau, jangan-jangan kita telah menjadi garam yang tawar, yang tak berfungsi, dan pantas dibuang dan diinjak-injak orang? Mana nyali garammu, Sahabatku, jika hanya berkutat di seputar kelompokmu, tanpa mau srawung dengan pihak lain yang berbeda darimu?

Tuhan, pulihkanlah asinku sebagai garamMu agar berdampak dalam kehidupan di sekitarku, kini dan selamanya. Amin.

JoharT Wurlirang, 12/6/2018

»̶·̵̭̌·̵̭̌✽̤̈̊•Ɓέяќǎђ•Đǎlєm•✽̤̥̈̊·̵̭̌·̵̭̌«̶
Aloys budi purnomo Pr

Sent from my heart of abudhenkpr
"abdi Dalem palawija"
Majalah INSPIRASI, Lentera yang Membebaskan;
Komisi Hubungan Antaragama dan Kepercayaan Keuskupan Agung Semarang;
Campus Ministry Unika Soegijapranata Semarang.

0 comments:

Post a Comment