warna liturgi Hijau
Bacaan-bacaan:
Yeh. 17:22-24; Mzm. 92:2-3,13-14,15-16; 2Kor. 5:6-10; Mrk. 4:26-34. BcO Yes. 44:12-45:3.
Yeh. 17:22-24; Mzm. 92:2-3,13-14,15-16; 2Kor. 5:6-10; Mrk. 4:26-34. BcO Yes. 44:12-45:3.
Nas Injil:
26 Lalu kata Yesus: “Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang yang menaburkan benih di tanah, 27 lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu. 28 Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu. 29 Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab musim menuai sudah tiba.” 30 Kata-Nya lagi: “Dengan apa hendak kita membandingkan Kerajaan Allah itu, atau dengan perumpamaan manakah hendaknya kita menggambarkannya? 31 Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Memang biji itu yang paling kecil dari pada segala jenis benih yang ada di bumi. 32 Tetapi apabila ia ditaburkan, ia tumbuh dan menjadi lebih besar dari pada segala sayuran yang lain dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga burung-burung di udara dapat bersarang dalam naungannya.” 33 Dalam banyak perumpamaan yang semacam itu Ia memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan pengertian mereka, 34 dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka, tetapi kepada murid-murid-Nya Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri.
26 Lalu kata Yesus: “Beginilah hal Kerajaan Allah itu: seumpama orang yang menaburkan benih di tanah, 27 lalu pada malam hari ia tidur dan pada siang hari ia bangun, dan benih itu mengeluarkan tunas dan tunas itu makin tinggi, bagaimana terjadinya tidak diketahui orang itu. 28 Bumi dengan sendirinya mengeluarkan buah, mula-mula tangkainya, lalu bulirnya, kemudian butir-butir yang penuh isinya dalam bulir itu. 29 Apabila buah itu sudah cukup masak, orang itu segera menyabit, sebab musim menuai sudah tiba.” 30 Kata-Nya lagi: “Dengan apa hendak kita membandingkan Kerajaan Allah itu, atau dengan perumpamaan manakah hendaknya kita menggambarkannya? 31 Hal Kerajaan itu seumpama biji sesawi yang ditaburkan di tanah. Memang biji itu yang paling kecil dari pada segala jenis benih yang ada di bumi. 32 Tetapi apabila ia ditaburkan, ia tumbuh dan menjadi lebih besar dari pada segala sayuran yang lain dan mengeluarkan cabang-cabang yang besar, sehingga burung-burung di udara dapat bersarang dalam naungannya.” 33 Dalam banyak perumpamaan yang semacam itu Ia memberitakan firman kepada mereka sesuai dengan pengertian mereka, 34 dan tanpa perumpamaan Ia tidak berkata-kata kepada mereka, tetapi kepada murid-murid-Nya Ia menguraikan segala sesuatu secara tersendiri.
Percikan Nas:
Suatu kali saya dan teman-teman saya lagi belajar dan mengundang dosen untuk menemani. Waktu itu saya mendapat tugas untuk menjadi pengantar awal proses belajar kami tersebut. Giliran dosen berbicara banyak sekali catatan yang diberikan pada presentasi saya. Lalu masa ujian tiba. Kebetulan bahan saya tadi keluar. Saya mengerjakan sesuai presentasi saya tanpa mengindahkan masukan dosen kala kami lagi belajar. Nilai saya pun jadi jelek.
Hari ini Yesus memberi perumpamaan tentang biji sesawi. Biji ini kecil. Ketika ditaburkan di tanah ia membelah/membuka diri dan menyatu dengan tanah. Biji itu pun bertumbuh menjadi pohon yang besar. Banyak burung pun bersarang padanya.
Melihat pengalaman dan perumpamaan ini rasanya kita pun tidak perlu takut sebagai yang kecil dan berani membuka diri dan menyatu dengan lingkungan. Biji sesawi walau kecil ia bisa menjadi pohon besar karena membuka diri dan menyatu dengan tanah. Kalau ia tetap bertahan pada kemampuan dirinya dia hanya akan nenjadi biji yang kecil. Kerelaan untuk membuka diri dan menyatukan diri dengan lingkungan baik yang ada memungkinkan yang kecil menjadi besar dan berarti bagi banyak orang. Kita lepaskan kesombongan atas kemampuan pribadi kita. Kita temukan banyak hal dari sekitar kita yang memungkinkan kita menjadi besar.
Suatu kali saya dan teman-teman saya lagi belajar dan mengundang dosen untuk menemani. Waktu itu saya mendapat tugas untuk menjadi pengantar awal proses belajar kami tersebut. Giliran dosen berbicara banyak sekali catatan yang diberikan pada presentasi saya. Lalu masa ujian tiba. Kebetulan bahan saya tadi keluar. Saya mengerjakan sesuai presentasi saya tanpa mengindahkan masukan dosen kala kami lagi belajar. Nilai saya pun jadi jelek.
Hari ini Yesus memberi perumpamaan tentang biji sesawi. Biji ini kecil. Ketika ditaburkan di tanah ia membelah/membuka diri dan menyatu dengan tanah. Biji itu pun bertumbuh menjadi pohon yang besar. Banyak burung pun bersarang padanya.
Melihat pengalaman dan perumpamaan ini rasanya kita pun tidak perlu takut sebagai yang kecil dan berani membuka diri dan menyatu dengan lingkungan. Biji sesawi walau kecil ia bisa menjadi pohon besar karena membuka diri dan menyatu dengan tanah. Kalau ia tetap bertahan pada kemampuan dirinya dia hanya akan nenjadi biji yang kecil. Kerelaan untuk membuka diri dan menyatukan diri dengan lingkungan baik yang ada memungkinkan yang kecil menjadi besar dan berarti bagi banyak orang. Kita lepaskan kesombongan atas kemampuan pribadi kita. Kita temukan banyak hal dari sekitar kita yang memungkinkan kita menjadi besar.
Doa:
Tuhan walau kecil Engkau tak membiarkanku menjadi kerdil. Engkau menginginkanku bertumbuh menjadi pribadi yang mampu memberikan perlindungan dan keteduhan bagi banyak orang. Semoga aku berani terbuka dan menyatu dengan lingkungan baik di sekitarku. Aku mau bertumbuh dalam bimbingan-Mu. Amin.
Tuhan walau kecil Engkau tak membiarkanku menjadi kerdil. Engkau menginginkanku bertumbuh menjadi pribadi yang mampu memberikan perlindungan dan keteduhan bagi banyak orang. Semoga aku berani terbuka dan menyatu dengan lingkungan baik di sekitarku. Aku mau bertumbuh dalam bimbingan-Mu. Amin.
Biji sesawi.
(goeng).
(goeng).
0 comments:
Post a Comment