warna liturgi Hijau
Bacaan-bacaan:
2Raj. 11:1-4,9-18,20; Mzm. 132:11,12,13-14,17-18; Mat. 6:19-23. BcO Za. 1:1-21.
2Raj. 11:1-4,9-18,20; Mzm. 132:11,12,13-14,17-18; Mat. 6:19-23. BcO Za. 1:1-21.
Nas Injil:
19 “Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. 20 Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. 21 Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada. 22 Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; 23 jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu.
19 “Janganlah kamu mengumpulkan harta di bumi; di bumi ngengat dan karat merusakkannya dan pencuri membongkar serta mencurinya. 20 Tetapi kumpulkanlah bagimu harta di sorga; di sorga ngengat dan karat tidak merusakkannya dan pencuri tidak membongkar serta mencurinya. 21 Karena di mana hartamu berada, di situ juga hatimu berada. 22 Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu; 23 jika matamu jahat, gelaplah seluruh tubuhmu. Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu.
Percikan Nas:
Saya tertarik dengan sabda Tuhan ini, “Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu.” (Mat 6:223. Secara harafiah saya bisa lansung mengamini ini. Jika yang terang pun terasa gelap maka pasti kegelapan yang ada akan terasa sangat gelap.
Dalam kehidupan sehari-hari mungkin ada yang pernah merasa berat dan kesulitan. Pekerjaan seakan tidak beres-beres dan selalu ada kesalahan. Usaha menemui jalan yang seakan buntu. Pelajaran di sekolah terasa sangat sulit. Di organisasi terasa semua orang menilai negatif. Semua terasa suram dan tidak menjanjikan. Jalan terang pun sering tidak terlihat bahkan mungkin dihindari.
Kita ingat sabda Tuhan, “Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu” (Mat 6:22). Kita gunakan mata kita untuk menuntun pada sang terang. Jangan belokkan pada kegelapan yang lain. Memang mungkin dari kegelapan ke terang kita akan mengalami masa silau. Namun itu tidak akan terlalu lama. Mata kita akan cepet menyesuaikan diri. Maka kalau hidup ini terasa gelap segeralah mencari terang tersebut jangan malah menambah pekat kegelapanmu.
Saya tertarik dengan sabda Tuhan ini, “Jadi jika terang yang ada padamu gelap, betapa gelapnya kegelapan itu.” (Mat 6:223. Secara harafiah saya bisa lansung mengamini ini. Jika yang terang pun terasa gelap maka pasti kegelapan yang ada akan terasa sangat gelap.
Dalam kehidupan sehari-hari mungkin ada yang pernah merasa berat dan kesulitan. Pekerjaan seakan tidak beres-beres dan selalu ada kesalahan. Usaha menemui jalan yang seakan buntu. Pelajaran di sekolah terasa sangat sulit. Di organisasi terasa semua orang menilai negatif. Semua terasa suram dan tidak menjanjikan. Jalan terang pun sering tidak terlihat bahkan mungkin dihindari.
Kita ingat sabda Tuhan, “Mata adalah pelita tubuh. Jika matamu baik, teranglah seluruh tubuhmu” (Mat 6:22). Kita gunakan mata kita untuk menuntun pada sang terang. Jangan belokkan pada kegelapan yang lain. Memang mungkin dari kegelapan ke terang kita akan mengalami masa silau. Namun itu tidak akan terlalu lama. Mata kita akan cepet menyesuaikan diri. Maka kalau hidup ini terasa gelap segeralah mencari terang tersebut jangan malah menambah pekat kegelapanmu.
Doa:
Tuhan semoga aku berani mengubah kegelapanku menjadi terang. Jagailah aku supaya tidak bersembunyi di dalam kegelapanku. Semoga aku pun mampu menerima silau sesaat kala mendapati terang dan segera mampu menyesuaikan diri dengan terang tersebut. Amin.
Tuhan semoga aku berani mengubah kegelapanku menjadi terang. Jagailah aku supaya tidak bersembunyi di dalam kegelapanku. Semoga aku pun mampu menerima silau sesaat kala mendapati terang dan segera mampu menyesuaikan diri dengan terang tersebut. Amin.
Mencari terang.
(goeng).
(goeng).
0 comments:
Post a Comment